TANAH timbunan dibiarkan tertumpuk, tanpa diberikan pengaman, sehingga memungkinkan terbawa arus air dan abrasi, yang mengakibatkan air laut jadi berubah warna.
Tampak juga adanya penyempitan di ujung penimbunan yang berseberangan dengan area wisata Golden City (Golden Prawn).
UNTUK memastikan adanya aktifitas penimbunan pantai dan alur sungai yang berada di kawasan Teluk Tering yang cukup meresahkan warga dan nelayan Bengkong, kru Gowest Indonesia melihat langsung kelokasi kegiatan reklamasi yang dimaksud.
Minggu (16/02/2025), didampingi Ketua RW 12 Sei Nayon, Anwar Dalimunte, dan juga Ketua RW 03 Bengkong Kolam, Romi, kami berangkat menuju lokasi dari pangkalan (dermaga) nelayan di kawasan pantai Ocarina yang dulu dikenal sebagai Tanjung Lamun di sekitar Teluk Tering, Batam Centre.
Dengan menggunakan perahu milik Romi, menelusuri pantai dari Batam Centre ke arah perairan Bengkong dengan jarak tempuh sekitar 20 menit.
Suasana pantai cukup tenang, dan saat itu, sekitar pukul 10.00 Wib, air pasang mulai naik. Sebagian air laut yang berada dipinggiran, nampak terlihat coklat, yang kemungkinan tercampur dengan tanah-tanah timbunan.
Sepanjang perjalanan, nampak luas perairan yang menghubungkan wilayah Batam Centre, Bengkong dan Nongsa dan batas perairan terluar Indonesia (OPL).
Di sisi sebelah kiri, kawasan wisata dan perumahan Coastarina, dan disebrangnya adalah wilayah perairan Nongsa, mulai dari Belian, Teluk Terih, Penambi, pantai Melayu, kawasan wisata Palm Spring, Turi Beach dll.
Aktifitas di perairan itu terbilang cukup ramai, selain tempat untuk mencari tangkapan ikan nelayan, alur itu pun salah satu lintasan kapal fery yang keluar atau masuk Batam dari Malaysia dan Singapura.

Sepanjang perjalanan, Ketua RW 12 Sei Nayon, Anwar Dalimunte bercerita, bahwa kegiatan reklamasi pantai yang akan dilihat itu, sudah lama terjadi.
“Awalnya kami tidak tau kalau ada penimbunan pantai itu. Setelah kawan-kawan nelayan bercerita dan kami pun pernah juga melihat beberapa hari lalu, baru kami bisa pastikan bahwa alur sungai dari wilayah kami di ujungnya menyempit karena penimbunan itu” ungkap Anwar.

Menurutnya, ia bersama nelayan dan beberapa ketua RW di kelurahan Sadai, telah melaporkan hal tersebut ke pihak kepolisian, Polda Kepri.
Alasannya, karena penimbunan itu terus berlangsung dan mengkhawatirkan terhadap dampak kerusakan lingkungan. Sampai saat ini, laporan mereka belum ada tanggapan dari pihak pemerintah terkait.
“Kami khawatir dampak dari penimbunan itu. Kami belum lihat adanya reaksi dari pihak pemerintah atas hal tersebut, makanya kami dengan kawan-kawan memberikan laporan ke pihak kepolisian” tambahnya.
Di tengah perjalanan menuju lokasi, kami juga bertemu dengan seorang nelayan yang tengah mengangkat alat tangkap ikan, sejenis bubu, bernama Rabu Darmawan.
Rabu Darmawan, nelayan asal Bengkong Laut itu bercerita, bahwa semenjak adanya penimbunan di bibir pantai Teluk Tering tersebut, hasil tangkapannya jauh menurun dibandingkan sebelumnya.

“Ya sejak adanya penimbunan itu, kami agak susah juga mencari ikan dan udang ini. Pantainya jadi rusak dan sungai itu jadi sempit. Kami tidak mungkin mencari ikan dan udang ke tengah laut” keluh Rabu.
Memasuki lokasi penimbunan, dari arah laut terlihat jelas bahwa penimbunan tersebut sangat masif dan seolah-olah mengabaikan faktor resiko kerusakan lingkungan.
Tanah timbunan dibiarkan tertumpuk, tanpa diberikan pengaman, sehingga memungkinkan terbawa arus air dan abrasi, yang mengakibatkan air laut jadi berubah warna.
Tampak juga adanya penyempitan di ujung penimbunan yang berseberangan dengan area wisata Golden City (Golden Prawn).
Jika dilihat dari arah belakang bangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), terlihat jelas alur sungai yang ditimbun menyerupai bangunan bendungan atau Dam.

Di pinggir pantai terlihat batu-batu granit yang tersusun rapih, seperti halnya susunan batu pemecah ombak.
Sejatinya jika diperhatikan lebih jelas, penimbunan yang dilakukan di muara sungai tempat bungan air dari wilayah, Batam Kota, Sungai Panas dan Bengkong ini, betul-betul akan menghambat aliran air.

Menyikapi kondisi yang ada, Anwar Dalimunte, berharap pemerintah dan aparat penegak hukum segera turun tangan dan melakukan tindakan kepada pihak yang telah melakukan kegiatan penimbunan.
“Ya kami berharap segera ditertibkan dan tindak. Karena secara teknis pun, kami rasa penimbunan ini akan membawa bencana bagi masyarakat terutama yang paling dekat di wilayah kami. Jangan sampai menunggu ada korban dulu, baru bertindak” ujarnya.
Begitupun halnya dengan Romi, Ketua RW 03 Bengkong Kolam, yang bekerja sebagai nelayan.
“Harapan kami kepada pemerintah, segera lah dihentikan kegiatan penimbunan karena sangat-sangat merugikan nelayan dan masyarakat” ungkap Romi.
(zah)