Dengan mengakses situs GoWest.ID, anda setuju dengan kebijakan privasi dan ketentuan penggunaannya.
Setuju
GoWest.IDGoWest.ID
  • Reportase
    ReportaseSimak lebih lanjut
    Kapal Motor Senang Hati 68 Karam di Perairan Setokok
    9 jam lalu
    Fenomena Halo Hiasi Langit Batam
    9 jam lalu
    Walikota Batam Akan Tindak Tegas Jukir Yang Tidak Tertib Sesuai Aturan
    15 jam lalu
    Iuran BPJS Kesehatan Bakal Naik Bertahap Tahun Depan
    15 jam lalu
    Jaga Kualitas Air Baku Waduk Muka Kuning, Ditpam BP Batam Tutup Akses Telaga Bidadari
    17 jam lalu
  • Ragam
    RagamSimak lebih lanjut
    Meningkatnya Kasus Diabetes di Kalangan Usia Muda
    15 jam lalu
    Pekan Olahraga kota Batam Kembali Digelar
    2 hari lalu
    Lomba Gerak Jalan Beregu HUT RI ke-80 di Batam
    2 hari lalu
    Delapan Karakter Unik Singapura
    5 hari lalu
    Asal Sejarah Gim Roblox
    5 hari lalu
  • Data
    DataSimak lebih lanjut
    Pulau Mubut Darat, Batam
    2 hari lalu
    Kompleks Makam Raja Abdurrahman
    2 minggu lalu
    Makam Raja Haji Fisabilillah
    4 minggu lalu
    Andy Liany (Juli Hendri bin Saleh Rachim)
    1 bulan lalu
    Pulau Nipah, Batam (Pulau Angup)
    1 bulan lalu
  • Program
    ProgramSimak lebih lanjut
    #Full Hendrik; Pujakesuma di DPRD Batam
    1 bulan lalu
    #ComingSoon Hendrik; Pujakesuma di DPRD Batam
    1 bulan lalu
    #Full Pelayanan Publik BP Batam : Ngobrol Bareng Deputi VI, Ariastuty Sirait
    2 bulan lalu
    Pelayanan Publik BP Batam : Ngobrol Bareng Deputi VI, Ariastuty Sirait #ComingSoon
    2 bulan lalu
    Ngobrol Everywhere | Bicara Pelayanan Umum BP Batam Bersama Ariastuty Sirait
    2 bulan lalu
TELUSUR
  • Reportase
    • Artikel
    • Serial
    • In Depth
    • Berita Video
    • Cerita Foto
    • Live!
  • Ragam
    • Budaya
    • Pendidikan
    • Lingkungan
    • Sports
    • Histori
    • Catatan Netizen
  • Data
    • Infrastruktur
    • Industri
    • Statistik
    • Kode Pos
    • Rumah Sakit
    • Rumah Susun
    • Tokoh
    • Wilayah
    • Situs Sejarah
    • Seni
  • Partner
    • VOA Indonesia
    • BenarNews.org
  • Yang Lain
    • Tentang Kami
    • Privacy Policy
    • Pedoman Media Siber
Notifikasi Simak lebih lanjut
Aa
Aa
GoWest.IDGoWest.ID
  • Reportase
  • Ragam
  • Program
  • Data
  • Reportase
    • Artikel
    • Serial
    • In Depth
    • Berita Video
    • Cerita Foto
    • Live!
  • Ragam
    • Budaya
    • Pendidikan
    • Lingkungan
    • Sports
    • Histori
    • Catatan Netizen
  • Data
    • Infrastruktur
    • Industri
    • Statistik
    • Kode Pos
    • Rumah Sakit
    • Rumah Susun
    • Tokoh
    • Wilayah
    • Situs Sejarah
    • Seni
  • Partner
    • VOA Indonesia
    • BenarNews.org
  • Yang Lain
    • Tentang Kami
    • Privacy Policy
    • Pedoman Media Siber
Sudah Punya Akun di GoWest.ID? Sign In
Ikuti Kami
  • Advertorial
© 2025 Indonesia Multimedia GoWest. All Rights Reserved.
Histori

