Dengan mengakses situs GoWest.ID, anda setuju dengan kebijakan privasi dan ketentuan penggunaannya.
Setuju
GoWest.IDGoWest.ID
  • Reportase
    ReportaseSimak lebih lanjut
    Pelabuhan Selat Lampa Siap Jadi Pintu Gerbang Ekspor-Impor di Natuna
    3 jam lalu
    DPRD Kepri Setujui Ranperda Perubahan APBD 2025
    4 jam lalu
    Kebakaran Rumah di Jalan Pramuka Tanjungpinang, Diduga Akibat Korsleting Listrik
    4 jam lalu
    Kapal Motor Senang Hati 68 Karam di Perairan Setokok
    18 jam lalu
    Fenomena Halo Hiasi Langit Batam
    18 jam lalu
  • Ragam
    RagamSimak lebih lanjut
    Meningkatnya Kasus Diabetes di Kalangan Usia Muda
    1 hari lalu
    Pekan Olahraga kota Batam Kembali Digelar
    2 hari lalu
    Lomba Gerak Jalan Beregu HUT RI ke-80 di Batam
    2 hari lalu
    Delapan Karakter Unik Singapura
    5 hari lalu
    Asal Sejarah Gim Roblox
    5 hari lalu
  • Data
    DataSimak lebih lanjut
    Pulau Mubut Darat, Batam
    2 hari lalu
    Kompleks Makam Raja Abdurrahman
    2 minggu lalu
    Makam Raja Haji Fisabilillah
    4 minggu lalu
    Andy Liany (Juli Hendri bin Saleh Rachim)
    1 bulan lalu
    Pulau Nipah, Batam (Pulau Angup)
    1 bulan lalu
  • Program
    ProgramSimak lebih lanjut
    #Full Hendrik; Pujakesuma di DPRD Batam
    1 bulan lalu
    #ComingSoon Hendrik; Pujakesuma di DPRD Batam
    1 bulan lalu
    #Full Pelayanan Publik BP Batam : Ngobrol Bareng Deputi VI, Ariastuty Sirait
    2 bulan lalu
    Pelayanan Publik BP Batam : Ngobrol Bareng Deputi VI, Ariastuty Sirait #ComingSoon
    2 bulan lalu
    Ngobrol Everywhere | Bicara Pelayanan Umum BP Batam Bersama Ariastuty Sirait
    2 bulan lalu
TELUSUR
  • Reportase
    • Artikel
    • Serial
    • In Depth
    • Berita Video
    • Cerita Foto
    • Live!
  • Ragam
    • Budaya
    • Pendidikan
    • Lingkungan
    • Sports
    • Histori
    • Catatan Netizen
  • Data
    • Infrastruktur
    • Industri
    • Statistik
    • Kode Pos
    • Rumah Sakit
    • Rumah Susun
    • Tokoh
    • Wilayah
    • Situs Sejarah
    • Seni
  • Partner
    • VOA Indonesia
    • BenarNews.org
  • Yang Lain
    • Tentang Kami
    • Privacy Policy
    • Pedoman Media Siber
Notifikasi Simak lebih lanjut
Aa
Aa
GoWest.IDGoWest.ID
  • Reportase
  • Ragam
  • Program
  • Data
  • Reportase
    • Artikel
    • Serial
    • In Depth
    • Berita Video
    • Cerita Foto
    • Live!
  • Ragam
    • Budaya
    • Pendidikan
    • Lingkungan
    • Sports
    • Histori
    • Catatan Netizen
  • Data
    • Infrastruktur
    • Industri
    • Statistik
    • Kode Pos
    • Rumah Sakit
    • Rumah Susun
    • Tokoh
    • Wilayah
    • Situs Sejarah
    • Seni
  • Partner
    • VOA Indonesia
    • BenarNews.org
  • Yang Lain
    • Tentang Kami
    • Privacy Policy
    • Pedoman Media Siber
Sudah Punya Akun di GoWest.ID? Sign In
Ikuti Kami
  • Advertorial
© 2025 Indonesia Multimedia GoWest. All Rights Reserved.
Serial

Kisah Kampung Pereh dan Kampung Sebong

Sebong Pereh, Dari Batin ke Kepala Desa (bagian 2 – selesai)

Editor Admin 5 bulan lalu 1k disimak
Pantai di kampung Sebong saat air laut sedang surut. © F. Pardomuan.

SEBONG dan Pereh, dua kampung yang sekarang disatukan, punya cerita masa lalu yang lumayan panjang. Dua kelompok warga dengan dua kebiasaan hidup berbeda itu, mulai berinteraksi dan berbaur setahun setelah Indonesia merdeka.

