PENINGKATAN pesanan kapal ke perusahaan galangan kapal di awal tahun tidak diimbangi dengan ketersediaan tenaga las atau welder berkompetensi di Batam.
Kondisi ini menjadi perhatian dari Ikatan Perusahaan Industri Kapal dan Lepas Pantai Indonesia (Iperindo) Kepri, yang sudah dialami sejak tahun lalu.
Untuk itu, DPRD Batam mendorong program pengembangan sumber daya manusia (SDM) yang berkompeten dan sesuai dengan kebutuhan dunia industri.
Hal tersebut sejalan dengan program prioritas pemerintah dalam upaya meningkatkan kualitas SDM yang berdaya saing, agar dapat berkontribusi mendongkrak pertumbuhan ekonomi daerah maupun nasional.
“Peningkatan SDM Industri untuk di wilayah Batam dan Provinsi Kepri ini, kiranya menjadi penting dan menjadi kunci keberhasilan dan kesuksesan daerah kita di masa depan. Terlebih lagi, letak strategis dari Batam yang berdekatan langsung dengan negara-negara Asia, diantara Singapura, Malaysia hingga Vietnam yang sangat menguntungkan,” kata Nuryanto, Senin (27/2).
Oleh karena itu, Politisi PDI Perjuangan ini pun mendorong pemerintah daerah (pemda) menciptakan program-program ketrampilan yang khusus di Batam yang populer dengan Free Trade Zone (FTZ) dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
Dengan adanya program ketrampilan ini, tentu bisa meningkatkan taraf hidup masyarakatnya menjadi lebih baik. Sekaligus menciptakan pertumbuhan ekonomi yang selaras dengan kualitas masyarakatnya.
“Pelatihan khusus di Kawasan Industri ini saya pandang sangat perlu dan penting. Kalau pun ada, peningkatan dari pelatihan ketrampilan ditingkatkan lagi. Sehingga di masa mendatang, sejumlah perusahaan-perusahaan Industri yang ada di Batam tidak perlu lagi mendatangkan pekerja (SDM,red) dari luar daerah maupun luar negeri,” tegas pria yang akrab disapa Cak Nur ini.
Sebelumnya, Ketua DPC Ikatan Perusahaan Industri Kapal dan Lepas Pantai Indonesia (IPERINDO) Kepri, Ali Ulai mengatakan sejumlah perusahaan Galangan kapal mengalami kekurangan tenaga Welder atau Las. Walhasil, kondisi ini dikuatirkan menghambat proses pengerjaan pesanan kapal baru.
“Persoalan masih sama. Kita kekurangan tukang las. Galangan butuh banyak tukang las tapi sekarang susah dapat tukang las (yang sesuai),” ujar Ali.
Untuk orderan pembuatan ataupun perbaikan kapal diakui Ali cukup banyak saat ini. Hampir setiap galangan menerima pesanan pembuatan kapal. Namun karena kekurangan tenaga las sehingga pelaku industri galangan kapal agak pesimis untuk bisa mengakomodir semua pesanan tersebut.
“Kita sudah duduk dengan pihak pemerintah, cuman belum ada solusi untuk masalah ini. Kita masih menunggu supaya ada terobosan untuk memenuhi kuota tenaga las di Batam dan Kepri ini,” ujarnya (leo).