PESTA pernikahan itu sejatinya tidak hanya melibatkan pihak mempelai saja. Tapi juga para tamu undangan, serta pihak ketiga yang disewa untuk memeriahkan acara.
Bagaimana jika acara resepsi pernikahan yang sudah kita rancang bisa berjalan baik justru berantakan? Malu, kecewa?
Mungkin seperti kisah berikut ini yang kami lansir dari laman hiburan negeri jiran, Malaysia, OH BULAN. Tentang pasangan pengantin asal Malaysia yang ditipu oleh ‘wedding planner’.
Kisah ini diungkapkan pengantin wanita, Amila Baszelan yang merasa kesal karena diancam oleh MC pesta pernikahannya seperti ditulis kembali di laman DREAM
MC pernikahan Amila disebutkan mengancam akan menyebarkan foto profil Facebook Amila dan suami karena tidak mau bayar sisa biaya pesta pernikahan.
Di sini Amila mencoba membantah dan memberi alasan mengapa dia berbuat demikian.
Amila merasa ditipu oleh wedding planner asal Kuantan, milik seorang wanita. sebut saja Nora. Awalnya, Amila bertemu Nora lewat Whatsapp yang menawarkan paket pesta pernikahan 14.900 ringgit (hampir Rp 47 juta).
Biaya sudah termasuk hidangan untuk 500 paket masing-masing 9,90 ringgit, paket dekorasi 4.000 ringgit, MC 600 ringgit, dan sewa gedung 4.700 ringgit.
Melihat biaya yang begitu murah, ibu Amila sebenarnya merasa tidak logis tapi tetap percaya saja dengan Nora.
Nora juga mengatakan fasilitas itu termasuk paket gratis spa, sebelum dan sesudah pesta, menginap semalam di hotel, counter es krim, dan berinai (mengenakan pacar atau inai).
Namun ternyata, selama sebelum hari pesta, macam-macam saja masalahnya.
” Aku sudah percaya dia karena telah lama bekerja di bidang bridal. Cuma dia tak punya butik saja. Perlengkapan pesta dia simpan di rumahnya. Tak mengapa, aku hanya ingin tolong dia saja,” kata Amila.
Anehnya, baju pengantin menyewa dari salon lain. Tapi tiap salon yang ditawarkan tak satu pun yang berkenan di hati Amila dan ibunya. Memang ada satu, tapi terlalu jauh jaraknya dari rumah.
Terakhir kali dia suruh Amila pilih kain mana yang akan dipakai karena dia akan langsung antar ke tukang jahit. Dengan tak ada kata biaya tambahan, Amila pun memilih desain yang dia inginkan.
Satu hari Nora kirim pesan masalah ganti katering. Sebab dia bilang kenal tukang masak katering yang bagus. Amila mengiyakan saja karena dengar kata orang masakan katering dia enak. Nora juga kirim pesan bahwa meja VIP hanya dapat dua saja.
Seminggu sebelum pesta pernikahan, Nora baru tanya kapan Amila mau spa. Amila bilang hari Kamis pagi sebab malamnya untuk acara berinai dan besoknya baru akad nikah.
” Nora bilang iya. Tiba hari Kamis, aku tanya kapan bisa pergi spa. Tapi dia jawab tak sempat untuk spa karena semua sibuk melakukan persiapan,” ujar Amila.
Nora malah bilang kalau mau spa harusnya seminggu sebelum hari pernikahan. Amila geram mendengar kata-kata Nora yang berubah-ubah itu. Namun tetap dipendam saja.
Jadi benar-benar tidak ada lagi mandi spa yang sudah dijanjikan. Tapi Amila mencoba melupakan itu dan langsung melakukan malam pacar (berinai).
” Desainnya simpel sekali macam orang tunangan. Tapi ini acara kawin,” kata Amila kesal.
Setelah akad nikah, Amila pergi ke gedung. Ternyata kursi pelaminan baru akan dipasang.
” Saat itu Nora panggil aku sambil menyodorkan kwintasi yang menyatakan aku sudah bayar 7 ribu ringgit. Aku baca baik-baik dan ternyata tidak ada tulisan jumlah uang yang aku telah bayar. Tanggal yang menyatakan aku sudah bayar juga tidak ditulis.”
Saat masih dirias, Amila meminta ibunya untuk mengirimkan gambar dekorasi pelaminan. Dan ternyata sangat sederhana sekali. Benar-benar tidak sepadan dengan uang 4.000 ringgit yang telah dikeluarkan.
” Simpel gila. Dekorasi pelaminan sangat tidak sepadan dengan harga paket yang ditawarkan. Kalau di Kuala Lumpur dekorasi 4.000 ringgit sudah dapat yang eksklusif dan meriah. Aku sudah mulai down,” kata Amila.
Saat itu Amila masih sempat bersyukur karena yang merias adalah saudaranya sendiri. Dia tidak bisa membayangkan kalau semuanya ditangani oleh si Nora itu. Tiba-tiba Nora kirim pesan bilang lagi sibuk antar katering karena mobilnya rusak.
Sampai di gedung, Amila tunggu rombongan suaminya datang. Dia mencoba untuk melihat persiapan di gedung dan menemukan kondisi yang membuat miris.
Meja buffet kosong. Begitu juga dengan meja makan, masih banyak yang kosong. Ayam goreng seekor yang ada di salah satu meja mungkin dibeli Nora dari depan butik dia. Sudah begitu nasinya keras.
Tapi yang membuat Amila terkejut ketika sebagian rombongan suaminya mengaku tidak kebagian makanan. Amila terpaksa menyuruh adiknya membeli makanan jadi.
Rupanya makanan habis. Beruntung teman ibunya Umi Zira bersedia belanja dan masak makanan secepatnya.
Umi Zira memang sudah memperkirakan lauknya tidak cukup. Baru jam 3 sore semua lauk dibawa masuk gedung. Amila menangis di bahu Umi Zira.
Memang lauk yang tersedia seperti tidak cukup untuk 300 orang. Padahal sesuai perjanjian untuk 500 tamu.
Sementara Nora tak nampak batang hidungnya sama sekali.
” Mana itu counter es krim gratis? Tak ada. Tisu, sendok, garpu semua yang sediakan katering. Air mineral berkotak-kotak itu semua ibu yang beli.”
Amila benar-benar malu dengan keluarga suami, teman-teman dan saudara-saudara. Ada sebagian dari mereka jauh-jauh dari Kelantan malah diminta bantuan kerja seperti pramusaji.
Setelah acara selesai, beberapa jam kemudian Nora kirim pesan minta sisa pembayaran agar dilunasi tanpa rasa bersalah. Amila bilang minta di ibunya karena yang membiayai semuanya adalah ibunya.
Tapi seluruh keluarga Amila mengabaikan pesan dan panggilan telepon Nora. Hingga dia mengancam akan melapor ke polisi.
” Siapa takut? Aku juga akan melaporkan dia mempermalukan orang di depan umum dengan layanannya yang penuh tipuan itu,” kata Amila jengkel.
Sekarang Nora suruh MC menuntut sisa pembayaran karena dia sendiri tidak dibayar oleh Nora. Bahkan MC juga mengancam akan melaporkan Amila ke polisi.
Namun Amila memberi pengertian dan alasan sehingga MC itu ikut mencari keberadaan Nora yang tiba-tiba menghilang. Nora bahkan berganti akun Facebook untuk menghilangkan jejak. ***