‘Orang Tring Bumban’ di Teloek Boelan

Editor Admin 3 bulan lalu 1.1k disimak
Sebar
Foto Cover : Deretan Hutan Mangrove (Bakau, pen) yang masih tersisa di sekitar perairan Teluk Tering/Tring/Belian masa kini. Foto diambil tahun 2023, © Bintoro SuryoDisediakan oleh GoWest.ID

Orang Tring Bumban’ dideskripsikan sebagai suku primitif dan ‘pemalu’ di Batam yang tidak banyak mengenal dunia luar. Mereka hidup dari alam di tengah hutan-hutan bakau, belantara rimba, mengembara melalui labirin aliran sungai-sungai yang sempit serta tergantung pada pasang surut air laut dan musim. 

Daftar Isi
Kampung Tring dan Orang Tring BumbanToponim Nama Teloek Tring

Oleh: Bintoro Suryo


KEBERADAAN mereka dicatatkan dalam buku : Journal of The Indian Archipelago and Eastern Asia volume 1 terbitan tahun 1847. Orang Tring di Batam pada masa itu, tinggal dan mengembara di sekitar teluk Tering hingga ke timur pulau Batam. Mereka hidup di hutan-hutan bakau dan sungai-sungai kecil di sekitarnya.

Penulis jurnal penelitian ilmiah tersebut, James Richardson Logan, seorang Inggris, menyebut kelompok orang di sana, lebih liar dan primitif dibanding kelompok orang Sabimba (Orang Senimba, pen) yang ditemuinya dan hidup di bagian barat laut pulau Batam (catatan tentang ‘Orang Sabimba’ bisa disimak di tulisan berbeda, pen).

Dalam catatan jurnal Logan tentang pulau Batam pada 1847, ditulis :

“…Pulo Battam is the first of these islands, in part, the southern side of the Straits of Singapore. Its creeks are frequented by prahus of several of the pelagian tribes, and in its forest three wild tribes are found. In the north western parts live the Sabimb^ who have been already described.^ In the forest of the north eastern promontory wander a still wilder tribe, called by the Malays of Singapore Orang Tring Bumban …”

Terjemahannya :
Pulo Battam adalah pulau pertama (yang dikunjungi Logan dari Singapura pen), terletak di sisi selatan Selat Singapura. Anak sungainya sering dikunjungi oleh prahu (perahu) dari beberapa suku laut, dan di hutannya ditemukan tiga suku liar. Di bagian barat laut hiduplah suku Sabimba. Di hutan tanjung timur laut, berkeliaran suku yang lebih liar, yang oleh orang Melayu Singapura disebut Orang Tring Bumban (Orang Tring Bemban’) …”.

Orang Tring Bumban, dikategorikan memiliki kebiasaan hidup hampir serupa dengan ‘Orang Senimba yang pernah tinggal di Teluk Senimba di sisi barat laut Batam dan ‘Orang Mukakuning’ yang hidup di hutan kawasan Mukakuning.

Informasi tentang ‘Orang Tring Bumban’ di kawasan teluk Tering, juga bisa disimak dalam catatan “Journal of the Straits Branch of the Royal Asiatic Society ‘ yang dipublikasi pada Desember 1907. Salah satu penulisnya, C. Bodden Kloss, menyebut nasib ‘Orang Tring Bumban’ di teluk Tering menyusut dari waktu ke waktu. Hampir serupa dengan nasib ‘Orang Senimba yang tinggal di hutan-hutan kawasan teluk Senimba hingga hutan bakaunya.

Kloss mengaku tidak berhasil menemui mereka (Orang Tring Bumban’). Namun, ia mencatat keterangan warga setempat tentang suku asli di Batam pada masa itu.

