PROSES pengerjaan pembangunan rumah sakit khusus infeksi COVID-19 dan virus lain yang terletak di Ex-Camp Vietnam, Pulau Galang, Kecamatan Galang, Batam sudah mulai berjalan sejak Sabtu (7/3) lalu. Pada prosesnya sudah dilakukan land clearing yang akan dilanjutkan dengan cut and fill dan pematangan lahan.
Kepala Balai Prasarana Permukiman Wilayah Kepri Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Albert Reinaldo mengatakan, setelah proses itu selesai maka akan dilanjutkan dengan kegiatan konstruksi.
Untuk konstruksi sendiri, Albert menjelaskan kalau rumah sakit ini akan menggunakan sistem blok modular prefabrikasi seperti rumah sakit khusus infeksi COVID-19 di Wuhan, Provinsi Hubei, China yang dibangun hanya dalam waktu 10 hari saja.
Saat ini pengerjaan modular-modular untuk rumah sakit ini sudah berjalan. Pengerjaan itu sendiri dilakukan di Jakarta, dengan perkiraan waktu pengerjaan sekitar 1,5 minggu. Nantinya modular ini dikirimkan untuk langsung dipasang di rumah sakit ini.
“Pengerjaan modular sudah dilakukan di Jakarta, harapannya bisa segera dilaksanakan pemasangan konstruksi,” kata Albert di kawasan Ex- Camp Vietnam pada Minggu (8/3).
Menggunakan lahan seluas 8 hektar
Rumah sakit yang sempat ditolak ini, akan dibangun di lahan seluas sekitar 7 sampai 8 hektar. Jika informasi sebelumnya lahan yang akan dipakai adalah di lokasi bekas rumah sakit di Ex-Camp Vietnam ini, Albert menjelaskan kalau pembangunan rumah sakit ini berada di lahan baru di dekat lokasi tersebut.
“Kita bangun baru, bangunan lama kita belum dapat arahan seperti apa, kita fokus pembangunan rumah sakit,” kata Albert menjelaskan.
Selain pada sisi teknis pembangunan rumah sakit sendiri, pemerintah juga mendorong hadirnya infrastruktur pendukung, utamanya ketersediaan air yang memang masih dinilai kurang.
Untuk kebutuhan dasar rumah sakit khusus infeksi ini sendiri, diperkirakan berada di angka 3,5 liter per detik. Saat ini ketersediaan air melalui embung di hulu sungai Gong yang menjadi sumber air di kawasan ini baru mampu menyediakan sekitar 0,11 liter per detik saja.
“Kita sudah memiliki embung di kawasan wisata ini, namun perlu ditambah kapasitasnya, ada alternatif embung yang bisa dijadikan sumber air baku, kebutuhan air menurut hitungan kasar kami sekitar 3,5 liter per detik,” kata Albert lagi.
*(Bob/GoWestID)