PEMILIHAN presiden AS pada Selasa (11/5/2024) dipantau seluruh dunia termasuk di Asia. Kemenangan mantan Presiden Donald Trump diprediksi akan membawa dampak besar bagi hubungan Amerika dengan Asia, terutama dalam isu perdagangan, keamanan, dan perubahan iklim.
Reporter Radio Free Asia (RFA) memantau reaksi masyarakat dan pemerintah di Asia.
Presiden Prabowo: Ingin tingkatkan kemitraan
Prabowo Subianto yang belum genap sebulan dilantik sebagai presiden Indonesia mengucapkan selamat atas terpilihnya Donald Trump.
“Ucapan selamat yang tulus kepada @realDonaldTrump karena telah terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat ke-47,” tulis Prabowo dalam akun X.
Ia mengatakan bahwa Indonesia dan Amerika Serikat merupakan mitra dan ia berharap dapat bekerja sama erat dengan Trump dan pemerintahannya untuk “lebih meningkatkan kemitraan dan demi perdamaian serta stabilitas global.”
Adam Nurrachman, seorang guru di Bekasi, menyatakan bahwa Presiden Prabowo Subianto, yang fasih berbahasa Inggris dan berpengalaman dalam diplomasi, dapat memanfaatkan posisinya untuk menjaga stabilitas kawasan.
“Harapan kami, Indonesia dapat berperan dengan melibatkan AS untuk mencegah konflik di Asia Tenggara,” ujarnya. “Rakyat Indonesia tidak menginginkan perang antara AS dan China di dekat perbatasan kita.”
Poltak Partogi Nainggolan, analis hubungan internasional di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), berpendapat bahwa di bawah Trump, pendekatan multilateral AS yang tradisional akan melemah, sehingga berpotensi mengacaukan kawasan-kawasan kunci.
Ia mengatakan dengan menjabatnya Trump kembali, “keamanan Eropa bisa terancam karena NATO akan menghadapi tekanan dari sikap lunak Trump terhadap Rusia,” ujarnya kepada BenarNews.
“Di kawasan Asia-Pasifik, khususnya Laut China Selatan, ketegangan kemungkinan meningkat akibat kebijakan Trump yang cenderung berfokus ke dalam.”
Muradi, profesor ilmu politik dan keamanan di Universitas Padjajaran, Bandung, menyarankan Indonesia mendorong forum negara-negara kekuatan menengah.
“Tanpa inisiatif seperti itu, kita berisiko terjebak dalam rivalitas AS-China,” katanya.
Hun Sen Sebut Amerika belum siap dipimpin perempuan
Mantan pemimpin Kamboja, Hun Sen, menyatakan bahwa masyarakat Amerika belum siap menerima perempuan sebagai presiden.
“Masyarakat Amerika belum siap dipimpin perempuan, meskipun Amerika Serikat adalah pelopor demokrasi gender,” ujar Ketua Senat Kamboja itu di halaman Facebook pribadinya.
Presiden Filipina Marcos puji nilai-nilai Amerika
Presiden Ferdinand Marcos Jr. dari Filipina, sekutu dekat Amerika Serikat, menyampaikan bahwa rakyat Amerika telah meraih kemenangan dengan terpilihnya Trump.
“Saya mengucapkan selamat kepada mereka atas kemenangan dalam proses yang menunjukkan kekuatan nilai-nilai Amerika kepada dunia,” kata Marcos.
Ia berharap agar “aliansi tak tergoyahkan antara kedua negara akan menjadi kekuatan untuk kebaikan, membuka jalan bagi kemakmuran dan persahabatan di kawasan ini, serta di kedua sisi Pasifik.”
Perdana Menteri Malaysia ucapkan selamat kepada Trump
Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim mengucapkan selamat kepada Trump atas “kembalinya yang luar biasa dalam dunia politik dan kemenangannya.”
“Babak baru ini membawa peluang yang segar, dan kami siap melangkah maju dengan optimisme, kerja sama, dan tujuan bersama,” ujarnya.
Perdana menteri Jepang harap presiden AS yang baru tingkatkan aliansi
Perdana Menteri Jepang, Shigeru Ishiba, bergabung dengan pemimpin dunia lainnya memberikan selamat kepada Donald Trump setelah dia mengklaim kemenangan dalam pemilu AS.