“Saya belum pernah melihat mereka secara pribadi, karena (orang Tring Bumban) tinggal di tempat- tempat berteduh dan berkeliaran (nomaden). Mereka tidak mudah ditemui dengan selama kunjungan singkat ini. Tetapi dinyatakan bahwa jumlahnya kurang dari seratus. Mereka berdagang sedikit hasil hutan… “

Menurut Kloss, pada 1907, pakaian orang Tring Bumban yang tinggal di Teluk Tering, hanya mengenakan cawat dari kayu. Ciri-ciri mereka hampir serupa dengan ‘orang darat’ pada umumnya yang pernah ditemui beberapa peneliti lain sampai awal abad ke-20 di pulau-pulau sekitar Batam (kepulauan Batam, pen). Seperti ‘orang hutan’ di pulau Rempang yang diduga memiliki kekerabatan yang lebih besar dengan ‘Orang Benoea (orang Benua) dan sering dianggap berasal dari daratan semenanjung Malaya (Malay Peninsula, pen).

Namun, apakah Orang Tring Bumban’ merupakan suku asli Batam yang berasal dari Semenanjung Malaya?

Fakta menarik lain sehubungan dengan mereka menurut Kloss adalah bahwa mereka masih menggunakan racun sumpitan. Senjata itu dipakai untuk berburu. Namun, mereka tidak membuatnya sendiri, melainkan, mendapatkannya dengan cara barter.

“… Informanku meyakinkan kepadaku bahwa meskipun anak panah beracun itu efektif melawan anak panah liar binatang namun mereka tidak akan pernah membunuh unggas…” sebut Kloss dalam catatannya.

Hal menarik lain dari catatan Kloss, ‘Orang Tring Bumban’ diduga memiliki keterkaitan dengan suku asli lain yang pernah dikenal di pulau Singapura, ‘Orang Kalang’.

Jauh sebelum kunjungan C. Bodden Kloss ke kepulauan Batam, penyebutan kelompok masyarakat yang mendiami Teluk Tering di pulau Batam sebagai ‘Orang Tring Bumban, sudah disematkan penulis Inggris, James Richardson Logan dalam jurnalnya di tahun 1847.

Logan sendiri mendapat informasi awal tentang keberadaan mereka, berdasarkan catatan seorang pendeta warga negara Jerman, E. H. Rottger yang sempat mengunjungi pulau Batam dan tinggal selama hampir setahun di pulau ini pada sekitar tahun 1835. Catatan perjalanannya: ‘Berigten Omtrent Indie, Gedurende Een Tienjarig Verblijf Aldaar, diterbitkan pertama kali pada tahun 1844 oleh publisher Deventer M. Ballot. Cetakan keduanya terbit pada 1846. (Catatan Pendeta E. H. Rottger dalam kunjungannya ke Batam pada 1835, dituliskan pada artikel berbeda di situs ini, pen.)

Kampung Tring dan Orang Tring Bumban

PENELUSURAN lebih jauh tentang keberadaan ‘Orang Tring Bemban’ yang ditemui James Richardson Logan dan pemandunya, beberapa tahun sebelum jurnalnya diterbitkan pada 1847, sebuah peta lebih lama tentang kepulauan Batam juga menuliskan nama kampung Tring di pesisir timur laut Batam, persis di teluk Tring/Tering.

Sungai Ulu Relai di sekitar Teloek Tring/ Teluk Belian di Batam Centre, diperkirakan pernah menjadi habitat hidup orang ‘Tring Bumban’ di masa lampau. © F. Bintoro Suryo

Kampung Tring dicatatkan dalam peta oleh E.H. Boom, seorang Letnan Komandan Hindia Belanda pada tahun 1846. Potongan peta bernama “Kaart van de Noordkust van het Eiland Bantang (ie. Batam)” itu menampilkan wilayah Teloek Tring dan sekitarnya. Kampung orang Tring, seperti dalam peta, diperkirakan berada di sekitar muara sungai Tering saat ini, dekat bukit Penambi di wilayah Batam Centre.

Potongan peta bernama “Kaart van de Noordkust van het Eiland Bantang (ie. Batam)” itu menampilkan wilayah Teloek Tring dan sekitarnya, dipublikasi pertama kali pada 1847. © Universiteit Leiden/ koleksi pribadi Bintoro Suryo

Pada masa lalu, di sekitar lokasi terdapat aliran sungai-sungai kecil yang berhubungan dengan wilayah di pantai timur Batam lainnya. Seperti wilayah Batu Besar dan Nongsa.

