OPEN BO (Booking Online atau Booking Out) kian marak diera digital saat ini. Open BO sendiri biasa digunakan dalam prostitusi online, yang kerap terjadi praktiknya di media sosial seperti Twitter, MiChat, BeeTalk, atau bahkan WhatsApp sekali pun. ARTIKEL ini dibuat oleh Hariqo Wibawa Satria, seorang pengamat media sosial dari Komunikonten, CEO Global Influencer School, dan penulis buku “Seni Mengelola Tim Media Sosial”, yang dikutip dari Detik.com
—————————-
CERITANYA pelaku menyamar sebagai penyedia jasa Seks Online (SO) di medsos, kemudian minta uang muka, setelah ditransfer, akun korban diblokir pelaku agar tidak bisa menghubungi.
Demikian kronologi kejahatan yang dijelaskan Tim Siber POLRI pada 23 Juni 2021 kemarin.
Warganet tercinta, pengguna medsos itu seperti pengguna jalan raya. Kalau belum membaca UU Lalu Lintas, maka akan banyak kecelakaan yang menyebabkan kerugian materi, cacat hingga meninggal dunia.
Nah, saat ini 170 juta orang Indonesia adalah pengguna aktif medsos (HootSuite, We Are Social-Digital 2021). Dalam rilis studi Microsoft pada Februari 2021 lalu, disebutkan dua hal buruk yang paling sering terjadi di Indonesia: ujaran provokatif dan penipuan daring, data ini sama dengan laporan masyarakat kepada Kepolisian sepanjang 2019.
Soal open BO Seks juga begitu, pelanggannya jadi korban penipuan daring karena transfer duluan. Pada kasus lain, pelaku open BO malah pernah dibunuh oleh pelanggannya seperti kejadian di Menteng, Jakarta bulan Mei 2021 lalu.
Maraknya orang tertipu di medsos, telah mengindikasikan banyak pengguna medsos belum membaca aturan penggunaan medsos, UU ITE sebelum mengoperasikan medsos, kamu sudah baca belum?
Warganet tercinta, semua medsos melarang promosi prostitusi. Open BO saya lihat cukup marak di Twitter. Padahal kalau kita baca aturannya, Twitter melarang pornografi, jasa escort dan prostitusi, ketelanjangan, dan lain-lain.
Namun dalam praktiknya, akun yang menawarkan jasa prostitusi tetap bermunculan. Meskipun followernya kecil, akun semacam ini gampang ditemukan.
Dugaan saya, pelanggan mengetik kata kunci di kolom pencari medsos, dan srooot… keluar semua yang dicari, chat, dan terjadilah transaksi.
Jadi akun-akun open BO itu followernya dikit, tapi pencarinya banyak loh.
Di YouTube, video tentang open BO yang paling ramai ditonton adalah podcastnya Deddy Corbuzier, judulnya Open BO on Close the Door – Diana Dee Starlight.
Video tersebut sudah lebih dari sembilan juta view-nya. Di televisi, konten ini pasti dilarang oleh KPI. Saya berharap video ini dihapus saja oleh Deddy Corbuzier karena terlalu seronok, vulgar dan membahayakan anak-anak Indonesia.
Atau, gunakan fitur mode restricted (terbatas) yang disediakan YouTube. Untuk kebaikan bersama, saya yakin Deddy tahu langkah terbaik.
Warganet tercinta, mereka yang melakukan open BO Seks umumnya karena butuh uang, kurang keterampilan, belum maksimal melihat dunia dari atas. Mereka sulit kita sadarkan jika hanya dengan ancaman siksa api neraka.
Mereka perlu keterampilan digital untuk beralih dari menjual tubuh ke menjual barang, konten, atau jasa lainnya. Pasarnya lebih luas, pendapatannya lebih besar.
Keterampilan digital ini bisa didapatkan dengan mengikuti berbagai webinar literasi digital, salah satunya yang diadakan oleh Kemkominfo dan Siber Kreasi di seluruh Kota/Kab di Indonesia.
Camkan ya, pelaku open BO Seks itu bukan sampah masyarakat. Mereka saudara kita dan aset bangsa juga.
Sedangkan untuk para orang tua, konsultasikan dengan para guru, psikolog, psikiater, dan dosen mengenai kapan waktu yang tepat untuk menjelaskan hal-hal yang Anda anggap tabu kepada anak-anak Anda.
Sebab, cepat atau lambat mereka juga akan mengetahui itu semua dari internet. Sekurangnya ada dua pilihan: Anda yang memberitahu, atau internet yang memberitahu mereka. Segera lakukan sebelum anak-anak kita “meninggal digital.”
Kemudian, sesering mungkin katakan pada anak-anak kita, “hati-hati ya nak di medsos”, dan pastikan mereka paham dengan apa yang kita maksud dengan berhati-hati tersebut. Ingat, gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan konten. Salam literasi #MakinCakapDigital. (*)
Sumber: Detik.com