- Nama : Sultan Mahmud IV Muzzafar Shah
- Nama kecil : Tengku Mahmud ibn Sultan Muhammad II Muazzam Shah
- Lahir : Terengganu, September 1823
- Wafat : Pahang, 10 Juli 1864 (usia 41 tahun)
- Jabatan : Sultan Riouw Lingga ke-3 (1835 – 1857)
- Ayah : Sultan Muhammad II Muazzam Shah
- Anak : Tengku Usman, Tengku Embong Fatimah, Tengku Mohamed Yusuf
SULTAN Mahmud Muzaffar Shah adalah sultan ketiga dari Kesultanan Riouw-Lingga, yang memerintah dari tahun 1835 hingga 1857. Ia dinobatkan sebagai sultan di usia yang masih belia, 12 tahun. Ayahnya, Sultan Muhammad II Muazzam Shah kala itu, menyerahkan tahta kesultanan padanya karena sakit.
Ia menjalani masa kepemimpinan dengan perwalian oleh Raja Muda di Penyengat hingga tahun 1841. Ketika ayahnya mangkat, Mahmud Muzzafar yang ketika itu berusia 18 tahun, langsung memegang kendali penuh jabatan Sultan Riouw Lingga.
Pada awal kepemimpinannya yang masih sangat belia, Sultan Mahmud menghadapi berbagai tantangan, termasuk aksi perompakan bajak laut yang terjadi di wilayahnya serta konflik dengan kolonial Belanda sebagai pemegang kekuasaan tertinggi di kesultanan Riouw Lingga sesuai perjanjian 29 Oktober 1830.
Tidak seperti datuknya, Sultan Abdul Rahman I Muazzam Shah dan Ayahnya, Sultan Muhammad II Muazzam Shah yang lebih tunduk dan mau bekerjasama dengan pemerintah kolonial Belanda, Mahmud Muzzafar Shah justeru bercita-cita mengembalikan kejayaan imperium kesultanan lama, Johor Pahang Riouw Lingga seperti sebelum dipecah oleh pihak Belanda dan Inggris melalui perjanjian London 1824.
Menghitung silsilah Dinasti kesultanan Riau-Lingga-Johor-Pahang sebelum pecah, Sultan Mahmud IV Muzaffar menganggap ia adalah sultan yang ke-18.
Sama seperti buyutnya, Sultan Mahmud Riayat Syah, Sultan Mahmud Muzaffar Syah punya pendirian kuat menolak intervensi asing pada masa kepemimpinannya. Ia menjadi tidak bersahabat dengan pemerintahan Kolonial Belanda. Kebijakan pemerintahan yang diambil, diputuskannya sendiri tanpa melibatkan pemerintah kolonial Belanda.
Mahmud Muzzafar Shah juga menjalin hubungan komunikasi dengan pihak kesultanan Johor Pahang di Semenanjung Malaya yang berada dalam kekuasaan Inggris untuk penyatuan kembali imperium kesultanan induk, Johor Pahang Riouw Lingga.
Hal ini membuat pihak kolonial Belanda di negeri Riouw Lingga kala itu resah. Hal serupa juga dirasakan pemerintah kolonial Inggris yang menguasai kesultanan Johor Pahang.
Puncaknya, tahun 1857. Pada 23 September 1857, Sultan Mahmud Muzzafar Shah akhirnya dimakzulkan dari posisi Sultan oleh pemerintah kolonial Belanda. Sebagai penggantinya, Belanda menunjuk pamannya, Tengku Sulaiman untuk menjadi Sultan Riouw Lingga ke-4 dengan gelar Sultan Sulaiman II Badrul Alam Shah pada 10 Oktober 1857.
Usai dilengserkan, ia bergerilya dengan bergabung dengan para bajak laut di wilayah Reteh. Namun, upayanya diredam Belanda dengan menumpas para bajak laut di Teteh yang dipimpin Tengku Sulung. Ia mengungsi ke Siam.
Raja Siam menyambutnya dan berjanji akan memberikan bantuan. Namun, setelah sembilan bulan tinggal di Siam, harapan tersebut tidak terwujud; sebaliknya, ia dijadikan alat untuk memperkuat kekuasaan Siam di Terengganu.
Mahmud Muzzafar akhirnya beralih ke Terengganu, dimana sultannya masih berkerabat dengan dirinya.
Di lain pihak, Dewan Perniagaan Singapura menginformasikan bahwa kegiatan perdagangan mereka dengan Pahang terhambat akibat serangan yang dilakukan oleh Wan Ahmad, yang didukung oleh Sultan Terengganu dan Sultan Mahmud Muzzafar. Sebagai langkah pencegahan terhadap pengaruh Siam dan untuk melindungi kepentingan perdagangan Inggris, Gabenor Cavenagh akhirnya mengirimkan dua kapal perang ke Terengganu.
Serangan Inggris ke Kuala Terengganu pada 1862
Pada tahun 1862, Kuala Terengganu menjadi pusat ketegangan ketika utusan Inggris, dipimpin oleh Kolonel MacPherson, berusaha menangkap Sultan Riouw Lingga, Mahmud Muzaffar Shah. Menggunakan dua kapal perang, mereka meminta Sultan Terengganu, Sultan Umar, untuk menyerahkan Sultan Mahmud IV Muzzafar Shah dalam waktu 24 jam.
Permintaan Inggris agar Sultan Lingga diserahkan diabaikan oleh Sultan Umar, yang malah menyarankan Sultan Mahmud Muzzafar untuk melarikan diri ke Besut. Akibatnya, Kuala Terengganu dibombardir selama dua hari dan dikepung selama dua minggu. Dalam situasi ini, Cavenagh dipertanggungjawabkan atas kekacauan yang terjadi.
Setelah bersembunyi di Besut selama empat bulan, Sultan Lingga akhirnya ditangkap oleh Raja Siam. Meskipun demikian, Sultan Lingga kembali ke Terengganu sebelum berpindah ke Pahang, di mana ia akhirnya meninggal dunia pada tahun 1867.
Sultan Mahmud Muzaffar Shah adalah seorang penguasa yang visioner dan berdedikasi. Ia melakukan berbagai reformasi dan kebijakan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan memperkuat posisi Kesultanan Riouw-Lingga.
(ham)