Kampung Tring yang terletak di pesisir teluk Tering masa itu, juga terhubung dengan beberapa kampung lain seperti kampung Belie-an (kampung Belian, pen) melalui jalur laut.

Orang Tring Bumban, diketahui merupakan suku nomaden yang sering berpindah-pindah lokasi tempat tinggal. Mereka biasa berkelana di sekitar perairan teluk Tering masa itu, hingga menyusuri labirin sungai-sungai kecil di sekitarnya. Sebuah peta berbeda yang direproduksi antara tahun 1883 -1885, mendeskripsikan kampung Tring di teluk Tering berada di sekitar wilayah Bengkong Laut saat ini.

Fakta ini sejalan dengan temuan nama wilayah Sei Tering di sekitar wilayah Bengkong hingga ke Batu Ampar dekat Melchem di Batam yang lumrah dikenal warga pada dekade 1970-an hingga 80-an. Ada penamaan kampung Terih di sekitar Melchem dekat Tanjung Sengkuang dan menjadi lokasi tempat tinggal kaum urban yang bekerja di kawasan industri berat terlama di Batam, Batu Ampar.

Oramg lama Batam, terkadang menyebut kawasan tempat tinggal kaum urban di sana dengan nama ‘Kampung Kardus’. Diambil dari bangunan-bangunan tempat tinggal di sana yang banyak terbuat dari dinding kardus. Sulitnya akses bahan baku rumah di awal-awal pengembangan pulau Batam sebagai daerah industri antara dekade 70 hingga 80-an silam, menyebabkan kaum urban yang datang untuk bekerja di pulau ini, memilih untuk membangun tempat tinggal mereka di sekitar lokasi kerja dengan cara sederhana. Selain memanfaatkan kardus sebagai dinding penutup rumah, mereka banyak memanfaatkan bahan baku sisa pabrik hingga kayu-kayu dari hutan sekitarnya untuk membangun rumah.

Walau lebih dikenal sebagai kelompok masyarakat yang lebih sering beraktifitas di hutan dan rawa bakau, kelompok ‘Orang Tring Bumban’ di masa lalu, juga terbiasa hidup di perairan dengan menggunakan sampan-sampan kecil yang biasa disebut ‘kajang’. Sebuah kebiasaan yang juga lazim dilakukan kelompok masyarakat dari suku Kallang dan Seletar di pulau Singapura masa itu.

Potongan peta berjudul ‘Kaart van den Riouw- en Lingga-Archipel COLLBN Port 62 N 23’ terbitan 1883-1885 , disusun oleh Stemfoort, J.W, Siethoff, J.J. ten dan
Eckstein, Charles. Kampung Orang Tring terletak di wilayah Bengkong Laut masa kini. © Universiteit Leiden/ koleksi pribadi Bintoro Suryo

Penyebutan ‘Orang Tring Bumban’ pada catatan ilmiah Logan pada 1847, berdasarkan sebutan yang biasa disematkan kepada orang-orang tersebut oleh masyarakat Melayu di Singapura masa itu. Pengenalan ciri mereka, dianggap serupa dengan kelompok masyarakat di sana.

‘Orang Tring Bumban’ dideskripsikan sebagai suku yang tidak banyak mengenal dunia luar. Mereka hidup dari alam di tengah hutan-hutan bakau, mengembara melalui labirin aliran sungai-sungai yang sempit di wilayah itu hingga perairan pantai, serta tergantung pada pasang surut air laut dan musim. 

Catatan C. Bodden Kloss dalam dokumen : Journal of the Straits Branch of the Royal Asiatic Society : “Some Visits to Batam Island”, yang dipublikasi pada Desember 1907, orang Tring Bumban’ memiliki karakteristik kemasyarakatan yang sama dengan suku Kalang di Singapura. Walau tertutup dari masyarakat luar, mereka telah memiliki sistem kemasyarakatan sendiri dalam tiap kelompok.

Seperti soal kepemimpinan dalam kelompok masyarakatnya. Kloss menulis bahwa kelompok masyarakat tersebut diketuai para pemimpin seperti Batin, Jinang dan Jukrah.

