EKSPRESI arkeolog Adrianna Tomaz (diperankan Sarah Shahi) yang menyunggingkan senyum seketika berubah pahit tak lama setelah ia mendapatkan Mahkota Sabbac dari sebuah gua. Ia dijebak rekannya sendiri, Ishmael Gregor (Marwan Kenzari), yang berkomplot dengan pasukan Intergang.
Namun, Adriana tak patah arang. Kala sudah ditodong senjata, ia merapal mantra berbahasa Kahndaq kuno sembari memegang sebuah prasasti. Hasilnya, boom! Sesosok perkasa hadir usai terjadi ledakan ajaib itu dan membabi buta menghabisi nyawa pasukan Intergang. Adrianna mengenali sosok itu sebagai Teth Adam (Dwayne Johnson), eks-budak negeri Kahndaq dari 2.600 SM yang dahulu mendapat kekuatan super dari Penyihir Shazam (Djimon Honsou) untuk mengakhiri rezim tirani Raja Akh-Ton.
Adrianna punya harapan besar dengan kembalinya Teth Adam yang –lantas punya sebutan baru Black Adam– bakal mengulang hal serupa di masa kini, yakni dibebaskannya rakyat setempat dari cengkeraman sindikat kriminal Intergang. Namun laiknya superhero Superman yang punya kelemahan dengan material Krypton, Black Adam pun punya kelemahan terhadap batu mulia Eternium. Ia terluka ketika seorang pasukan Intergang menembakkan roket yang mengandung Eternium.
Menjadi jelas bahwa Black Adam yang mulanya seperti Superman –mampu melesat ke angkasa dan kebal segala macam senjata– tetap butuh bantuan. Di sinilah kemudian empat serangkai Justice Society: Kent Nelson/Doctor Fate (Pierce Brosnan), Carter Hall/Hawkman (Aldis Hodge), Al Rothstein/Atom Smasher (Noah Centineo), dan Maxine Hunkel/Cyclone (Quintessa Swindell) mengambil peran.
Keseruan-keseruan itu sudah langsung dimunculkan sutradara Jaume Collet-Serra dalam film superhero bertajuk Black Adam. Film ke-11 dari franchise DC Extended Universe (DCEU) ini sekaligus jadi spin-off film Shazam! (2019).
Kehadiran para pahlawan Justice Society itu juga menjadi penting karena kekuatan yang dimiliki Black Adam ternyata membuatnya hanyut dalam sifat destruktif, nafsu membalaskan dendam dan naluri membunuh. Sementara, Doctor Fate dkk. merasa kekuatan super yang jadi anugerah itu tak semestinya digunakan untuk membunuh dan mengentaskan dendam mendiang putra Black Adam, melainkan untuk menegakkan keadilan.
Black Adam mengusung dendam pada Intergang dan terutama Ishmael, mengingat Ishmael adalah keturunan terakhir Raja Akh-Ton. Ribuan tahun silam, pasukan Raja Akh-Ton membunuh putra Black Adam, Hurut. Di sisi lain, Adrianna dan Justice Society juga punya kepentingan agar Ishmael tak dibunuh. Pasalnya jika Ishmael dibunuh saat sedang menguasai Mahkota Sabbac, ia bakal bangkit menjadi Iblis Sabbac yang bakal mengancam kedamaian Kahndaq juga seantero muka bumi.
Bagaimana cara empat serangkai Justice League itu menanamkan awareness itu pada Black Adam yang kian lama jadi antihero? Seperti apa pula intrik dan aksi-aksi mereka mencegah Iblis Sabbac menghancurkan dunia? Saksikan kelanjutannya di bioskop-bioskop kesayangan Anda.
Adegan-Adegan Kekerasan yang Menjemukan
Sudah sekira 15 tahun proyek Black Adam yang juga memunculkan karakter-karakter Justice Society didambakan Dwayne “The Rock” Johnson tertunda. DC dan Warner Bros kala itu lebih disibukkan dengan trilogi The Dark Knight (Batman, 2005-2012) hingga Justice League (2017). Padahal menilik historisnya di berbagai komik, Justice Society (muncul 1940) merupakan pendahulu Justice League (1960).
