Hubungi kami di

Uang

Tanaman Hias Indonesia Tembus Daratan Eropa dan Amerika

Terbit

|

Ilustrasi. Tanaman hias jenis Monstera. Photo : @net

TANAMAN hias Indonesia semakin dilirik oleh masyarakat lintas negara, mulai Amerika Serikat (AS), Inggris, Dubai, Islandia, Hong Kong, Taiwan, Korea Selatan (Korsel), dan sebagainya. Mulai dari tanaman jenis monstera, philodendron, anthurium dan sebagainya yang ada di Indonesia, mulai dilirik oleh masyarakat dunia.

Salah satu penjual yang juga eksportir tanaman hias, Mas Ayu Febiryanti mengatakan, dirinya sudah mulai mengekspor tanamannya sejak tahun 2019. Namun, di tahun 2020 ini, permintaan dari luar negeri semakin marak.

“Saya pertama ekspor ke AS dan Kanada. Mereka langsung reach out ke Instagram @Floraayunusantara. Dan itu bahkan saya belum bisa packing-nya. Pertama kali sampai itu busuk, harus ganti. Kedua kali, baru sampainya bagus. Jadi semua proses itu berjalan, pembelajaran benar-benar otodidak ya. Mulai dari nol sampai sekarang semua terus, kita harus belajar bagaimana ini, bagaimana itu,” ungkap Ayu ketika ditemui detikcom di kediamannya di kawasan Ciputat, Tangerang Selatan, Kamis (27/11/2020).

Bahkan, pada bulan Mei lalu, Ayu mengalami lonjakan permintaan dari luar negeri hingga 10 kali lipat.

BACA JUGA :  Cerita Covid-19 Bersama Didi Kusmajardi

“Jadi kalau kita 1 bulan berawal dari 20-30 tanaman. Sampai tertinggi itu pernah 1.600 tanaman 1 bulan, itu di Mei 2020. Itu semua eksportir merasakan hal yang sama, lonjakan naik 10 kali lipat” ujar Ayu.

Tanaman hias yang paling banyak diekspornya adalah jenis philodendron dan anthurium, dengan kisaran harga US$ 30-50 atau sekitar Rp 424.000-707.758.000.

“Range harga US$ 30-50, itu harga yang bisa bersaing. Selain AS dan Kanada, saya ekspornya ke Eropa, Inggris, Islandia, Dubai,” imbuh Ayu.

Selain Ayu, pemilik toko @TitikHijau yakni Rico Rusdiansyah juga merupakan salah satu eksportir tanaman hias di Indonesia. Ia mengekspor tanaman hias dimulai sejak tahun 2018.

“Saya pertama ekspor ke Korea Selatan, itu tinggi juga demand-nya. Selain itu, saya ekspor ke AS, Eropa, Asia itu tertinggi. Asia itu ke Hong Kong, Taiwan, Singapura, Thailand, Korea Selatan. Nah orang Thailand sekarang juga cari ke kita,” kata Rico ketika ditemui detikcom di tokonya, di kawasan Depok, Jawa Barat.

BACA JUGA :  Jaminan Kesehatan untuk Tahanan

Bahkan, rata-rata kirimannya ke luar negeri per bulan mencapai 1.000 pot tanaman. Ia mengatakan, dalam perjalanan ekspor, kerap kali tanamannya mati atau hilang. Mau tidak mau, ia harus mengganti kerugian pelanggan.

“Sering, ya balikin uangnya. Lalu juga kalau barangnya hilang ya uangnya dikembalikan. Tergantung komunikasinya dengan pembeli, tergantung negosiasi. Tapi lebih sering kita ganti. Ya itu risikonya, high margin, high risk. Merasakannya sudah nggak kehitung,” ungkapnya.

Meski risikonya tinggi, namun ia tak merasa kapok mengekspor tanamannya ke luar negeri. Pasalnya, salah satu misinya ialah mengenalkan tanaman hias Indonesia ke mancanegara.

“Tapi nggak kapok ekspor. Kita kan bicaranya total cost, dalam satu bulan ekspor berapa, yang rusak berapa, keuntungan berapa. Kalau setiap shipment ya stress sih jadinya. Makanya sekarang karena stock limit, akhirnya ya pilih-pilih pembelinya,” tutup Rico. (*)

Sumber : detikfinance.com

Advertisement
Berikan Komentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Sebaran

Facebook

[GTranslate]