Logan dalam dokumen yang dipublikasi pada 1847 menyebut orang Tring Bumban di Batam berasal dari nenek moyang yang sama dengan orang Senimba, namun berbeda dengan orang Benoea (suku darat) yang ada di pulau Rempang serta Galang.

Orang Darat (suku Benoewa) sekitar tahun 1915, diperkirakan di Kepulauan Batam. © F. J.B. Obernetter, Universiteit Leiden Netherland/ koleksi pribadi Bintoro Suryo

Toponim Nama Teloek Tring

TELOEK Tring (Tring Baai), dalam beberapa dokumen tua lain juga disebutkan sebagai teluk Boelan (Boelan Bay), terletak di wilayah Batam Centre, Batam sekarang ini. Penyebutan nama Boelan Bay, biasanya disampaikan dalam dokumen-dokumen tua milik Inggris atau publikasi media massa Singapura di abad 19 hingga permulaan 20.

Beberapa dokumen tua Belanda yang berisi catatan tentang wilayah kepulauan di Batam, sesekali juga menyebutkan hal serupa. Seperti misalnya dalam dokumen Belanda terbitan tahun 1900 : ‘Zemansgids Voor Den Oost-Indischen Archipel Deel 2 (Panduan Zeman ke Kepulauan Hindia Timur Bagian 2), keberadaan teluk terbesar di Batam itu digambarkan sebagai berikut :

“Teringbaai. Van af hoek Sengkoewang loopt de kust met eenige bochten om de ZO. en buigt zich daarna weder om de Noord tot hoek Bekapoer, aldus een 4 zeemijl diepen inham vormende. Tering-of Boelan-baai genaamd met eene breedte van nagenoeg 3 zeemijl aan den ingang. Tot hoek Sambau, ruim 1,7 zeemijl beZ. hoek Bekapoer heeft men in deze baai meer dan 3 vadem water. Daar beZ. wordt zij breeder, doch ondieper en liggen er eenige droog-vallende plekken benevens op het rif de twee laag begroeide eilandjes Sembakau besar en Sembakau ketjil. Z85°0. nagenoeg 0.9 zeemijl van hoek Sengkoewang liggen aan de N W.zijde der baai twee kleine droogvallende plekjes, die hoofdzakelijk uit steenen bestaan. Het land, dat de baai insluit, is heuvelachtig; aan de Westzijde is het kustrif breed en heeft men een rand van bakau. De riviertjes, die in de baai uitmonden, zijn slechts voor kleine vaartuigen bevaarbaar.“

Terjemahannya:
“Teluk Tering. Dari sudut Sengkoewang pantai ini membentang dengan beberapa tikungan di sekeliling tenggara. dan kemudian membelok lagi ke arah Utara hingga ke sudut Bekapoer, sehingga membentuk saluran masuk sedalam 4 mil laut. Disebut Teluk Tering atau Boelan dengan lebar hampir 3 mil laut di pintu masuknya. Ke sudut Sambau, lebih dari 1,7 mil dari sudut Bekapur, teluk ini memiliki air lebih dari 3 depa. Itu akan menjadi lebih luas saat air laut pasang, tetapi lebih dangkal dan terdapat beberapa tempat yang mengering saat surut. Terdapat dua pulau dengan vegetasi rendah yaitu Sembakau besar dan Sembakau ketjil di terumbu. Z85°0. Berjarak hampir 0,9 mil laut dari sudut Sengkoewang terdapat dua titik kering kecil di sisi barat laut teluk, yang sebagian besar terdiri dari bebatuan. Wilayah yang mencakup teluk ini berbukit-bukit; di sisi barat ada karang, pantainya luas dan mempunyai tepian bakau. Sungai-sungai yang mengalir ke teluk ini hanya bisa dilayari oleh kapal-kapal kecil.“

Keberadaan teluk terbesar di pulau Batam itu, juga dicatatkan dalam dokumen : ‘ A Directory for The Navigation of The Indian Archipelago, China and Japan‘ edisi kedua yang terbit tahun 1878. Dalam dokumen yang disusun oleh Alexander George Findlays itu, teluk Tering disebut sebagai teluk Bulan:

