Dunia
Pesawat China Eastern Diduga Sengaja Ditabrakkan di Perbukitan Guangxi

KECELAKAAN pesawat China Eastern Airlines belum menemukan titik terang. Namun ada dugaan yang tengah dicurigai oleh penyidik bahwa pesawat China Eastern Boeing 737-800 yang jatuh Maret lalu, sengaja ditabrakkan dari kokpit dan menukik tajam di perbukitan Guangxi.
Seperti dilaporankan Wall Street Journal via Reuters yang mengutip penilaian awal pejabat AS, menyatakan data penerbangan dari salah satu kotak hitam pesawat itu mengindikasikan seseorang dalam kokpit sengaja menabrakkan pesawat Boeing 737-800.
Salah satu sumber mengatakan, para penyelidik tengah mencari tahu apakah kecelakaan itu merupakan tindakan “sengaja”.
Administrasi Penerbangan Sipil China, Boeing Co BA.N, pembuat jet, dan Dewan Keselamatan Transportasi Nasional AS (NTSB), menolak berkomentar mengenai hal tersebut.
Sementara itu, China Eastern dalam sebuah pernyataan resmi hanya mengatakan tak ada bukti yang bisa menentukan apakah ada masalah dengan pesawat itu atau tidak.
Adapun Ketua NTSB, Jennifer Hommeny, mengatakan dewan penyelidik dan Boeing melakukan perjalanan ke China untuk membantu investigasi.
NTSB membantu penyelidik China dengan meninjau kotak hitam di laboratorium Washington. Hingga kini, lanjutnya, tim belum menemukan masalah keamanan yang perlu tindakan segera.
“[Jika ada masalah keamanan, dewan] akan mengeluarkan rekomendasi keselamatan yang mendesak,” jelas dia pada Selasa (10/5/2022) lalu .
Laporan akhir penyebab kecelakaan pesawat bisa memakan waktu dua tahun atau bahkan lebih. Para pengamat menilai sebagian kecelakaan disebabkan faktor campuran: manusia dan teknis.
Lebih lanjut pengamat menerangkan, kecelakaan yang disengaja sangat jarang terjadi. Mereka lalu membiarkan hipotesis itu bersifat terbuka apakah tindakan itu hasil dari pilot atau gangguan teknis.
Asumsi tersebut bukan sekadar omong kosong belaka. Pada Maret 2015 lalu, seorang co-pilot Germaninwings sengaja menerbangkan Airbus A320 ke lereng gunung di Prancis. Sebanyak 150 orang dilaporkan tewas.
Dari hasil penyelidikan, co-pilot itu menderita episode depresi psikotik yang dicurigai, selama ini telah disembunyikan dari bosnya.
Mereka kemudian menyerukan pedoman kesehatan mental dan dukungan moral yang lebih kuat untuk para pilot.
Pesawat China Eastern mengalami kecelakaan pada 21 Maret lalu. Seluruh penumpang yang berjumlah 123 orang tewas di lokasi kejadian.
Menurut keterangan pihak berwenang saat pesawat tampak menurun tajam, pilot tak menanggapi panggilan berulang dari pengontrol lalu lintas udara dan pesawat terdekat.
Imbas kecelakaan itu, China Eastern sempat mengandangkan seluruh armada pesawat 737-800. Namun, pertengahan Aril lalu penerbangan dilanjutkan kembali.
(*)
sumber: CNN Indonesia.com