WILAYAH di sekitar Batu Ampar, Batam, mulai dihuni penduduk beberapa puluh tahun lalu. Pada saat itu di daerah muara sungai dihuni oleh etnis Tionghoa dan di hulu sungainya dihuni oleh orang Jawa, selain warga asli orang Melayu. Ada juga beberapa warga dari suku Bugis yang merantau ke lokasi ini.
Tahun 1949 daerah ini hanyalah kampung nelayan kecil. Di pinggir pantai terdapat kelong-kelong yang dibuat orang Tionghoa yang melewati Tanjung Datuk.
Di dalam kampung ini terdapat lagi perkampungan yang bernama Batu Merah.
Wilayah Batu Merah ini dibangun pertama kali oleh seorang Bugis bernama Daeng Tambak. Pembangunannya diteruskan oleh Pak Merah, seorang pengumpul batu.
Tahun 1976 tempat ini mulai ramai ditinggali warga pendatang. Karena ramai orang melihat Pak Merah sebagai pengumpul batu, makanya dinamakanlah daerah ini dengan Batu Merah. Ada tugu batu berwarna merah saat kita memasuki kawasan itu kini.
Kawasan Batu Merah sudah menjadi kampung yang heterogen. Tidak hanya suku Melayu sebagai penduduk asli yang mendiami wilayah ini. Banyak pendatang lain yang menjadikan kampung Baru Merah di Batam sebagai kampung halaman mereka. Sudah puluhan tahun mereka mendiami kawasan itu.
(ham)
Sumber : Beplus Indonesia