“Bollan Bay, lying to the westward of Tanjong Nongsa, is nearly 3 miles wide at its mouth, between Tanjong Treng on the East, and Tanjong Pengair on the West, and 2^ miles deep, narrowing towards its head. A detached reef lies at the entrance of Bullan Bay…“

Terjemahannya:

“Teluk Bollan, terletak di sebelah barat Tanjong Nongsa, lebar mulutnya hampir 3 mil, antara Tanjong Treng di Timur, dan Tanjong Pengair di Barat, dan kedalamannya sekitar 2^ mil, menyempit ke arah ujungnya. Terumbu karang terpisah terletak di pintu masuk Teluk Bullan …”

Keberadaan Teluk Tring/ Teluk Boelan yang juga menjadi lokasi hidup kelompok ‘Orang Tring’ Batam masa lalu, dinilai strategis secara ekonomi maritim oleh banyak pengamat maritim Belanda dan Inggris. Lokasi Perairan yang terlindung karena berada di teluk, memungkinkan kapal-kapal untuk ‘beristirahat’ sejenak dalam perjalanan melalui perairan selat Singapura yang hanya berjarak beberapa mile saja.

‎‎Pada tahun 1843, seorang pengamat Eropa bernama Horsburg melaporkan, “Teluk Boolang, di pulau ‎Battam, atau Pulo Battam, terletak kira-kira 13 atau 14 miles ‎sebelah Tenggara Singapura, menyediakan tempat berlabuh ‎yang aman, dan sering dikunjungi kapal-kapal Amerika; di ‎sini mereka memperoleh barang muatan, dan berdagang ‎dengan Singapura, dalam rangka menghindari biaya ‎tambahan bila langsung pergi ke Singapura, karena Teluk ‎Boolang berada di luar batas wilayah kekuasaan Inggris.

Lokasi ‘Teluk Boolang’ seperti dalam laporan Horsburg pada 1843, diduga kuat merupakan lokasi perairan yang sama dengan tempat beraktifitas ‘Orang Tring Bumban’, yakni teluk Tring/Teluk Boelan di pulau Batam. Lokasi dimana penulis asal Inggris, James Richardson Logan, bertemu dengan kelompok masyarakat asli Batam tersebut, yang kemudian dicatatkan dalam jurnalnya tahun 1847.

Potongan peta pulau Batam dengan teluk Boelang (Boelang Bay) untuk menunjuk lokasi teluk Tering/ teluk Belian dalam deskripsi Kartografer Inggris di peta “China Sea, Singapore Straits (1869)”. © London Published According to The Act of Parliement at Hydrographic Office

Sebuah informasi dari surat kabar Singapura pada tahun 1894, juga menyimpulkan demikian. Teluk Boelan/Boelang di Pulo Battam dianggap mulai menjadi ancaman bagi Singapura. Berikut petikan isinya, seperti dikutip dari ‘The Singapore Free Press and Mercantile Advertiser‘ edisi mingguan, tanggal 2 January 1894, halaman 443:

“…the admiralty chart shows this: “desirable locality” to be a mile and a half south west of pulo nongsa, and fourteen miles south east from singapore. it is about two miles broad at the entrance, and about the same in length. there is a good deal of mud and coral on both side, and a fair quantity of rock ...”

Terjemahannya:

“…peta angkatan laut menunjukkan ini: “lokalitas yang diinginkan” berada satu setengah mil barat daya Pulo Nongsa, dan empat belas mil tenggara dari Singapura. lebarnya sekitar dua mil di pintu masuk, dan panjangnya hampir sama. ada banyak lumpur dan karang di kedua sisinya, dan cukup banyak bebatuan …“

Pemberitaan tentang teluk Bulan di Batam pada tahun 1894. © National Library Board Singapore.

Toponim nama “Boelan/ Boolang/Bulan untuk disematkan pada teluk Tring di Batam masa itu oleh para pengamat Inggris dan jurnalis Singapura, kemungkinan diambil dari nama kampung lainnya yang ada di teluk tersebut, kampung Belian (dalam peta-peta kuno Belanda dituliskan sebagai Kp. Belie-an).

