VIBRANIUM. Logam paling diincar banyak orang itu jadi isu yang diangkat Sidang PBB di Jenewa, Swiss kala turut mengundang Ratu Ramonda (diperankan Angela Bassett) penguasa Wakanda. Namun, dengan tegas ibunda mendiang Raja T’Challa alias Black Panther (mendiang Chadwick Boseman) itu menolak kerjasama apapun untuk berbagi sumber daya yang rentan penyalahgunaan itu.
Toh bukan hanya Wakanda yang terancam konflik dengan dunia internasional akibat vibranium. Talokan, sebuah bangsa mutan bawah laut, dengan penguasanya K’uk’ulkan alias Namor (Tenoch Huerta) juga punya sumber daya vibranium. Ia pun juga terancam konflik. Bahkan, Talokan sudah berkonflik dalam skala kecil. Pada suatu malam di Samudera Atlantik, Namor dan pasukan Talokan menghabisi serdadu SEALs (pasukan khusus AL Amerika) dan agen-agen CIA (Agensi Intelijen Amerika) yang mencari vibranium dengan alat pendeteksi vibranium.
Sesudahnya, Namor menyusup ke perbatasan Wakanda. Ia muncul saat Ratu Ramonda dan Putri Shuri (Letitia Wright) meratapi kematian Raja T’Challa di tepi sungai. Namor mendesak Wakanda mencari dan membunuh ilmuwan pencipta alat pendeteksi vibranium di Amerika Serikat. Itu sebagai konsekuensi gegara mendiang Raja T’Challa sebelumnya mengungkap vibranium kepada dunia internasional. Jika tidak, Namor mengancam akan menginvasi Wakanda.
Adegan-adegan pelik dan intens itu tersaji sebagai prolog Black Panther: Wakanda Forever garapan sutradara Ryan Coogler. Film action pahlawan ini jadi sekuel Black Panther (2018), rangkaian ke-30 Marvel Cinematic Universe (MCU) dan sekaligus penutup “Fase 4” franchise-nya.
Plot cerita mulai melandai ketika Putri Shuri bertolak ke Institut Teknologi Massachusetts (MIT) dengan dikawal Panglima Dora Milaje (Garda Khusus Kerajaan Wakanda), Jenderal Okoye (Danai Gurira). Keduanya menjalani misi klandestin “menculik” sang pencipta alat pendeteksi vibranium yang rupanya masih mahasiswi namun jenius, Riri Williams (Dominique Thorne).
Putri Shuri dan Jenderal Okoye mendapat informasi di atas berkat bantuan Everett K. Ross (Martin Freeman), agen CIA yang pernah berhutang nyawa pada Shuri dan Raja T’Challa. Namun Agen Ross kemudian dianggap berkhianat dan ditangkap atasannya, direktur CIA cum mantan istri Ross, Valentina Allegra de Fontaine (Julia Louis-Dreyfus).
Segalanya menjadi kacau ketika Shuri berubah pikiran. Alih-alih menyerahkan Riri pada Namor, Shuri ingin membawa Riri ke Wakanda untuk dilindungi. Namor marah sehingga mengerahkan pasukannya untuk menumbangkan Okoye. Shuri dengan segala senjata canggihnya dan Riri yang mengenakan perisai badan exoskeleton buatannya yang mirip Iron Man, tetap gagal dan malah ditawan Namor ke Kerajaan Talokan di bawah laut.
Nasib Wakanda tinggal berada di tangan Putri Shuri seorang diri sepeninggal Ratu Ramonda yang dibunuh Namor. Padahal, ia sedang perang batin lantaran dirasuki ambisi balas dendam dari mendiang sepupunya, Erik Killmonger alias N’Jadaka (Michael B. Jordan).
Bagaimana Shuri sebagai penerus yang sudah mendapat kekuatan Black Panther itu mengendalikan dirinya dalam menghadapi serbuan bangsa Talokan? Akan lebih seru bagi Anda untuk menyaksikan detailnya jalan cerita Wakanda Forever langsung di bioskop dengan layar yang lebih lebar dan sistem tata suara yang menggelegar.