Sinematografinya juga tergolong menarik. Hampir sepanjang dua jam film disesaki efek visual CGI yang sudah tak diragukan lagi kecanggihannya. Hanya saja tone filmnya yang didominasi atmosfer muram dan warna kuning serta hijau mengikuti latarbelakang kota Kahndaq, nyaris membosankan jika tak diselingi warna-warna merah dan biru yang terdapat dalam seragam para superhero Justice Society dan efek visual kekuatan petirnya Black Adam.
Sementara kemasan music scoring-nya cukup bervariatif. Komposer Lorne Balfe memadukan iringan orkestra kelam dan megah dengan beberapa lagu populer semisal “Bullet with Butterfly Wings” (Smashing Pumpkins), “Paint It Black” (The Rolling Stones), dan “Power” (Kanye West Feat. Dwele).
Akan tetapi plot cerita Black Adam menuai kritik terlepas dari penampilan sang aktor utama yang patut dipuji. Selain minim plot twist, ceritanya mudah diprediksi, dan di beberapa bagian menjadi “nanggung” hingga menjadikannya nyaris menjadi cerita pahlawan untuk anak-anak. Terlebih, setiap alur ceritanya sarat adegan kekerasan yang berlebihan. Tak heran bila Black Adam diberi kategori “PG 13”.
“Dari adegan ke adegan selalu ada kekerasan seperti video game saja lewat plot yang di satu sisi tanggung dan di sisi lain berlebihan. Di satu titik juga ketika penonton bisa lelah dengan semua kehancuran yang ada, mereka menampilkan tengkorak yang bangkit sebagai legion dari neraka, benar-benar seperti yang kita inginkan,” tulis kritikus Mark Kennedy menyiratkan sarkasme di kolom Associated Press, 19 Oktober 2022.
Matt Singer mengungkapkan hal senada di kolomnya di ScreenCrush, 18 Oktober 2022. Namun di sisi lain ia juga melihat Black Adam jadi potensi besar untuk melihat arah baru DCEU ke depannya. Terlebih di film ini DC juga menyelipkan banyak “easter eggs” alias pesan-pesan tersembunyi tentang masa depan Black Adam dan DCEU.
“Disayangkan, 15 tahun prosesnya menghasilkan film yang sedang-sedang saja, film yang tak merefleksikan ratusan jam penulisan dan draft skenario tak terhingga. Akan tetapi di lain pihak setelah (durasi) dua jam setidaknya Anda bisa melihat arah yang jelas untuk masa depan sinematik DC.”
Kendati begitu, Black Adam bukan tak bisa dinikmati para fans DC. Plot ceritanya tidak se-random dan masih lebih logis ketimbang alur cerita film-film superhero tanah air seperti Gundala (2019), Satria Dewa: Gatotkaca (2022), atau mungkin saja Sri Asih yang –bakal rilis pada November 2022– mesti diakui masih tertinggal di beragam aspek kualitas. Tak heran bila Black Adam melesat ke urutan puncak Box Office selama dua hari.
“Ini fenomenal 90% audience score untuk #BlackAdam sangat memuaskan untuk banyak alasan. 15 tahun. Terima kasih atas cinta dan dukungan kalian semua. Pada akhirnya yang terpenting bagi saya adalah mengirimkan kebahagiaan buat banyak orang. Dan itu yang akan selalu saya perjuangkan,” cuit Dwayne Johnson menanggapi banjir kritik, di akun Twitter-nya, @TheRock, 23 Oktober 2022.
Black Adam dari Marvel Family
Teth Adam alias Black Adam diklaim sebagai karakter berkekuatan super terkuat di muka bumi. Dari waktu ke waktu, karakternya acap dibandingkan dengan Superman yang juga dianggap sebagai superhero terkuat di alam semesta.
Teth Adam tinggal mengucapkan kata “Shazam!” untuk bisa bertransformasi. Lema itu merupakan akronim lima dewa dalam mitologi Mesir kuno, yakni: Shu (kekuatan stamina tak terbatas), Horus (kekuatan kecepatan supernatural), Amon (ketangguhan super), Zehuti (kekuatan pengetahuan luas), Aten (kekuatan petir ajaib), dan Mehen (kekuatan psikis dan spiritual untuk keberanian).
