AKSI demonstrasi yang digelar oleh mahasiswa di Kota Batam pada Senin (1/9/2025) tidak berjalan sesuai yang direncanakan. Gerakan yang seharusnya melibatkan berbagai organisasi mahasiswa ini, hanya diikuti sejumlah mahasiswa.
Dua perwakilan mahasiswa, Muryadi dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Kerakyatan Sumatra dan Andri Syahputra dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Batam, mengekspresikan kekecewaan mereka terhadap sejumlah organisasi yang dituding mengabaikan komitmen yang telah disepakati.
“Aksi hari ini sangat berbeda dari pertemuan yang kita lakukan dengan aparat pada hari Minggu kemarin. Awalnya, gerakan ini terorganisir, tetapi di tengah jalan, koordinator aksi ditinggalkan begitu saja,” ungkap Muryadi di depan Gedung DPRD Kota Batam.
Dari rencana awal yang melibatkan lima hingga enam organisasi, hanya dua yang benar-benar hadir.
“Saya tidak bisa sebutkan secara spesifik, tapi bisa dicek di surat pemberitahuan aksi,” tambahnya.
Berdasarkan pengamatan mahasiswa, jumlah peserta yang berkumpul sejak pukul 19.30 WIB hanya sekitar 15 orang. Mereka menilai ada upaya dari pihak lain untuk memecah belah, sehingga aksi tidak dapat berjalan maksimal.
“Kami diminta untuk tidak berorasi. Kami kooperatif, datang dan menunggu, tapi pihak yang dijanjikan tidak kunjung hadir,” keluh Andri.
Hasil Pertemuan
MESKI diwarnai oleh dinamika internal, aksi mahasiswa tetap berlangsung dengan tertib. Wali Kota Batam, Amsakar Achmad, menerima perwakilan mahasiswa dan memberikan apresiasi atas keberanian mereka.
“Alhamdulillah, di tengah eskalasi yang terjadi di berbagai daerah, Batam tetap kondusif. Saya ingin berterima kasih kepada mahasiswa atas gerakan dan kebebasan berekspresi mereka,” ujar Amsakar, yang disambut tepuk tangan hadirin.
Pertemuan tersebut berlangsung di ruang serbaguna DPRD Batam dan dihadiri oleh sejumlah pejabat penting, termasuk Wakil Gubernur Kepri dan Kapolda Kepri.
Kapolda Kepulauan Riau, Irjen Pol Asep Safrudin, menyambut baik pertemuan yang digelar.
“Saya berterima kasih kepada adik-adik mahasiswa,” ujarnya.
Menurut Irjen Asep, forum dialog terbuka membuat aspirasi tersampaikan tanpa risiko disusupi pihak luar.
“Ini cara santun, bebas, dan terbuka,” katanya.
Ia menegaskan mekanisme audiensi memberi ruang bagi mahasiswa menyuarakan tuntutan sambil menjaga Batam tetap kondusif.
“Alhamdulillah, di Batam sampai saat ini kondusif, berbeda dengan daerah lain,” ujar Asep.
Kapolda juga berterima kasih kepada pemerintah daerah, BP Batam, TNI, DPRD, masyarakat, hingga serikat pekerja. Menurutnya, semua pihak berperan menjaga keamanan kota.
“Masyarakat bisa beraktivitas dengan lancar tanpa gangguan sedikit pun,” katanya.
Dalam aksi yang dilakukan di Batam, mahasiswa juga menolak kenaikan tunjangan DPR RI dan mendesak reformasi Polri.
Koordinator lapangan, Muryadi dari BEM SI Kerakyatan Sumbagut, menyebut ada delapan poin tuntutan yang lahir dari kegelisahan atas dinamika nasional.
(dha)