PULAU Penyengat di Kota Tanjungpinang menjadi salah satu tujuan wisata paling ramai dikunjungi disaat musim liburan, khususnya liburan hari raya Idul Fitri.
Tidak hanya wiasatawan dari lokal kota Tanjungpinang saja yang berkunjung kesana, akan tettapi juga dari wilayah lainya di Kepri, bahkan juga dari mancanegara seperti Malaysia, Singapura dan Thailand.
Pulau Penyengat yang berada disebrang daratan ibukota Provinsi Kepri, Kota Tanjungpinang ini tidak hanya menawarkan keindahan alam, tetapi juga menyimpan jejak sejarah dan budaya Melayu yang begitu kental.
Butuh waktu antara 10 sd 15 menit untuk nyampai ke pulau bersejarah tersebut dari pelabuhan Sri Bintan Pura, Tanjungpinang dengan menggunakan moda transportasi laut sejenis Pompong, dengan ongkos relatif murah, Rp 10 ribu per penumpang.
Saat awak Gowest Indonesia menyambangi pulau ini pada Minggu (7/4/2025), cukup ramai orang berkunjung kesana.
Begitu tiba di dermaga Pulau Penyengat, pengunjung disambut dengan semilir angin laut yang lembut dan pemandangan megah Masjid Raya Sultan Riau, salahsatu ikon arsitektur Islam klasik yang menjadi simbol kejayaan masa lampau.
Dari dermaga menuju arah masjid ini berjarak 100 meter, cukup ditempuh dengan berjalan sepanjang pelantar sambil menikmati pemandangan sekelilingnya.
Ratusan orang cukup ramai memadati area halaman masjid baik yang berkelompok besar, ataupun kelompok kecil. Tidak sekedar menikmati keindahan dan suasana masjid bersejarah ini saja, akan tetapi juga menyempatkan untuk melakukan sholat wajib atau sunah.
Keramaian suasana libur lebaran seperti ini, banyak berdampak kepada perekonomian warga pulau Penyengat, salahsatunya ke pengemudi Bentor (becak motor), moda transportasi umum di pulau ini.
“Alhamdulillah cukup ramai pak. Selama lebaran seperti ini, memang lumayan ramai yang berkunjung ke sini” tutur salahseorang pengemudi Bentor, yang disewa Gowest Indonesia untuk keliling wisata pulau.
Ia menambahkan, selama musim liburan lebaran seperti ini, dirinya bisa memperoleh penghasilan dari sewa bentor Rp 300 ribu per hari.
“Kalau lagi musim begini bisa sampai tiga ratus ribu per hari pak. Tapi kalau hari-hari biasa nggak nyampai segitu, ya setahun sekali lah pak” tambahnya.
Di pulau Penyengat terdapat beberapa lokasi dan situs sejarah perkembangan Kesultanan Melayu Riau, yang dapat dikunjungi oleh para pengunjung dengan berkeliling menggunakan jasa sewa Bentor.
Beberapa tempat tersebut diantaranya;
Masjid Raya Sultan Riau
Menurut sejarah, masjid ini berdiri kokoh sejak tahun 1832, terkenal dengan 13 kubah dan 4 menara yang melambangkan 17 rakaat salat fardu. Warna kuning cerah yang khas menambah pesona bangunan bersejarah ini.
Menariknya, dinding-dinding masjid dibangun menggunakan campuran putih telur, menciptakan tekstur unik yang hingga kini masih terawat baik. Tak heran jika Masjid Raya Sultan Riau menjadi destinasi utama bagi wisatawan yang berkunjung ke pulau ini.
Situs Sejarah Melayu
Selain masjid, kompleks makam tokoh-tokoh Kerajaan Riau-Lingga juga menjadi magnet tersendiri. Salah satunya adalah makam Engku Putri Raja Hamidah, yang menerima Pulau Penyengat sebagai mas kawin dari Sultan Mahmud Syah pada tahun 1805.
Berdekatan dengan kompleks makam tersebut, terdapat pusara Raja Ali Haji, pahlawan nasional sekaligus sastrawan yang menulis karya monumental Gurindam Dua Belas, penanda bahasa Melayu yang menjadi cikal bakal Bahasa Indonesia.
Setiap langkah di pulau ini membawa wisatawan menelusuri lembaran-lembaran sejarah yang masih terasa hidup.
Benteng Bukit Kursi dan Istana Kantor
Jangan lewatkan pula Benteng Bukit Kursi, sisa-sisa struktur pertahanan dari abad ke-18 yang dibangun untuk melawan serangan kolonial Belanda. Dari atas bukit, pengunjung bisa menikmati panorama laut yang membentang luas, sementara meriam tua yang tersisa menjadi saksi bisu perlawanan rakyat pada masanya.
Tak jauh dari sana, Istana Kantor, kediaman resmi Raja Ali (1844–1857), memamerkan kemegahan arsitektur Melayu klasik. Meski beberapa bagian bangunan tampak usang, keagungan dan nilai sejarahnya masih sangat terasa.
Nuansa Melayu di Setiap Sudut
Pulau Penyengat bukan hanya tentang bangunan bersejarah. Jalanan kecilnya dipenuhi rumah-rumah panggung tradisional, anak-anak bermain di tepi pantai, serta warga lokal yang menyambut wisatawan dengan senyum ramah.
Kuliner khas seperti otak-otak ikan segar dan minuman air dohot juga dapat dinikmati langsung di warung-warung sederhana milik warga setempat, menambah kekayaan pengalaman saat berkunjung ke pulau ini.
Pulau Penyengat menjadi contoh nyata bagaimana wisata edukatif, religius, dan budaya bisa berpadu dalam satu tempat.
Dengan akses yang mudah melalui perahu motor dari pelabuhan Tanjungpinang, wisatawan dapat mengeksplorasi kekayaan sejarah Melayu hanya dalam waktu singkat.
(zah)