- Upaya untuk menghidupkan kembali tradisi dan sejarah panjang silat Melayu.
- Menjadi ajang silaturahmi antar sesama pendekar dan meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap seni bela diri tradisional.
- Bertujuan melestarikan dan mengembangkan warisan budaya bangsa.
PULAU Paku, sebuah pulau kecil yang terletak di perairan Kepulauan Riau, tengah bersiap menghelat even. Pada tanggal 24 Agustus 2024, pulau ini akan menjadi tuan rumah bagi “Kenduri Pendekar”, sebuah perhelatan akbar yang menyatukan para pendekar dari berbagai penjuru tanah air.
Acara ini bukan sekadar perlombaan atau demonstrasi bela diri biasa, melainkan sebuah upaya untuk menghidupkan kembali tradisi dan sejarah panjang silat Melayu yang telah mengakar kuat di Nusantara.
Pilihan Pulau Paku sebagai lokasi penyelenggaraan Kenduri Pendekar bukanlah tanpa alasan. Pulau kecil itu dianggap menyimpan segudang cerita dan misteri yang turun-temurun dikisahkan oleh masyarakat setempat.
Menurut Kepala Bidang Organisasi DPW Persatuan Pencak Silat Indonesia (PPSI), Yoan S. Nugraha, pulau Paku memiliki kekayaan sejarah yang begitu dalam.
“Pulau ini menyimpan banyak cerita, baik yang hidup dalam folklor masyarakat maupun yang tercatat dalam manuskrip-manuskrip Melayu,” sebutnya.
Salah satu kepercayaan yang masih melekat kuat di kalangan masyarakat Pulau Bintan, yang berdekatan dengan Pulau Paku, adalah ritual melemparkan emas sebelum melakukan perjalanan jauh. Tindakan simbolik ini dipercaya dapat membawa keselamatan dan keberkahan bagi para pelancong. Kepercayaan semacam ini menunjukkan betapa dalam akar budaya dan spiritual telah tertanam di masyarakat sekitar Pulau Paku.
Lebih dari Sekadar Pertunjukan
KENDURI Pendekar bukan hanya sekadar ajang unjuk kebolehan para pendekar. Acara ini memiliki makna yang jauh lebih dalam, yaitu sebagai upaya untuk melestarikan dan mengembangkan warisan budaya bangsa. Melalui Kenduri Pendekar, diharapkan dapat terjalin kembali silaturahmi antar sesama pendekar, serta tumbuhnya apresiasi masyarakat terhadap seni bela diri tradisional.
“Kami berharap perhelatan ini mampu menarik perhatian masyarakat dan generasi muda untuk lebih mengenal dan menghargai warisan budaya yang ada,” lanjutnya.
Adanya Kenduri Pendekar ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi pelestarian budaya dan pariwisata di Indonesia. Pulau Paku, yang selama ini mungkin kurang dikenal oleh masyarakat luas, kini memiliki kesempatan untuk kembali bersinar sebagai salah satu destinasi wisata sejarah dan budaya yang menarik.
Pulau Paku dan Mitosnya
PULAU Paku merupakan pulau kecil yang terletak di belakang pulau Penyengat, di seberang kota Tanjungpinang. Menurut cerita lisan yang berkembang, pulau tersebut dinamakan pulau paku karena ada pohon seperti paku: berbatang lurus dan kecil yang tumbuh persis di tengah-tengah pulau tersebut.
Pohon ini dipercaya memiliki kekuatan magis dan dianggap sebagai penanda kesejahteraan masyarakat. Konon, jika pohon tersebut tumbuh subur dan berdaun lebat, maka itu pertanda bahwa masyarakat sedang hidup dalam keadaan yang makmur dan damai. Sebaliknya, jika pohon layu atau bahkan mati, itu dianggap sebagai pertanda akan datangnya musibah atau bencana.
Mitos lainnya yang cukup unik di pulau Paku adalah tentang tradisi melemparkan sedikit emas ke Pulau ini bagi perantau yang telah sukses dan ingin kembali ke kampung halaman. Tindakan melempar emas ini dianggap sebagai bentuk rasa syukur dan penghormatan kepada tanah kelahiran. Emas yang dilempar dipercaya akan menjadi berkah bagi pulau dan masyarakatnya.
Luas Pulau Paku sendiri tergantung kondisi laut. Bila air sedang pasang, maka luas pulau menjadi lebih sempit. Namun jika air surut, seperti sore itu, ukurannya menjadi lebih luas.
Pulau ini letaknya tidak terlalu jauh dari pusat kota Tanjungpinang, namun aksesnya cukup terbatas. Cara paling umum adalah dengan menyewa perahu nelayan atau perahu wisata untuk mencapai Pulau Paku.
(nes/ham)