Warisan Pelindung Wakanda
Sebagaimana film-film MCU lainnya, Wakanda Forever begitu dominan dengan efek visual meski tak diragukan lagi kecanggihannya. Warna filmnya juga didominasi tone kuning dan hijau sebagai latar belakang Tanah Wakanda dan birunya dunia bawah laut Negeri Talokan. Sinematografinya lebih hidup dengan iringan music scoring bernada etnik Afrika dan Bangsa Maya garapan komposer Ludwig Göransson.
Plot ceritanya juga mudah dicerna. Bagi para fans yang merindukan mendiang Chadwick Boseman si pemeran Black Panther, dijamin bakal emosional saat Coogler menyisipkan sejumlah klip dari Black Panther (2018) dan adegan prosesi pemakaman Raja T’Challa yang berhias grafiti potretnya di dinding-dinding bangunan negeri Wakanda.
Harus diakui, pace alur cerita Wakanda Forever sangat landai dalam set-up cerita di babak pertengahan ketimbang film-film MCU lainnya. Terutama saat Coogler mengisahkan awal-mula peradaban bangsa Talokan sejak mulai terusir dari tanah asal mereka di permukaan di Semenanjung Yukatan, Meksiko yang memakan durasi sampai kira-kira 20 menit, sebelum akhirnya menyuguhkan beragam action-nya lagi.
“Filmnya memang tak seklasik yang ada di buku komik yang sarat aksi-aksi Black Panther dan filmnya 20 menit terlalu lama. Mungkin kita bisa menghilangkan backstory tentang Talokan. Akan tetapi di alur cerita lamban Wakanda Forever itu juga menghadirkan banyak hal yang emosional. Saat filmnya mulai dipercepat lagi, alur ceritanya sama sekali tidak mengecewakan,” tulis kritikus Owen Gleiberman di kolom Variety, 8 November 2022.
Setidaknya itu cukup worth it jika penonton penasaran perpaduan dan benturan dua peradaban: Afrika dan Maya. Toh belakangan MCU memang sedang sering menyisipkan banyak persilangan budaya di film-filmnya. Selain Wakanda Forever dengan kultur Afrika dan bangsa Maya, sebelumnya juga ada Shang-Chi and the Legend of the Ten Rings (2021) dengan peradaban Chinanya, miniseri Moon Knight (2022) dengan mitos Mesir kunonya, serial Ms. Marvel (2022) dengan kultur muslim dan Pakistan, dan Thor: Love and Thunder (2022) dengan mitologi dewa-dewi Yunaninya.
Meski juga cenderung drama ketimbang film action, setidaknya itu terbayarkan dengan sejumlah karakter kuat yang dibawakan para pemerannya. Baik itu tokoh Ratu Ramonda, Putri Shuri yang menjadi penerus Black Panther, Riri Williams si mahasiswi jenius, hingga Namor yang diperkenalkan sebagai karakter anti-hero baru di MCU.
“Letitia membuat karakter Shuri yang beralih jadi tokoh utama lebih menonjol. Angela Bassett (pemeran Ratu Ramonda) muncul jadi tokoh pemimpin tapi juga bisa menyentuh hati…Namor dengan eksistensinya yang mencuri perhatian sebagai antagonis yang unik. Coogler melekatkan sejarah Mesoamerika dan kolonialisme Spanyol yang erat kaitannya dengan kenyataan historisnya,” ungkap Kambole Campbell di kolom Empire Online, 9 November 2022.
Selain menjadi eulogi yang sangat laik untuk mendiang Chadwick Boseman, Wakanda Forever juga menyimpan banyak easter eggs alias petunjuk dan agenda-agenda tersembunyi yang meyakinkan bahwa karakter Black Panther belumlah habis. Warisannya tetap lestari lantaran sosok pelindung Wakanda itu akan tetap punya penerus, baik dalam diri Shuri maupun putra sang Raja T’Challa yang lama disembunyikan di Karibia.
