LEMBAGA Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Batam menjalankan program pemberdayaan warga binaan melalui pelatihan kerja, salah satunya adalah produksi tempe.
SEJAK tahun 2010, lapas ini telah secara mandiri memproduksi tempe untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari bagi seluruh penghuninya.
“Produksi tempe kami cukup signifikan, mencapai 58 kilogram per hari,” ungkap Kepala Lapas Kelas IIA Batam, Heri Kusrita, dalam sebuah pernyataan awal pekan ini.
Kegiatan produksi tempe ini dilakukan di rumah produksi khusus yang telah dilengkapi dengan berbagai peralatan yang dibutuhkan, mulai dari tempat pengeringan kedelai hingga rak-rak fermentasi. Proses produksi sehari-hari melibatkan lima orang warga binaan yang telah mendapatkan pelatihan intensif dalam pembuatan tempe.
Mengapa Tempe?
Pemilihan tempe sebagai komoditas produksi memiliki beberapa alasan yang sangat strategis. Pertama, proses pembuatan tempe relatif sederhana dan menghasilkan sedikit limbah. Berbeda dengan produksi tahu, misalnya, yang menghasilkan ampas kedelai dalam jumlah yang cukup banyak.
Kedua, tempe merupakan sumber protein nabati yang sangat baik dan memiliki nilai gizi yang tinggi, sehingga sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan nutrisi para warga binaan.
Manfaat Ekonomis dan Sosial
PRODUKSI tempe secara mandiri tidak hanya memenuhi kebutuhan pangan di dalam lapas, tetapi juga memberikan manfaat ekonomis yang signifikan. Dengan memproduksi tempe sendiri, lapas dapat menghemat pengeluaran yang cukup besar.
“Jika kami membeli tempe di pasaran, harga per buah bisa mencapai Rp1.500. Namun, dengan produksi sendiri, harga per buahnya hanya Rp900, sehingga kami bisa menghemat Rp600 per buah,” sebut Heri.
Selain itu, produksi tempe juga membuka peluang usaha baru. Tempe mendoan yang dihasilkan dari produksi ini dipasarkan ke kantin-kantin di sekitar lapas, sehingga memberikan tambahan pendapatan bagi lapas dan juga memberikan kesempatan bagi warga binaan untuk terlibat dalam kegiatan ekonomi.
Lebih dari Sekadar Produksi Tempe
PROGRAM produksi tempe di Lapas Kelas IIA Batam bukanlah sekadar kegiatan produksi semata. Lebih dari itu, program ini merupakan bagian dari upaya pembinaan yang lebih luas untuk memberikan keterampilan dan pengetahuan kepada warga binaan.
Harapannya, dengan memiliki keterampilan produksi tempe, para warga binaan dapat lebih mudah mencari pekerjaan setelah bebas nanti dan dapat berkontribusi secara positif bagi masyarakat.
(dha)