PERTUNJUKAN Teater Bangsawan Melayu Indera Perkasa pulau Penyengat bertajuk “Hang Nadim” mengagumkan penonton beberapa hari kemarin. Kisah klasik yang legendaris melalui lakon para aktornya, berhasil memukau di atas panggung.
Pertunjukan yang berlangsung di Jalan Merdeka, Kota Lama Tanjungpinang, Jum’at (25/8/2023) lalu, dalam gelaran Tanjungpinang Fest, berhasil menghidupkan kembali Seni teater klasik Melayu Kepulauan.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Tanjungpinang, Zulhidayat mengungkap, teater bangsawan yang digelar beberapa hari kemarin ini, telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda sekitar tahun 2015 lalu.
“Kini, kita coba untuk membangkitkan kembali sebagai salah satu kekuatan yang bisa mendorong perekonomian di kota Tanjungpinang,” katanya optimis.
“Kita kembangkan kembali teater bangsawan untuk menggairahkan lagi kisah-kisah klasik sebagai salah satu strategi kita menarik pasar pariwisata dengan memanfaatkan seni dan kebudayaan di kota Tanjungpinang,” lanjut Zulhidayat.
Menurutnya, potensi seni budaya yang ada di kota Tanjungpinang, tidak kalah dengan daerah lainnya. Tinggal bagaimana mengemas dan memproduksi paket-paket wisata untuk memperkenalkan kepada masyarakat secara umum.
Tanjungpinang fest yang digelar dalam kekayaan budaya di kota Tanjungpinang beberapa hari kemarin itu menurutnya, tak hanya menampilkan teater bangsawan. Tapi juga penampilan musik dari sanggar seni Staman, Sarvati, dan pembacaan Gurindam 12.
Teater Bangsawan di Kalangan Masyarakat
Teater atau Wayang Bangsawan berdasar literasi yang diperoleh GoWest.ID, adalah Seni teater rakyat yang pernah hidup dan berjaya di kawasan Kepulauan Riau.
Dahulunya, Seni pertunjukan ini bisa dimainkan oleh banyak lapisan masyarakat. Selain sebagai sarana pertunjukan dan hiburan, banyak pesan moral dan positif yang terkandung di dalamnya.
Atraksi yang digelar adalah pertunjukan stambul atau komedi yang menggabungkan musik, drama dan tari serta mengangkat kisah-kisah di lingkungan istana.
Cerita-cerita yang sering diangkat seperti kisah tentang ‘Hang Tuah Lima Bersaudara‘, ‘Sultan Mahmud Mangkat Dijulang‘, ‘Laksamana Bintan‘ dan epik kepahlawanan ‘Hang Nadim‘.
Menurut sejarah, teater ini dikembangkan oleh masyarakat Persia atau Parsi yang pindah ke India karena pertentangan ideologi di tanah airnya. Teater ini lalu berkembang di Pulau Pinang, Malaysia, dan menyebar pula hingga ke Kepulauan Riau.
(ham)