KLUB Sepakbola asal kota London, Tottenham Hotspur akhirnya menorehkan sejarah baru di kancah Eropa dengan mengangkat trofi Eropa pertamanya setelah lebih dari 40 tahun.
Mereka berhasil menekuk Manchester United 1-0 dalam Final Europa League di Stadion San Mamés, Bilbao, Spanyol pada Kamis (22/5/2025) dini hari.
Dilansir dari sofascore.com, kemenangan ini juga menjadi gelar besar pertama Spurs sejak mereka menjuarai Piala Liga Inggris pada 2008.
Di level Eropa, terakhir kali Tottenham mencicipi manisnya gelar adalah saat menjuarai UEFA Cup (cikal bakal Europa League) pada tahun 1984.
Gol semata wayang The Lilie White dicetak oleh Brennan Johnson di penghujung babak pertama. Gol tersebut lahir dari situasi yang terlihat sederhana, namun gagal diantisipasi oleh pertahanan United.
Pemain muda Pape Matar Sarr mengirim bola ke kotak penalti, namun Onana tak bergerak keluar. Shaw dan Johnson berduel merebut bola, yang kemudian memantul dan melewati Onana masuk ke sudut gawang.
Menariknya, Spurs memenangkan laga ini hanya dengan 27% penguasaan bola. Data dari Sofascore memperlihatkan betapa efisiennya permainan anak asuh Ange Postecoglou malam itu.
Salah satu bintang lapangan tak lain adalah Guglielmo Vicario. Sang kiper melakukan lima penyelamatan penting, termasuk satu di antaranya pada menit-menit akhir saat ia menepis sundulan berbahaya dari Luke Shaw.
Tak hanya Vicario, Van de Ven juga pantas mendapat kredit khusus. Ketika Hojlund mengira sundulannya bakal membawa United menyamakan kedudukan, Van de Ven muncul bak penyelamat dan menghalau bola tepat di garis gawang.
Keberhasilan ini memberi angin segar bagi Tottenham yang sebelumnya menjalani musim penuh tekanan. Posisi mereka di klasemen Premier League sangat mengkhawatirkan, namun kemenangan ini sedikit banyak memperbaiki suasana ruang ganti.
Spurs dipastikan mendapat tiket ke Liga Champions musim depan berkat gelar ini. Hal yang sangat melegakan bagi Postecoglou yang sebelumnya sempat diragukan kapabilitasnya.
Pelatih asal Australia itu sempat kesulitan menjaga konsistensi timnya selama musim berjalan. Namun malam final di Eropa ini membuktikan ia masih punya sesuatu untuk ditawarkan kepada publik London Utara.
Bagi para penggemar Spurs, ini juga menjadi pelipur lara setelah enam tahun lalu tim kesayangannya gagal juara di final Liga Champions melawan Liverpool.
Sebaliknya, hasil ini menjadi kabar buruk bagi Manchester United. Kekalahan ini makin menekan posisi Ruben Amorim sebagai pelatih kepala.
United kini terpuruk di peringkat 16 klasemen Premier League. Nasib mereka kian memprihatinkan karena musim depan dipastikan absen dari seluruh kompetisi Eropa.
Dengan skuad yang ada, pencapaian United musim ini benar-benar jauh dari kata baik. Tekanan terhadap Amorim pun diprediksi bakal semakin besar di musim depan. (*)