DALAM rangka merayakan Hari Mangrove Sedunia 2025, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Batam, berkolaborasi dengan Akar Bhumi Indonesia, meluncurkan program fellowship khusus untuk jurnalis dan pers mahasiswa di Batam. Program ini menyediakan dana sebesar Rp2 juta bagi jurnalis yang terpilih untuk meliput isu-isu terkait penyelamatan mangrove yang terancam oleh pembangunan yang tidak berkelanjutan.
Ketua AJI Batam, Yogi Eka Sahputra, menegaskan bahwa inisiatif ini lebih dari sekadar bantuan finansial.
“Kami ingin memperkuat kapasitas jurnalis dalam melakukan liputan mendalam mengenai isu lingkungan,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa mangrove merupakan garis pertahanan terakhir ekosistem pesisir di Batam, dan fellowship ini bertujuan untuk mendorong jurnalis berperan aktif dalam melestarikan lingkungan melalui tulisan yang berbasis data dan berpihak pada kelestarian.
Untuk berpartisipasi, calon peserta diharuskan merupakan jurnalis atau anggota pers kampus yang aktif di Batam, dengan bukti berupa kartu pers. Selain itu, mereka diwajibkan mengikuti workshop daring bertema “Memahami Liputan Isu Lingkungan” yang diadakan pada Jumat, 18 Juli 2025, pukul 19.00–20.00 WIB. Workshop ini juga merupakan bagian dari proses seleksi peserta fellowship.
Pendaftaran dapat dilakukan melalui tautan yang disediakan: Form Pendaftaran. Setelah itu, formulir pengajuan proposal liputan dapat diisi di link berikut: Proposal Liputan.
Diskusi Publik Menyongsong Hari Mangrove Sedunia
SEBAGAI puncak kegiatan, AJI Batam dan Akar Bhumi Indonesia akan menyelenggarakan Diskusi Publik pada Kamis, 25 Juli 2025, pukul 19.00 WIB. Acara ini terbuka untuk umum dan akan membahas tantangan pelestarian ekosistem mangrove di Batam, khususnya di tengah ancaman pembangunan pesisir dan dampak negatif terhadap pulau-pulau kecil di Kepulauan Riau.
Hendrik Hermawan, pendiri Akar Bhumi Indonesia, menyatakan bahwa perayaan Hari Mangrove Sedunia tahun ini sangat signifikan dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2025 tentang Perlindungan dan Pelestarian Ekosistem Mangrove.
“Regulasi ini memberikan landasan hukum penting untuk menjaga kearifan lokal. Diskusi ini adalah kesempatan bagi kita semua untuk memahami peran kita dalam pelestarian pesisir di Batam dan Kepri,” jelasnya.
Hendrik berharap bahwa nilai fellowship bukan hanya terletak pada jumlah dana yang diberikan, tetapi pada kualitas karya jurnalis dalam mendukung upaya pelestarian mangrove.
“Mangrove adalah bagian dari kampanye kita dalam menghadapi perubahan iklim, dan jurnalis memiliki peran vital dalam menyuarakan isu ini,” tambahnya.
Pengumuman peserta terpilih akan dilakukan selama acara diskusi, dengan harapan bahwa kegiatan ini dapat menjadi ruang kolaboratif antara jurnalis, aktivis, akademisi, dan masyarakat sipil dalam memperkuat kampanye penyelamatan mangrove.
“Kami yakin jurnalis dapat memberikan kontribusi signifikan dalam menyuarakan pentingnya pelestarian mangrove. Liputan berkualitas dapat menjadi bagian dari solusi terhadap krisis iklim yang kita hadapi,” tutup Hendrik.
(dam)