Oleh : Bintoro Suryo


Sebelumnya, sekitar tahun 1897, sebuah pemukiman baru dibangun di sekitar hulu sungai Pereh di kawasan ini. Pemerintah kolonial Belanda saat itu, memindahkan warga yang tinggal di sebuah kampung bernama Buluan ke wilayah itu. Kampung Buluan merupakan kampung lama, lokasinya berada di sisi sungai antara desa Kuala Sempang dan Desa Sebong Pereh saat ini. Kampung baru yang dibangun ini disebut kampung Pereh, disesuaikan dengan nama sungai yang ada di sana. Sebagian warganya hidup dari ladang-ladang dan berdagang. Mereka dikenal dengan cara hidup yang lebih agraris.

Ada sekitar 40 KK awal yang mendiami kampung baru itu. Rata-rata merupakan suku Melayu dan kaum Tionghoa pendatang. Seorang tetua bernama Kundang, kemudian didaulat untuk menjadi Batin di kampung tersebut. Orang biasa memanggilnya dengan sebutan Batin Kundang.

Sepuluh kilometer agak ke utara, Sebuah perkampungan kecil lainnya juga sudah berdiri di sekitar wilayah ini. Di kampung pesisir pantai dengan kehidupan yang bergantung dari laut, konon dibuka oleh seorang warga dari suku laut bernama Sebong. Kampung di pinggir pantai itu, kelak disebut sebagai kampung Sebong.

Syamsul Kamal, mantan Sekdes Sebong Pereh. © F. Bintoro Suryo

“Yang datang ke sini pertama kali itu, Sebong, seorang suku laut. Dia yang membuka kampung di pinggir pantai ini. Beberapa tahun kemudian, datang lah Sudin bin Jamaluddin yang ikut membuka kampung ini”, ujar Syamsul Kamal.

“Itu Datok saye, die lari dari Daik, tak tahan dengan kehidupan istane, lalu mendarat di sini,” cerita Atan, pria berusia hampir 60 tahun yang duduk di samping saya dan Syamsul. Ia keturunan Sudin bin Jamaluddin yang diceritakan ikut membuka kampung Sebong seratusan tahun silam.

Atan, keturunan ketiga Udin bin Syamsuddin, orang yang ikut membuka kawasan kampung Sebong seratusan tahun lalu. © F. Bintoro Suryo

Saat itu menurut Atan, pesisir Utara Bintan ini belum bernama. Namun sudah ada beberapa kelompok orang yang mendiaminya. Mereka terdiri dari suku laut yang terbiasa hidup dalam nuansa bahari. Rata-rata berasal dari perairan Senayang yang datang secara musiman. Apabila musim utara, mereka kembali ke daerah asalnya dan jika musim angin timur, selatan dan barat, mereka datang lagi ke pesisir wilayah itu.

Di pinggir pantai ini terdapat juga beberapa Kepala Keluarga suku Cina dan pendatang suku melayu dari semenanjung Malaya (Malaysia).

Namun secara umum, budaya Tionghoa mendominasi di wilayah pesisir tersebut.

“Atok saye, Tok Nurdin tu, tak tahan dengan kehidupan di lingkungan istane yang sebenarnya di bawah kuasa Belanda, melarikan diri dan tibe lah di sini”, lanjut pak Atan.

Sementara warga bernama Sebong yang pertama kali membuka kampung ini, kemudian didaulat menjadi ‘Tok Juru’, julukan pemimpin kelompok atau ketua suku bagi warga yang mendiami kawasan pesisir tersebut sejak tahun 1909.

“Pada tahun 1918 Tok Juru Sebong meninggal dunia. Berturut-turut kemudian menurut pak Atan, tampuk kepemimpinan ketua suku di wilayah ini dipercayakan pada Tok Juru Wahid sampai dengan tahun 1924, terang Syamsul.

“Kemudian Tok Juru Wahid meninggal dunia diganti dengan Tok Juru Munsang”, cerita pak Atan bersemangat.

Di masa kepemimpinan Tok Juru Munsang lah, wilayah pesisir ini kemudian diberi nama kampung Sebong, diambil dari nama Tok Sebong yang didaulat pertama kali sebagai pemimpin warga di wilayah pesisir Utara Bintan itu.

Sementara itu di bagian dataran yang lebih tinggi, di kampung Pereh, kepemimpinan Batin Kundang berlangsung hingga tahun 1944.

“Penggantinya adalah Batin Paw sampai tahun 1946. Kemudian, Batin Paw diganti dengan Batin Gagak yang berasal dari kampung Sebong ni lah”, tutur pak Atan.

Di era Batin Gagak menurut pak Atan, mulai terbuka hubungan sosial dan interaksi yang lebih dalam di antara warga di kampung Pereh yang berada di bagian atas dengan warga yang mendiami kampung Sebong di bagian pesisir pantainya.

Warga Kampung Pereh mulai turun ke laut untuk membuka kebun baru, diantaranya kebun kelapa dan karet di sekitar wilayah kampung Sebong. Penyebutan nama kampung juga mulai disatukan menjadi kampung Sebong Pereh.

Kampung Pereh di perbukitan, diambil dari nama sebuah sungai yang mengalir di sana, sungai Pereh. © F. Pardomuan

Karena yang berkuasa adalah Batin Gagak yang berasal dari kampung Sebong, pusat pengelolaan kampung juga berpindah ke pantai.

