KONDISI bumi kita makin tidak baik. Hal ini berbanding terbalik dengan kemajuan teknologi dan semakin majunya peradaban manusia.
Saat ini, kandungan karbon dioksida (CO2) di atmosfer Bumi, dilaporkam telah melewati batas aman. Yang disayangkan adalah sangat kecil kemungkinan kandungan karbon ini akan kembali ke tingkat aman.
Imbasnya, kerusakan Bumi bakal meningkat serta mengancam kelangsungan makhluk hidup di dalamnya, termasuk manusia.
Jadi kondisi ini bisa dikatakan bakal permanen, setidaknya untuk beberapa dekade ke depan.
Dr. James Hansen, mantan kepala Goddard Institute for Space Studies, mengatakan tingkat aman kandungan CO2 adalah 350ppm.
Tapi temuan para peneliti dari Scripps Institution of Oceanography menunjukkan kandungan CO2 pada September 2016 telah mencapai 401ppm (parts per million).
Dalam unggahan scripps.ucsd.edu di situs resmi dijelaskan bahwa September adalah bulan dengan tingkat CO2 terendah di atmosfer selama setahun masehi.
“Apakah ada kemungkinan Oktober 2016 akan memiliki nilai rata-rata yang lebih rendah dari September dan berada di bawah angka 400ppm? Hampir tidak mungkin,” kata Ralph Keeling, kepala Scripps CO2 Program.
Keeling melanjutkan bahwa batas baru akan mencapai tingkat 410ppm pada November nanti.
Bahkan jika manusia secara tiba-tiba menghentikan pengeluaran CO2 ke atmosfer tetap saja dibutuhkan waktu multi dekade untuk dapat mengembalikan tingkat CO2 di bawah 400ppm.
Di Bumi, kandungan CO2 di tingkat 400ppm terjadi pada kisaran 15 sampai 20 juta tahun yang lalu. Artinya manusia belum pernah mengalami keadaan ini.
Para peneliti sebenarnya sudah lama memprediksi bahwa CO2 di Bumi akan mencapai 400ppm. Dilansir dari climatecentral.org, pada 2013, Mauna Loa Observatory di Hawaii–lokasi pemantauan CO2 bersertifikasi emas–menyatakan hal ini.
Bahkan mereka mengatakan konsentrasi CO2 di atmosfer telah mencapai rata-rata harian di atas 400ppm untuk pertama kali sepanjang sejarah.
Dilaporkan Engadget (14/6/2016), fenomena El Nino (kemarau) diduga menjadi salah satu pendorong peningkatan ini. El Nino menyebabkan efek pengeringan di area tropis Bumi.
Fenomena kebalikannya, La Nina, mungkin dapat menurunkan angka CO2 melalui pendinginan Samudera Atlantik. Tapi itu dianggap tidak cukup untuk membawa CO2 ke bawah batas 400ppm.
Bahkan untuk pertama kalinya dalam 4 juta tahun, Antartika–kawasan Bumi yang mendapat giliran terakhir peningkatan kandungan CO2, mencapai tingkat 400ppm pada Mei lalu.
Laporan yang disampaikan climatecentral.org, kandungan CO2 di atmosfer disebut bertanggung jawab pada perubahan iklim. Dan peningkatan CO2 mulai terjadi di Bumi saat revolusi industri muncul.
Bahkan menurut laporan terbaru, Bumi kini mencapai suhu paling hangat sejak 120 ribu tahun.
PERUBAHAN iklim telah menyebabkan 93 persen kerusakan karang Great Barrier Reef di Australia. Lalu sekitar seperempat spesies makhluk hidup di Bumi diperkirakan bakal punah pada 2050.
Dalam 120 tahun ke belakang, perubahan iklim juga menaikkan batas laut hampir satu kaki (sekitar 30 cm). Akibatnya 13 juta penduduk AS kemungkinan harus pindah dari tempat tinggalnya pada 2100.
Mei lalu, UNESCO juga merilis 31 situs dilindungi di 29 negara yang memiliki risiko pada perubahan iklim. Beberapa di antaranya adalah kota apung Venesia di Italia, Patung Liberty di Amerika Serikat, dan Pulau Komodo di Indonesia. ***