DINAS Perikanan Kota Batam meluncurkan metode budidaya ikan air tawar menggunakan sistem bioflok untuk memenuhi kebutuhan pangan yang kaya akan gizi.
Menurut Kepala Dinas Perikanan Kota Batam, Yudi Admajianto, permintaan terhadap ikan air tawar seperti ikan lele dan ikan nila cukup besar, terutama di sektor restoran dan warung.
“Permintaan ikan lele di Batam mencapai 5 ton per hari,” sebut Yudi.
“Ikan lele dan ikan nila banyak diminati karena kandungan gizanya yang tinggi.”
Walaupun begitu, keterbatasan lahan menjadi masalah utama bagi para nelayan yang ingin mengembangkan usaha budidaya ikan air tawar. Untuk mengatasinya, Dinas Perikanan mendorong budidaya menggunakan metode bioflok.
Bioflok merupakan gumpalan organisme yang berfungsi sebagai sumber makanan alami bagi ikan.
“Sistem bioflok dikembangkan untuk meningkatkan produktifitas ikan tanpa harus mengorbankan lahan yang luas,” lanjutnya.
Menurutnya, pemerintah kota memberi modal awal kepada nelayan dengan harapan mereka dapat memanen ikan tiga hingga empat kali dalam setahun. Sampai saat ini, Dinas Perikanan sendiri telah melaksanakan 79 unit bioflok. Rencana untuk tahun 2025, jumlah tersebut akan dinaikkan menjadi 80 unit. Yudi menyebut bahwa bioflok dapat bertahan hingga lima tahun.
Melalui inisiatif ini, Dinas Perikanan bekerja keras untuk menguatkan budidaya ikan, memperdayakan nelayan, serta meningkatkan daya saing sektor perikanan.
“Hampir 100 kelompok petani ikan telah kami bantu dengan metode ini,” tambah Yudi.
Dengan penerapan bioflok, diharapkan budidaya ikan air tawar di Batam dapat berkembang pesat dan memenuhi kebutuhan masyarakat, serta mendukung kelestarian lingkungan laut.
(sus)