“Saya ingin mengucapkan selamat kepada Trump atas kemenangannya dan memberikan penghargaan atas pilihan demokratis rakyat Amerika Serikat,” ujar Ishiba seperti dikutip Reuters. “Saya berharap dapat bekerja sama dengan Trump untuk membawa aliansi Jepang-AS ke tingkat yang lebih tinggi.”
Presiden Korea Selatan Yoon ucapkan selamat kepada Trump
Presiden Korea Selatan, Yoon Suk Yeol, menyatakan harapannya untuk bekerja sama erat dengan Trump setelah mantan presiden AS itu mengumumkan kemenangannya.
“Di bawah kepemimpinan Anda, masa depan aliansi AS-ROK dan Amerika akan semakin bersinar. Saya berharap bisa bekerja sama dengan Anda,” tulis Yoon di platform X.
Perasaan campur aduk di Myanmar yang dikuasai militer
Seorang veteran militer Myanmar yang enggan disebutkan namanya mengatakan bahwa Trump kemungkinan besar tidak akan campur tangan dalam situasi di negaranya, yang dilanda kekacauan sejak kudeta militer 2021.
“Saya sangat menghormati kepribadian Donald Trump,” ujar veteran tersebut. “Sebagai ekonom, dia sangat memperhatikan ekonomi, bukan hanya hal-hal umum lainnya. Terkait posisi Myanmar, mereka tidak akan mengirim intervensi.”
Namun, analis politik Hla Kyaw Zaw meragukan Amerika yang lebih isolasionis di bawah Trump. “Jika Trump menang, dunia akan menghadapi tantangan besar … Trump hanya fokus pada Amerika dan mengabaikan sisanya.
“Dia tidak akan peduli dengan urusan Myanmar. Pemerintahan dari Partai Demokrat, sejak zaman Obama dan Hillary, mereka sangat terlibat di Burma.”kata Hla, menegaskan bahwa jika Partai Demokrat yang menang AS akan melakukan sesuatu untuk mendukung Myanmar.”
Kyaw Zaw, juru bicara pemerintahan bayangan National Unity Government (NUG) yang dibentuk oleh politisi pro-demokrasi, lebih berhati-hati. “Demokrat atau Republik, mereka tetap akan membantu urusan Myanmar. Kami akan bekerja sama dengan siapa pun yang terpilih,” kata Kyaw Zaw.
China tak komentar, media salahkan ‘elit AS’ atas ketegangan
China memilih tidak mengomentari pemilu AS secara langsung, dengan menyebutnya sebagai urusan dalam negeri, namun menyerukan penghormatan dan kerja sama.
Media yang dikelola pemerintah menunjukkan kekhawatiran, di mana salah satu media menyerukan siapa pun yang terpilih, untuk menghentikan memburuknya hubungan.
“Kami akan terus memperlakukan hubungan China-AS berdasarkan prinsip saling menghormati, hidup berdampingan damai, dan kerja sama saling menguntungkan,” ujar juru bicara kementerian luar negeri, Mao Ning.
Komentar di China Daily mengkritik “elit AS” sebagai penyebab keretakan dalam hubungan China-AS. “Baik Demokrat maupun Republik menjadikan China sebagai kambing hitam atas masalah domestik AS,” tulis akademisi Fu Suixin dan Ni Feng.
Kepercayaan di Taiwan; beberapa orang anggap Trump lebih tegas terhadap China
Pengusaha Taiwan, Kenneth Tse, optimistis bahwa hubungan Taiwan-AS akan tetap kuat. “Aliansi de facto antara kami, Jepang, AS, dan negara-negara lainnya di kawasan ini akan tetap bertahan.”
Seorang warga Taiwan bernama Lee menyatakan bahwa ia merasa Trump lebih baik dibandingkan Harris. “Dia lebih tegas terhadap China, namun dia juga pragmatis,” ujar Lee.
Minat besar di Vietnam terhadap pemilu AS
Di Vietnam, “live coverage pemilu AS” menjadi pencarian terpopuler di Google Vietnam dalam 24 jam terakhir dengan lebih dari 100.000 pencarian. Media besar seperti Voice of Vietnam dan saluran TV Majelis Nasional menyiarkan langsung pemilu ini.
`Seorang petani dari Provinsi Dong Nai, Nguyen Binh, mengungkapkan kekagumannya pada kebebasan berbicara terkait pemilu di AS. “Saya hanya berharap orang-orang berbakat di Vietnam bisa ikut pemilu secara terbuka tanpa tekanan,” ujarnya.