Karakternya diciptakan penulis Otto Oscar Binder dan ilustrator Charles Clarence Beck pada 1940-an. Mulanya Binder dan Beck membidani kelahiran Black Adam sebagai sosok supervillain alias penjahat super yang jadi musuh bagi serangkai pahlawan super Marvel Family (kelak disebut Shazam Family/Shazamily) yang beranggotakan Billy Batson/Captain Marvel (kini Shazam), Mary Bromfield/Mary Marvel (kini Lady Shazam), dan Freddy Freeman/Captain Marvel Jr. (kini Shazam Jr.).
Maka pakaian Black Adam dibuat mirip dengan Marvel Family, hanya berbeda warna: pakaian ketat hitam dengan logo petir di dada. Itu sebagai antithesis Marvel Family yang berpakaian ketat merah juga dengan logo petir di dada. Menariknya, pakaian Black Adam nyaris tak pernah berubah jenis dan warnanya.
Nick Jones dalam DC Comics Covert Art: 350 of the Greatest Covers in DC’s History mencatat, karakter Teth Adam/Black Adam paling jarang dimunculkan baik di masa pra maupun pasca-DC. Black Adam ditampilkan pertamakali di edisi perdana komik The Marvel Family terbitan Fawcett Comics, pada 21 November 1945,. Karakternya kemudian comeback dengan penulis dan ilustrator baru pada 1973 di komik DC, Shazam!, edisi kedelapan yang rilis pada 10 Desember 1973.
Binder dan Beck mengisahkan Black Adam yang sumber kekuatannya disebutkan di atas, berubah menjadi tiran bengis di masa Mesir Kuno. Penyihir Shazamlah yang kemudian bisa menaklukkan dan mengasingkan Black Adam ke luar angkasa.
Black Adam baru bisa kembali ke bumi pada 1945 atau lima ribu tahun kemudian. Akan tetapi dendam dan haus kekuasaannya harus bentrok dengan trio pahlawan Captain Marvel, Mary Marvel, dan Captain Marvel Jr.
“Diciptakan oleh Otto Binder dan C. C. Beck, Black Adam hanya muncul sekali untuk bertarung dengan Shazam! di (era komik) Golden Age (1945), dan hanya muncul lagi beberapa kali saja di Bronze Age (1973). Pengembangan besar karakternya baru terjadi pada 2000-an ketika ia dikisahkan sebagai penguasa Kahndaq,” tulis Jones.
Begitu lamanya Black Adam absen di belantika komik juga terpengaruh dari bubarnya Fawcett Comics pada 1953 dan trademark “Captain Marvel” yang diambil Marvel Comics. Maka sejak 1972 DC memberi nama baru bagi Marvel Family: Shazam Family.
Setahun berselang, DC kembali memunculkan karakter Black Adam di komik Shazam! edisi kedelapan. Di kemunculan keduanya, Black Adam dibuat sebagai penjahat yang lebih perkasa dan ambisius.
“Black Adam mengklaim diri sebagai sosok pahlawan terhebat di dunia. Akan tetapi superhero Shazam mengetahui lebih baik bahwa dia bukan pahlawan. Seringkali Black Adam jauh dari kata mulia saat mengambil jalan demi mengentaskan ambisinya. Tak peduli seberapa hebat kekuatannya, Black Adam tak pernah merasa puas,” tulis Matthew K. Manning dalam Black Adam: An Origin Story.
Pengembangan cerita pada karakternya baru terjadi pada transisi 1999-2000. Mulai dari komik JSA (Justice Society of America, red.) edisi keenam terbitan 1999, Black Adam mulai berubah dari penjahat menjadi antihero, dari yang memusuhi jadi beraliansi dengan Justice Society, sebagaimana yang digambarkan dalam film Black Adam.
Deskripsi Film:
Judul: Black Adam | Sutradara: Jaume Collet-Serra | Produser: Beau Flynn, Hiram Garcia, Dany Garcia, Dwayne Johnson | Pemain: Dwayne Johnson, Sarah Shahi, Pierce Brosnan, Aldis Hodge, Marwan Kenzari, Noah Centineo, Quintessa Swindell, Bodhi Sabongui, Henry Cavill | Produksi: DC Films, New Line Cinema, Seven Bucks Productions, FlynnPictureCo. | Distributor: Warner Bros. Pictures | Genre: Superhero | Durasi: 124 menit | Rilis: 21 Oktober 2022.
(*)
Sumber: historia.id