DUNIA tengah bersiap menghadapi resesi global yang diperkirakan terjadi tahun 2023. Sebagai kota industri yang berorientasi ekspor, resesi akan berpengaruh kepada Batam. Kepala Badan Pengusahaan (BP) Batam memiliki solusi agar Batam tetap bertahan, yakni dengan menghidupkan pariwisata.
“Kita sudah dipanggil Pak Presiden beberapa kali, membahas mengenai bagaimana hadapi resesi dunia nanti. Indonesia termasuk negara yang terlalu terdampak. Ini takdir tuhan, negara lain yang sudah jitu pemikirannya kena, kita yang biasa-biasa saja aman-aman saja,” tuturnya baru-baru ini.
Menurut Rudi, secara kebutuhan pangan, Indonesia termasuk Batam cukup aman. Anggaran BP Batam dan Pemko Batam selalu dimaksimalkan, khususnya dalam pembangunan infrastruktur yang bisa dinikmati rakyat. Dampak jangka panjangnya, yakni tingkat inflasi terjaga.
“Jadi nanti, kalau industri ada masalah, wisata dihidupkan. Maka sekarang, bandara dan jalan dibangun. Semua sudah disiapkan. Ketika ada masalah, maka akan tercetus penyelesaiannya,” ungkapnya.
Mengenai target 2023, Rudi menginginkan Batam menjadi kota tujuan investasi. “Namanya orang berinvestasi butuh waktu. Kalau dia datang, tak mungkin langsung realisasi. Banyak yang sudah datang sebelumnya di 2020-2021. Jadi kalau bilang tak ada investasi, tak mungkin karena Batam itu untuk investasi,” tegasnya.
Ia optimis investasi di sektor energi terbarukan, seperti pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terapung senilai Rp 30 triliun akan segera terealisasi, berikut juga dengan sekitar 450 proyek investasi kecil lainnya.
Berbicara mengenai pariwisata, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Batam selama Agustus 2022 tercatat sebanyak 60.249 kunjungan. Ada kenaikan 5,44 persen jika dibanding bulan sebelumnya.
Negara asal wisman terbanyak yakni Singapura. Di Agustus, ada 35.702 wisman asal negeri jiran yang berkunjung ke Batam. Ada peningkatan 14,52 persen dibandingkan Juli 2022. Baru kemudian Malaysia dengan 23.440 kunjungan, India 10.858 kunjungan, China 3.410 kunjungan dan lainnya.
Negara-negara penyumbang wisman terbesar ke Batam diprediksi akan terkena dampak resesi global, seperti Singapura dan China.
Di Singapura sendiri, Perdana Menteri Lee Hsien Loong mengatakan peperangan Rusia di Ukraina telah membayang-bayangi proyeksi pemulihan pasca Covid-19. Rakyat Singapura sudah merasakan dampak perang pada biaya hidup, dengan kenaikan harga energi hingga 8 miliar dolar Singapura atau US$ 5,8 miliar per tahun.
Dia juga mengatakan Singapura harus bersiap menghadapi tantangan ekonomi tersebut karena inflasi akan tetap tinggi dan bank-bank sentral di dunia memperketat kebijakan moneter mereka.
Sementara di China yang merupakan negara dengan ekonomi terkuat nomor 2 di dunia, pertumbuhan ekonominya tidak terlalu menggembirakan, dimana hanya tumbuh 0,4 persen pada kuartal II 2022, jauh lebih rendah dibandingkan 4,8 persen pada kuartal I-2022.
Ketika negara mengalami resesi, warganya masing-masing akan lebih ketat dalam pengeluaran, termasuk pengeluaran untuk berwisata. Mereka lebih memilih untuk meningkatkan tabungannya, sambil melihat perkembangan pemulihan ekonomi (leo).