Sebagai penutup “Fase 4”, meski “kering” fan service dalam hal menghadirkan karakter-karakter eks-Avengers lainnya, Wakanda Forever juga menyajikan banyak potensi masa depan dan ke mana arah MCU di fase-fase berikutnya. Baik dalam eksistensi Riri Williams yang berprospek hadir di miniseri Ironheart yang masih tentatif, direktur CIA Valentina Allegra de Fontaine dalam Thunderbolts (direncanakan 2024), serta Namor yang berpotensi dibuatkan film solo atau miniserinya.
Tetapi sejauh apapun alur cerita yang diramu tim produksi Wakanda Forever, takkan jauh dari benang merah historisnya di komik-komik Black Panther. Jika penonton menyaksikan sampai habis filmnya, termasuk mid credit secene-nya bisa dipastikan Shuri takkan selamanya menjadi Black Panther dan sosok T’Challa akan selalu ada.
Karakter T’Challa alias Black Panther yang acap jadi simbol perlawanan perbudakan dan kolonialisme, tetap dihadirkan dalam sosok bocah yang dibesarkan Nakia di Haiti bernama Toussaint. Nama “Toussaint” itu juga bukan sembarangan dilekatkan Coogler, lantaran namanya merujuk tokoh nyata jenderal berkulit hitam, Toussaint Louverture yang memimpin Revolusi Haiti hingga negeri itu meraih kemerdekaannya dari kolonialisme Prancis pada 1804.
“Toussaint kecil disembunyikan di Haiti untuk melindunginya dari tekanan takhta Wakanda. Itu alasannya Nakia tidak menghadiri pemakaman T’Challa namun menyebutkan bahwa bocah itu sudah pernah ditemui Ratu Ramonda sebelum sang ratu meninggal (dibunuh Namor). Bocah itu dengan mudah dekat dengan Shuri hingga mengungkapkan rahasianya: ‘Toussaint hanya nama Haiti. Aku punya nama Wakanda, Pangeran T’Challa, putra Raja T’Challa’,” urai Sean Keane di kolom CNET, Kamis (17/11/2022).
Superhero Kulit Hitam Pertama
Seperti halnya banyak karakter pahlawan super Marvel yang lain, Black Panther juga merupakan anak rohani “Bapak Marvel” Stan Lee dan koleganya, Jack Kirby, pada 1966. Nama karakter yang disebutkan hanya kebetulan sama dengan salah satu unit batalyon tank Angkatan Darat Amerika di Perang Dunia II, Batalyon ke-769 “Black Panther” dan sebuah organisasi kulit hitam, Black Panther Party (BPP).
“Saya tak pernah terpikirkan sampai ke sana. Juga tidak pernah ada hubungannya dengan karakter yang kami ciptakan, meski beberapa orang mengaitkannya. Dan saya minta maaf – mungkin jika bisa mengulang semuanya, saya akan memberi nama lain buat karakter itu karena saya benci dengan kebingungan yang ada soal itu,” kata mendiang Stan Lee, dikutip Joseph J. Darowski dalam The Ages of the Black Panther: Essays on the King of Wakanda in Comic Books.
Ketika memikirkan penciptaan karakternya, Lee mengaku figurnya terinspirasi dari sebuah kisah petualangan di masa lalu yang salah satu tokohnya dibantu seekor panther hitam atau macan kumbang. Sedangkan Kirby juga punya konsep awal figurnya yang terinspirasi penguasa Kekaisaran Mali nan kaya raya di abad ke-14, Mansa Musa, berpadu karakter aktivis Jamaika Marcus Garvey Sr.
Di sisi lain, Lee dan Kirby juga sudah lama ingin menciptakan karakter pahlawan super yang latar belakangnya seorang Afro-Amerika. Maklum, karakter-karakter yang mereka ciptakan sebelumnya mayoritas berkulit putih.
“Saya mengajukan Black Panther karena saya menyadari belum pernah ada tokoh berkulit hitam di strip saya. Saya belum pernah menggambar seorang tokoh kulit hitam. Saya butuh tokoh kulit hitam. Saya juga menyadari punya banyak pembaca dari kalangan kulit hitam. Teman pertama saya berkulit hitam. Dan saya merasa telah mengabaikan mereka,” kata Kirby dikutip Karen A. Ritzenhoff dan Renée T. White dalam Afrofuturism in Black Panther: Gender, Identity, and the Re-Making of Blackness.
