“KAMI empat orang.” ujar Nor Azman Merican rekan dari Pulau Pinang Malaysia, Ia mengajakku mengunjungi Indonesia bagian Timur selama 15 hari kalender.
Tahun lalu 2019 mereka berenam mengelilingi Sumatera. Dimulai dari Kuala Lumpur ke Jakarta Lampung hingga ke Aceh balik ke Pulau Pinang, selama 17 hari.
“Kami Ingin melalui Trans Sulawesi.” ujarnya lagi. Dari Makassar balik ke Kuala Lumpur. Karena sebagian teman belum pernah ke Batam, kalau bisa jadwal itinery yang pak buat perjalanan dimulai Batam.
Kami tidak usah lewat pulau Jawa.
“Sudah pernah keliling Jawa hingga ke Surabaya,” tambahnya lagi.
Aku pun membuat jadwal acara bekpekeran itu. Dari mulai Johor Bahru ke Tanjung Pinang, ada layanan Ferry dari Stulang Laut ke Pelabuhan Sri Bintan di Tanjung Pinang. Ongkos ferry tak sampai 100 RM.

Mengunjungi Pulau Penyengat, rencana sholat di masjid Sultan yang telah berusia ratusan tahun dan terbuat dari putih telur sebagai campuran semennya. Kami mengunjungi situs situs bersejarah dan semalam tidur di Pulau Gurindam itu.
Melalui Batam, rencana dengan penerbangan kami lanjutkan ke Ambon. Berangkat tengah hari di hari ketiga, tiba di Ambon hari keempat Jumat pagi.
Rencana Sholat Jumat di Masjid tua Wawane Wapauwe di Ambon.
Masjid yang sudah berusia 700 tahun ini dibangun pada tahun 1414 Masehi. Bukti sejarah Islam di Maluku pada masa lampau.

Penerbangan dari Batam ke Ambon sendiri berbiaya sekitar 2.5 juta rupiah dengan singgah di Surabaya dan Makassar.
Rencana semula kami akan naik Kapal Laut. Namun jadwal kapal itu tak sesuai pula dengan hari Jumat, waktu yang tepat untuk niat sholat Jumat di Masjid yang konon dulu pindah sendiri di tempat yang sekarang ini.
Menurut cerita rakyat setempat, dikisahkan ketika masyarakat Tehala, Atetu dan Nukuhaly turun ke pesisir pantai dan bergabung menjadi negeri Kaitetu, Masjid Wapauwe masih berada di dataran Tehala.
Namun pada suatu pagi, ketika masyarakat bangun dari tidurnya, masjid secara gaib telah berada di tengah tengah pemukiman penduduk di tanah Teon Samaiha, lengkap dengan segala kelengkapannya.

Ada sebuah Alquran tua seusia dengan masjid itu, masih dapat dibaca hingga sekarang ini. meskipun ada kerusakan sedikit, menurut ahli waris Mushaf Nur Cahya nama Quran itu rusak, akibat faktor kertasnya yang sudah tua , debu, kelembapan udara serta insect (hewan) kertas.
Dari Ambon kami akan lanjutkan ke Ternate dan Tidore mengunjungi Masjid dan Istana Kesultanan Islam awal di Timur Nusantara.
Tunggu laporan perjalanan kami nantinya ya.
Ada yang mau ikut XPDC ini?
——————————-
Sumber : IMBALO BATAM ON FACEBOOK