SUNGGUH aku gak ngeh, tak terlintas di benakku hari itu adalah hari santri nasional di Indonesia.
Oleh : Imbalo Iman Sakti
————
PADA hari itu, Mak Timah, wanita 60-an tahun suku asli Rempang Batam, mulai belajar buku Iqro jilid satu, yaitu A Ba Ta.
Mak Timah orang Hutan tinggal di perkampungan Ulu Sadap Kelurahan Cate kecamatan Galang Batam Provinsi Kepulauan Riau. Petang itu dengan semangat menyebutkan huruf Alif yang kutuliskan di lembaran kaca bekas sebagai alat bantu ajar. Papan tulis white board belum tak ada.
Sehari sebelumnya, kuhubungi ibu lurah Cate, Ibu Suyatmi dan pak Camat Galang Ute Rambe. Kukabarkan Bahwa surau Mushollah Taqwa yang berada di kampung orang utan kampung asli penduduk Rempang itu hendak kami fungsikan kembali, sejak direhab kembali oleh teman dari Lembaga Zakat Batam beberapa tahun yang lalu.
Hampir empat puluh tahun yang lalu, surau itu berdiri, sudah beberapa kali diperbaiki.
Ada beberapa orang Dai yang coba mengajar islam ke penduduk yang tak sampai belasan keluarga di sana itu. Tetapi tidak bertahan. Maklum lah minim fasilitas. Tak ada air bersih dan lampu PLN. Rumah tinggal pun tak layak huni.
Hari itu kami sedang membuat pondok dari kayu bulat untuk andang andang bila kencing tak nampak orang di semak semak. Takut pula tecucuk anak lalang tempat pipis. Alhamdulillah bang Hendri Anak Rahman memberikan sebuah tangki air orange kapasitas 1000 liter. Seorang teman yg tak mau disebut namanya memberikan drum biru bertutup kapasitas 200 liter dan dua helai karpet 1 x6 meter warnah hijau.
Ada kawan lama membelikan closet jongkok dua buah dan beberapa zak semen. Pasir kami pungut dari parit sekitar. Sore itu, Alwindi putra Mak Timah, didaulat jadi ustadz dadakan.
Kulihat mata mak Timah berkaca kaca. Perempuan tua balu ini terharu anaknya yang hanya mengecap sekolah SD dan hanya bisa baca Iqro sampai jilid sekian, mengajarkan apa yang dia tau ke ponakan ponakannya. Bahkan kepada pakcik, adik abangnya yang berada di kampung itu.
“Nanti Windi belajar ke Jembatan 3 ada muallaf center disitu ada ustadz Muhib dari lembaga bahasa Arab”.
“Ayo kita semua baca fatihah ya”, ucapku.
Terima kasih Arfan yang membantu terlaksana acara itu. Arfan mahasiswa STIT Batam itu, kuminta membimbing dan mengajari Windi yang baru menikah dengan seorang muallaf.
“Doakan Tempat pengajian iqro kami ini berjalan dengan sempurna, maklum Rempang sedang disorot dunia, kami hanya menyambung silaturrahmi yang agak terputus itu saja”, katanya.
Agak susah hubungan telpon ke sana karena battery handphone selalu jelek. Mak mau ngecharge jauh tumpang tumpang dulu”, katanya.
“Terima kasih komunitas puasa senin kamis madjid jabal arafah bukit nagoya yang telah mewakafkan buku buku iqro.
Terima kasih kepada yang membantu kami yang tak hendak disebutkan namanya.
Semoga Allah membalasnya”.
(*)
Imbalo Iman Sakti, penggiat pendidikan dan sosial kemasyarakatan. Catatannya ini terbit pertama kali di akun jejaring sosialnya.