“Saya ingin menciptakan pahlawan super berkulit hitam pertama tetapi saya ingin menghindari stereotip apapun. Saya tidak berpikir tentang HAM. Saya punya banyak teman dan seniman berkulit hitam. Jadi saya berpikir…kenapa belum ada pahlawan berkulit hitam sebelumnya?” kata Lee menambahkan.
Terlepas dari semua itu, tokoh Black Panther dimunculkan Lee dan Kirby di komik Fantastic Four edisi ke-52. Komik itu terbit pada Juli 1966 atau tiga bulan sebelum organisasi kulit hitam BPP dibentuk di Oakland, California pada tahun yang sama.
Sosok Black Panther dihadirkan dengan pakaian ketat plus jubah serba hitam dengan topeng mirip macan kumbang. Keunggulan tokohnya terletak pada wawasan pengetahuan dan kecerdasannya, kemampuan beladiri, kejeniusan dalam taktik serangan yang dilengkapi peralatan yang terbuat dari vibranium, serta kekuatan, kecepatan, refleks, kelincahan, stamina, dan panca indera bak macan kumbang.
“Diceritakan (di komik Fantastic Four #52, red) Captain America dipanggil ke Wakanda mengendarai pesawat futuristik dan tanpa diduga diserang saat kedatangannya. Kedua pahlawan itu akhirnya bergabung melawan seorang musuh bersama sebagai pahlawan Amerika dan Wakanda. Dengan ini Lee dan Kirby mengingatkan para pembacanya bahwa (Black) Panther mereka merupakan penguasa sah negeri Wakanda yang jauh dan tidak terkait revolusi radikal apapun yang berhubungan dengan BPP,” sambung Darowski.
Seiring waktu, karakter Black Panther acap muncul di komik-komik The Avengers pada 1960-an, hingga Jungle Action pada awal 1970-an. Karakternya baru memiliki komik solonya lewat komik Black Panther yang terbit 15 seri pada kurun Januari 1977-Mei 1979.
Komik Black Panther baru dimunculkan kembali mulai 1998 dengan latar belakang dan para karakter pendukung yang lebih detail. Figur pelindung Wakanda juga bukan T’Challa seorang. Mulanya kekuatan Black Panther itu dimiliki leluhur bangsa Wakanda, Mosi, pada masa satu juta tahun SM. Kekuatan itu kalu diwariskan turun-temurun kepada para keturunannya, mulai Olumo Bashenga, Chanda alias Azzuri, T’Chaka, T’Challa, N’Jadaka alias Erik Killmonger, hingga Shuri.
Tokohnya juga sudah mulai dialihwahanakan kemunculannya ke versi animasi di layar kaca lewat serial televisi Fantastic Four: The Animated Series (1994-1996), tepatnya pada season kedua di episode ke-20 bertajuk “Prey of the Black Panther” yang tayang pada 11 November 1995. Pun di versi animasi lainnya, di antaranya di serial Iron Man: Armored Adventures (24 April 2009-25 Juli 2012), Black Panther (16-30 Januari 2020), The Avengers: Earth’s Mightiest Heroes (22 September 2010-11 November 2012), dan Avengers Assemble (26 Mei 2013-24 Februari 2019). Sedangkan pada versi layar lebar di semesta MCU, T’Challa alias Black Panther yang diperankan Boseman pertamakali dihadirkan di film Captain America: Civil War (2016) hingga berlanjut di film solonya, Black Panther (2018), serta Avengers: Infinity War (2018) dan Avengers: Endgame (2019).
“Saya mulanya bukan penggemar berat Black Panther. Saya baru mengenal karakternya 10 tahun lalu. Tapi ketika Anda mulai terjun ke bisnis filmnya, saya jatuh cinta pada karakternya. Pada akhirnya inilah waktunya semua orang melihat kemunculan karakter ini dalam dunia Marvel dan memiliki kehidupannya (filmnya, red) sendiri dan saya merasa bisa melakukannya dengan cara yang tepat,” tutur mendiang Boseman kala diwawancara Entertainment Weekly, 20 November 2014 jelang produksi Captian America: Civil War.
(*)
Sumber: historia.id