SEORANG bayi laki-laki di Meksiko pada April 2016 lalu, menggemparkan dunia.
Bayi tersebut merupakan kelahiran sukses pertama dari sebuah metode pembuahan yang cukup kontroversial: tiga orangtua.
Artinya, anak laki-laki ini membawa informasi DNA dari tiga orang yang berbeda.
Apakah hal itu memang bisa terjadi? Berikut penjelasa ilmiahnya seperti yang kami lansir dari laman helosehat.com.
Mengapa ada yang melakukan pembuahan bayi dari tiga orangtua?
Ibu dan ayah anak tersebut adalah pasangan asal Yordania yang telah kehilangan dua anak dari kehamilan sebelumnya akibat penyakit genetik langka yang disebut sindrom Leigh. Sang ibu membawa gen untuk penyakit ini di dalam DNA mitokondrianya. Jika mitokondria tidak bekerja dengan benar, sel bisa mati. Akibatnya, fungsi jantung, otak, otot, hati, dan paru-paru dapat sangat terganggu.
Seorang anak akan mewarisi rantai DNA dari kedua orangtuanya, tapi mereka hanya mewarisi DNA mitokondria dari pihak ibu sehingga jika genetik ibu membawa mutasi pada DNA-nya, calon bayi dapat mengembangkan berbagai kondisi medis yang mengancam jiwa. Penyakit mitokondria cenderung timbul pada masa kanak-kanak dan terus memburuk seiring waktu, berakibat fatal bahkan sebelum menginjak dewasa — sering membunuh bayi dalam beberapa tahun pertama kehidupan. Komplikasi penyakit mitokondria termasuk stroke, kejang, kebutaan, tuli, diabetes, penyakit Parkinson, dan gagal otot.
Wanita yang berisiko mewarisi mutasi ini memiliki beberapa pilihan terbatas jika mereka ingin melahirkan anak yang sehat. Penyakit bawaan mitokondria tidak memiliki pengobatan, dan memengaruhi sekitar 1 per 6.500 bayi dalam bentuk yang lebih serius.
Bagaimana proses merencanakan kehamilan dari tiga orangtua?
Bayi itu diciptakan melalui program IVF (in vitro fertilization) alias bayi tabung, prosedur yang melibatkan tiga orang: ibu, ayah dan donor. Para ilmuwan mengambil DNA dari inti sel telur ibu dan memasukkan materi genetik tersebut ke dalam sel telur donor. Hasilnya adalah telur “rancangan baru” dengan DNA mitokondria dari donor yang sehat dan DNA inti dari ibu. Telur itu kemudian dibuahi dengan sperma dari ayah di luar rahim ibu sampai menjadi embrio. Kemudian, embrio ditanamkan kembali ke dalam rahim ibu, untuk menjalani 37 minggu kehamilan.
Merancang embrio menggunakan sumbangan mitokondria memberikan kesempatan pada ibu dengan mutasi mitokondria untuk bisa hamil sendiri dan melahirkan bayi sehat tanpa bawaan cacat genetik. Selain itu, prosedur ini dapat menghilangkan cacat mitokondria sepenuhnya dari garis keturunan keluarga selamanya.
Apa bedanya teknik ini dengan program bayi tabung biasa?
Selama prosedur bayi tabung yang biasa, sampel sel telur dan sperma utuh yang diambil dari masing-masing pihak akan disatukan dalam laboratorium untuk memungkinkan terjadinya pembuahan. Dengan prosedur ini, Anda dapat menggunakan kombinasi dari sel telur dan sperma asli milik Anda dan pasangan, atau sperma dan telur donor. Pada proses bayi tabung biasa, DNA yang terlibat hanya dari dua pihak, yaitu dari dua orangtua biologis atau satu orangtua dan satu donor.
Proses bayi tabung “tiga orangtua” melibatkan pengubahan DNA, sehingga embrio yang dihasilkan memiliki DNA inti dari kedua orang tua, dan DNA mitokondria serta sedikit sisa DNA inti dari donor; dari sinilah istilah “tiga orangtua” berasal. Artinya, Anak-anak yang diciptakan dari metode pembuahan ini akan terkait secara genetik dengan donor, tetapi di saat yang sama jejak DNA inti dari donor hanya membentuk porsi kecil dari materi genetik anak — hanya sekitar 0,1% dari gen donor yang terkandung dalam mitokondria kita (dengan 99,9% sisanya berasal dari inti sel milik ibu dan ayah kandung).
Dengan demikian, dalam kenyataannya keterkaitan “darah” antara donor dan anak tergolong jauh dari cukup untuk pihak donor bisa dikatakan sebagai orangtua yang sesungguhnya.
Mengapa teknik “tiga orangtua” dikatakan kontroversial?
Beberapa orang menentang dengan alasan agama atau etika, terutama jika dilihat dari teknik yang melibatkan modifikasi dan perancangan genetik sel telur dalam rangka untuk menciptakan embrio lain. Jadi, banyak anggapan bahwa teknik bayi tabung dari tiga orang ini terasa seperti “mengganggu takdir alam.”
Kekhawatiran kedua adalah bahwa dengan menciptakan campuran materi genetik baru, Anda juga mungkin akan menciptakan perubahan genetik yang sama sekali baru dan bisa berlangsung turun-temurun, sebelum kita memiliki kesempatan untuk mengetahui apakah perubahan ini berbahaya. Misalnya, sperma pria yang diubah secara genetik akan memengaruhi kode genetik dari telur atau sperma dari anak-anaknya, dan kemudian cucunya, cicitnya dan sebagainya, sehingga menyebabkan masalah kesuburan atau penyakit kronis tertentu yang sebelumnya tak pernah ada di generasi terdahulu.
Tahun 1990-an adalah kali terakhir para ilmuwan mencoba untuk merancang DNA bayi menggunakan sampel dari tiga orang, ketika mereka menyuntikkan DNA mitokondria dari donor ke dalam telur wanita lain, bersama dengan sperma dari pasangannya. Dua dari embrio yang dihasilkan mengembangkan kelainan genetik, sehingga prosedur ini dihentikan oleh Food and Drug Administration AS. Masalahnya mungkin timbul dari janin yang memiliki mitokondria dari dua sumber.
Di sisi lain, mereka yang pro terhadap metode alternatif ini berpendapat bahwa penggantian mitokondria bukan benar-benar modifikasi. Mitokondria yang disumbangkan diproduksi secara alami oleh donor (dalam telur donor) dan tidak direkayasa atau merupakan produk sintetis. Ini berarti bahwa peneliti menggunakan materi genetik yang terjadi di alam, tidak menambahkan sesuatu yang baru yang bersifat mendasar atau buatan. Mereka bersikeras bahwa metode penggantian mitokondria bersifat lebih seperti transplantasi daripada rekayasa genetika.