Histori
Nama Papua dari Masa ke Masa

PAPUA merupakan pulau terbesar kedua di dunia setelah Greenland yang dimiliki Denmark. Pulau ini juga menjadi yang terbesar di Indonesia.
Bila digabung dengan Papua New Guinea, besarnya hampir lima kali luas pulau Jawa.
Dibalik luasnya tanah Papua, sudah tahukah Anda bahwa provinsi itu sempat berganti nama berkali-kali? Ya, pergantian itu dimulai sejak Indonesia, khususnya tanah Papua, masih dijajah Belanda.
Dikutip laman Pogauokto.blogspot.co.id, Minggu 13 November 2016 berikut perubahan namanya:
200-700 Masehi
Penamaan Papua dipengaruhi oleh banyaknya orang yang datang ke pulau itu. Mulai dari peneliti, para pedagang dari China, seorang pengarang Tiongkok, hingga kedatangan para pencari rempah. Papua punya banyak penyebutan, sesuai siapa yang tengah bersinggah.
Nama itu mulai dari Labadios, Tungki, Janggi, Dwi Panta (Ujung Samudera), Samudranta (Ujung Lautan).
Akhir 1300-1646
Kerajaan Majapahit menggunakan dua nama untuk menyebut pulau Papua yaitu Wanin dan Sram. Kemudian Pelaut asal Spanyol Inigo Ortiz de Retes memberi nama Nueva Guinee, dalam bahasa Inggris disebut New Guinea.
Saat menyusuri pantai utara pulau Papua dia melihat ciri-ciri penduduk yang berkulit hitam, berambut keriting sama seperti di belahan bumi Afrika bernama Guinea.
Maka diberi nama pulau Papua sebagai Nueva Guinee atau Pulau Guinea Baru dan dipertahankan sampai dua abad.
Lalu Belanda kembali mengubah nama Papua dari Nieuw Guinea menjadi Nederlands Nieuw Guinea. Perubahan nama tersebut lebih bersifat politis karena Belanda tak ingin kehilangan pulau Papua dari Indonesia pada zaman itu.
Kemudian Kerajaan Tidore yang memberi nama untuk pulau dan penduduknya sebagai Papa-Ua yang sudah berubah penyebutannya menjadi Papua. Dalam bahasa Tidore artinya tidak bergabung atau tidak bersatu.
Era Soeharto dan Gusdur
Respons penduduk terhadap nama Papua cukup baik. Alasannya karena nama tersebut benar mencerminkan identitas diri mereka sebagai manusia (berkulit) hitam, keriting, dan sangat berbeda dengan penduduk Melayu juga kerajaan Tidore.
Di zaman penjajahan Belanda atau Residen JP Van Eechoud meminta agar dewannya mengkaji sejarah dan budaya tentang Papua. Hingga akhirnya Frans Kaisiepo mengambil sebuah nama mitos Manseren Koreri–legenda termashyur masayarakat Biak, yaitu Irian.
Dalam bahasa Biak Numfor, ‘iri’ artinya tanah dan ‘an’ adalah panas.
Dengan demikian Irian artinya tanah panas. Pengertian itu sama seperti di Serui, ‘iri’ artinya tanah ‘an’ bangsa. Jadi Irian artinya Tanah Bangsa, sementara dalam bahasa Merauke, ‘iri’ artinya ditempatkan atau diangkat tinggi dan ‘an’ adalah bangsa. Jadi Irian adalah bangsa yang diangkat tinggi.
Lalu pada 1961, lembaga yang didirikan Belanda, Komite Nasional Papua (Nieuw Guinea Raad) mengibarkan bendera nasional baru yang dinamakan Bintang Kejora. Mereka menetapkan nama Pulau Papua sebagai Papua Barat.
Pada 1969, PBB mengizinkan Papua memiliki dua nama selain Papua Barat, yaitu West New Guinea atau Irian Barat. Nama Irian Barat resmi disandang sejak 1 Mei 1963.
Pada 1 Maret 1973, Irian Barat diganti oleh Presiden Soeharto menjadi nama Irian Jaya. Memasuki era reformasi, sebagian masyarakat menuntut penggantian nama Irian Jaya menjadi Papua. Presiden Abdurrahman Wahid (Gusdur) memenuhi permintaan sebagian masyarakat tersebut.
Dalam acara kunjungan resmi kenegaraan Presiden, sekaligus menyambut pergantian tahun baru 1999 ke 2000, pagi hari tanggal 1 Januari 2000, beliau memaklumkaan bahwa nama Irian Jaya saat itu dirubah namanya menjadi Papua. ***