RUPIAH melemah melawan atas dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan Selasa (22/3/2022) pagi. Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp 14.350 per dolar AS, turun 14 poin atau minus 0,10 persen dari perdagangan sebelumnya, yakni Rp 14.336 per dolar AS.
Kondisi hampir serupa juga terjadi pada mayoritas mata uang di Asia yang bergerak melemah pagi ini. Tercatat, yen Jepang minus 0,33 persen, dolar Hong Kong minus 0,03 persen, dolar Singapura minus 0,13 persen, won Korea Selatan minus 0,45 persen.
Selanjutnya, peso Filipina yang minus 0,07 persen, rupee India minus 0,42 persen, yuan China minus 0,14 persen, ringgit Malaysia minus 0,22 persen, dan baht Thailand minus 0,42 persen.
Sementara itu, mata uang di negara maju juga kompak melemah pagi ini. Terpantau, franc Swiss minus 0,17 persen, dolar Kanada minus 0,01 persen, dolar Australia minus 0,26 persen, poundsterling Inggris minus 0,19 persen, dan euro Eropa minus 0,21 persen.
Analis Pasar Uang, Ariston Tjendra, memproyeksi nilai tukar rupiah akan melemah terhadap dolar AS karena penjelasan Gubernur bank sentral AS The Federal Reserve (Fed), Jerome Powell, mengindikasikan akan mengambil langkah agresif guna memerangi inflasi di AS.
“Dalam suatu konferensi ekonomi semalam, Powell menjelaskan bahwa inflasi di AS sudah terlalu tinggi dan The Fed akan melakukan kebijakan apapun untuk mengendalikan inflasi termasuk kenaikan suku bunga acuan yang lebih agresif dan kebijakan pengetatan lainnya,” kata Ariston kepada CNNIndonesia.com, Selasa (22/3).
Selain itu, kabar pemerintahan di Uni Eropa kemungkinan akan mengikuti AS untuk melarang impor minyak mentah dari Rusia. Kabar ini mendorong kembali kenaikan harga minyak mentah serta mendorong kembali risiko inflasi global.
Kekhawatiran inflasi ini tentu bisa menekan harga aset berisiko termasuk rupiah. Ia memproyeksikan rupiah akan melemah Rp 14.360 hingga Rp 14.380.
(*)
sumber: CNN Indonesia.com