Di masa kini, perairan teluk yang ramai oleh hilir mudik kapal Fery penyeberangan Batam – Singapura itu, juga dikenal orang sebagai ‘Teluk Belian’.

Dengan semakin terbukanya perairan sekitar Teluk Tring/Teluk Boelan di awal abad 20 oleh para pelaku pelayaran internasional kala itu, membuat keberadaan ‘Orang Tring Bumban’ di Batam yang dikenal pemalu terhadap orang luar semakin terdesak dan makin sulit ditemui. Seperti pernyataan C. Bodden Kloss dalam catatannya di tahun 1907.

“Tidak ditemukan catatan terbaru tentang mereka setelah kunjungan C. Bodden Kloss pada 1907 di Batam”.

Keberadaan mereka mungkin punah. Bisa karena wabah penyakit, pembukaan hutan tempat hidup mereka atau berasimilasi dengan penduduk lokal lain dalam kurun lebih seratus tahun terakhir. Atau mungkin pindah ke pulau lain, seperti halnya saudara mereka ‘Orang Sabimba yang sebagian besarnya memutuskan hijrah ke pulau Singapura di tahun 1811?

(*)

Penulis/ Videografer: Bintoro Suryo – Ordinary Man. Orang teknik, Mengelola Blog, suka sejarah & Videography.
Artikel ini diterbitkan sebelumnya di: bintorosuryo.com

Pilihan Artikel untuk Anda

Kapal Motor Senang Hati 68 Karam di Perairan Setokok

Fenomena Halo Hiasi Langit Batam

Walikota Batam Akan Tindak Tegas Jukir Yang Tidak Tertib Sesuai Aturan

Iuran BPJS Kesehatan Bakal Naik Bertahap Tahun Depan

Jaga Kualitas Air Baku Waduk Muka Kuning, Ditpam BP Batam Tutup Akses Telaga Bidadari

Kaitan batam, History, Sabimba, sejarah, Suku, Tribes, Tring Bumban'
Admin 30 Mei 2025 30 Mei 2025
Apa yang anda pikirkan
Suka sekali1
Sedih0
Gembira0
Tal peduli0
Marah0
Masa bodoh0
Geli0
Artikel Sebelumnya DeepSeek-R1, Penantang Baru ChatGPT 
Artikel Selanjutnya Lima Pelaku Pencurian Sepeda Motor Ditangkap di Batam
Tinggalkan Komentar

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

APA YANG BARU?

Kapal Motor Senang Hati 68 Karam di Perairan Setokok
Artikel 9 jam lalu 159 disimak
Fenomena Halo Hiasi Langit Batam
Artikel 9 jam lalu 151 disimak
Walikota Batam Akan Tindak Tegas Jukir Yang Tidak Tertib Sesuai Aturan
Artikel 15 jam lalu 116 disimak
Meningkatnya Kasus Diabetes di Kalangan Usia Muda
Ragam 15 jam lalu 171 disimak
Iuran BPJS Kesehatan Bakal Naik Bertahap Tahun Depan
In Depth 15 jam lalu 193 disimak

POPULER PEKAN INI

Kecelakaan di Jalan Sudirman, Seorang Ibu Rumah Tangga Meninggal Dunia
Artikel 3 hari lalu 456 disimak
Walau Belum Punya NIK, Dinkes Batam Jamin Akses Kesehatan bagi Bayi dan Balita
Artikel 3 hari lalu 322 disimak
Hanya 9 dari 653 UMKM Lolos Bantuan Subsidi Bunga 0%
Artikel 5 hari lalu 306 disimak
Gerak Jalan Proklamasi: Merayakan Kemerdekaan dengan Semangat Kebersamaan
Artikel 3 hari lalu 290 disimak
Delapan Karakter Unik Singapura
Catatan Netizen 5 hari lalu 285 disimak
- Pariwara -
Ad imageAd image
about us

Kami berusaha menjadi CITIZEN yang netral dan objektif dalam menyampaikan pandangan serta pikiran tentang apapun di dunia ini.

  • Privacy Policy
  • Tentang Kami
  • Pedoman Media Siber
Ikuti Kami
© Indonesia Multimedia GoWest 2025. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Lost your password?