“Berturut kemudian, batin Gagak diganti oleh Batin Tembek tahun 1957, kemudian batin Tembek diganti oleh Batin Kepal. Mase batin Kepal, sebutan tak batin lagi, tapi sudah penghulu”, ujar pak Atan.

Pada tahun 1968, Penghulu Kepal diganti dengan Muhammad Sulung  yang diberi gelar Kepala Kampung hingga tahun 1971. Muhammad Sulung kemudian diganti dengan Abdul Djalil yang mengelola kampung Sebong Pereh dengan status desa. Jabatannya bukan lagi penghulu, tapi Kepala desa. Ia memerintah hingga tahun 2010.

“Wah, pak Atan masih hapal cerita dan urutan dari awalnya ya”, kata Sania takjub mendengar cerita pak Atan.

“Ya lah, siape lagi yang nak mengingat ni, takutnya hilang tertelan zaman”, kata pak Atan sambil tertawa.

Akses jalan yang sudah beraspal di kampung Sebong, membuka isolasi wilayah ini. © F. Pardomuan

Walau terletak tidak terlalu jauh dari lokasi Tanjung Uban, akses darat dari Sebong Pereh ke kota tua itu masih ditempuh menggunakan jalur laut hingga dekade 70 menjelang 80-an.

Menurut Syamsul Kamal yang lahir di kampung ini, akses darat berupa jalan setapak, baru mulai dirintis pada dekade 80-an menuju kota Tanjung Uban.

“Itu jalan kaki kalau mau ke Tanjung Uban. Baru pada era 90-an, warga ke Tanjung Uban ada yang pakai sepeda. Belum sepeda motor, masih sepeda kayuh”, kata Syamsul mengenang masa-masa lalunya.

“Tahun 1995-an, baru mulai ada yang pakai motor untuk dipakai ke Tanjung Uban. Itu rata-rata yang orang China karena mereka lebih mampu”, lanjut Syamsul.

Saat ini ada tiga jalur yang bisa digunakan untuk menuju ke desanya. Selain jalur tengah yang merupakan jalur lama yang menghubungkan Tanjung Uban dan Tanjung Pinang, akses ke desa ini juga bisa ditempuh melalui jalur lintas barat dan di bagian pesisir Utara yang langsung bersisian dengan pantainya yang indah.

(*)

Selesai

Penulis/ Videografer: Bintoro Suryo – Ordinary Man. Orang teknik, Mengelola Blog, suka sejarah & Videography.
Artikel ini pertama kali terbit di : bintorosuryo.com
Kaitan bintan, cerita, Sebong Pereh, Serial
Admin 23 Maret 2025 23 Maret 2025
Apa yang anda pikirkan
Suka sekali1
Sedih0
Gembira0
Tal peduli0
Marah0
Masa bodoh0
Geli0
Artikel Sebelumnya OJK Blokir Ribuan Rekening, Pinjol Ilegal dan Judi Online Makin Meresahkan
Artikel Selanjutnya Hunian Baru Warga Rempang; Rumah Tipe 45
1 Komentar
  • Ping-balik: Kepala Desa yang Membangun Rumah Limas Melayu - GoWest.ID

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

APA YANG BARU?

Pelabuhan Selat Lampa Siap Jadi Pintu Gerbang Ekspor-Impor di Natuna
Artikel 3 jam lalu 79 disimak
DPRD Kepri Setujui Ranperda Perubahan APBD 2025
Artikel 4 jam lalu 115 disimak
Kebakaran Rumah di Jalan Pramuka Tanjungpinang, Diduga Akibat Korsleting Listrik
Artikel 4 jam lalu 115 disimak
Kapal Motor Senang Hati 68 Karam di Perairan Setokok
Artikel 18 jam lalu 212 disimak
Fenomena Halo Hiasi Langit Batam
Artikel 18 jam lalu 201 disimak

POPULER PEKAN INI

Kecelakaan di Jalan Sudirman, Seorang Ibu Rumah Tangga Meninggal Dunia
Artikel 3 hari lalu 494 disimak
Walau Belum Punya NIK, Dinkes Batam Jamin Akses Kesehatan bagi Bayi dan Balita
Artikel 3 hari lalu 335 disimak
Hanya 9 dari 653 UMKM Lolos Bantuan Subsidi Bunga 0%
Artikel 5 hari lalu 312 disimak
Gerak Jalan Proklamasi: Merayakan Kemerdekaan dengan Semangat Kebersamaan
Artikel 3 hari lalu 291 disimak
Delapan Karakter Unik Singapura
Catatan Netizen 5 hari lalu 287 disimak
- Pariwara -
Ad imageAd image
about us

Kami berusaha menjadi CITIZEN yang netral dan objektif dalam menyampaikan pandangan serta pikiran tentang apapun di dunia ini.

  • Privacy Policy
  • Tentang Kami
  • Pedoman Media Siber
Ikuti Kami
© Indonesia Multimedia GoWest 2025. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Lost your password?