Dengan mengakses situs GoWest.ID, anda setuju dengan kebijakan privasi dan ketentuan penggunaannya.
Setuju
GoWest.IDGoWest.ID
  • Reportase
    ReportaseSimak lebih lanjut
    Ratusan Fotografer Profesional Ikuti Event Explore Kepri 2025
    34 menit lalu
    DPRD Batam dan Pemko Batam Sepakati RPJMD dan APBDP 2025
    4 jam lalu
    BP Batam Gandeng BPDAS Sei Jang Duriangkang Rehabilitasi Hutan Dam Duriangkang
    4 jam lalu
    Raksasa Teknologi AS, Oracle Bangun Pusat Data di Nongsa Digital Park
    5 jam lalu
    Cuaca Ekstrim, Hujan Masih Landa Beberapa Wilayah Indonesia
    13 jam lalu
  • Ragam
    RagamSimak lebih lanjut
    Even Batam 10K Diikuti 1.215 Pelari
    14 jam lalu
    Pengda Perbasi Kepri Gelar Sirnas Basket 3×3 KU16 dan K18 Putaran Pertama
    17 jam lalu
    Simpang Franki, Batam; Franki Pile
    1 hari lalu
    Kemenpar RI Berikan Dukungan Atas Gelaran Event Batam 10K 2025
    3 hari lalu
    Posko Pendaftaran Calon Siswa di Batam Resmi Ditutup
    4 hari lalu
  • Data
    DataSimak lebih lanjut
    Kompleks Kerkhof di Tanjungpinang
    3 hari lalu
    Pulau Pengikik Besar, Bintan
    5 hari lalu
    Taman Rusa Sekupang, Batam
    2 minggu lalu
    Raja Ja’far Ibn Raja Haji Fisabilillah (Yang Dipertuan Muda Riau VI)
    2 minggu lalu
    Pulau Citlim, Karimun
    2 minggu lalu
  • Program
    ProgramSimak lebih lanjut
    #Full Pelayanan Publik BP Batam : Ngobrol Bareng Deputi VI, Ariastuty Sirait
    1 minggu lalu
    Pelayanan Publik BP Batam : Ngobrol Bareng Deputi VI, Ariastuty Sirait #ComingSoon
    1 minggu lalu
    Ngobrol Everywhere | Bicara Pelayanan Umum BP Batam Bersama Ariastuty Sirait
    2 minggu lalu
    “Segudang Masalah Nelayan di Perairan Teluk Belian” | NGOBROL EVERYWHERE (Full)
    7 bulan lalu
    17
    Ngobrol Everywhere | Nelayan Bengkong dan Segudang Masalahnya
    7 bulan lalu
  • Sudah Punya Akun?
TELUSUR
  • Reportase
    • Artikel
    • Serial
    • In Depth
    • Berita Video
    • Cerita Foto
    • Live!
  • Ragam
    • Budaya
    • Pendidikan
    • Lingkungan
    • Sports
    • Histori
    • Catatan Netizen
  • Data
    • Infrastruktur
    • Industri
    • Statistik
    • Kode Pos
    • Rumah Sakit
    • Rumah Susun
    • Tokoh
    • Wilayah
    • Situs Sejarah
    • Seni
  • Partner
    • VOA Indonesia
    • BenarNews.org
  • Yang Lain
    • Tentang Kami
    • Disclaimer
    • Privacy Policy
    • Pedoman Media Siber
Menyimak: Amerika Keluar dari Perjanjian Paris, Target Energi Bersih Indonesia Terancam
Sebar
Notifikasi Simak lebih lanjut
Aa
Aa
GoWest.IDGoWest.ID
  • Reportase
  • Ragam
  • Program
  • Data
  • Reportase
    • Artikel
    • Serial
    • In Depth
    • Berita Video
    • Cerita Foto
    • Live!
  • Ragam
    • Budaya
    • Pendidikan
    • Lingkungan
    • Sports
    • Histori
    • Catatan Netizen
  • Data
    • Infrastruktur
    • Industri
    • Statistik
    • Kode Pos
    • Rumah Sakit
    • Rumah Susun
    • Tokoh
    • Wilayah
    • Situs Sejarah
    • Seni
  • Partner
    • VOA Indonesia
    • BenarNews.org
  • Yang Lain
    • Tentang Kami
    • Disclaimer
    • Privacy Policy
    • Pedoman Media Siber
Sudah Punya Akun di GoWest.ID? Sign In
Ikuti Kami
  • Advertorial
© 2025 Indonesia Multimedia GoWest. All Rights Reserved.
BenarNews.org

Amerika Keluar dari Perjanjian Paris, Target Energi Bersih Indonesia Terancam

Admin
Editor Admin 5 bulan lalu 414 disimak
Sebar
Presiden AS Donald Trump memegang surat untuk PBB yang menyatakan penarikan AS dari Perjanjian Paris selama parade pelantikan di dalam Capital One Arena, di Washington, DC, pada 20 Januari 2025. Jim Watson/AFP
300
SEBARAN
ShareTweetTelegram

RENCANA ambisius Indonesia menuju energi bersih menghadapi ketidakpastian baru seiring dengan keputusan Amerika Serikat untuk kembali keluar dari Perjanjian Paris.


BANYAK program transisi energi Indonesia bergantung pada kemitraan dengan negara-negara ekonomi besar, termasuk AS, yang selama ini berperan penting dalam pendanaan iklim global.

Namun, dengan Washington menarik diri, para ahli mengatakan bahwa aliran pendanaan penting bisa terhenti, dan akibatnya akan menghambat upaya penutupan pembangkit listrik tenaga batu bara dan pembangunan alternatif yang lebih bersih saat Indonesia berusaha mencapai emisi nol bersih pada 2050.

“Indonesia masih masuk sebagai negara berkembang sehingga terimplikasi terdampak oleh berkurangnya pendanaan. Terutama jika ada pengetatan. Dengan keluar dari Paris Agreement tidak ada rencana cukup untuk berkontribusi pada negara berkembang,” kata pakar perubahan iklim dari Universitas Indonesia Mahawan Karuniasa kepada BenarNews.

Foto tertanggal 31 Oktober 2023 ini memperlihatkan seorang nelayan mengamati pembangkit listrik tenaga batu bara Suralaya di Cilegon, Banten. [Ronald Siagian/AFP]

Perjanjian Paris, yang diadopsi pada 2015, merupakan kesepakatan global bersejarah yang bertujuan membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5 derajat Celsius di atas level pra-industri.

Negara-negara penghasil emisi utama, termasuk AS, China, dan Uni Eropa, berjanji untuk mengurangi emisi gas rumah kaca serta mendukung negara berkembang dalam upaya iklim mereka.

Namun, perintah eksekutif Presiden Donald Trump bulan lalu yang kembali mengarahkan AS untuk keluar dari perjanjian memicu kekhawatiran atas kepastian komitmen tersebut.

Bagi Indonesia, yang merupakan eksportir utama batu bara, taruhannya sangat tinggi. Indonesia sangat bergantung pada batu bara tetapi telah berjanji untuk menghentikan pembangkit listrik tenaga batu bara secara bertahap dan beralih ke energi terbarukan.

Transisi ini memerlukan pendanaan besar, yang sebagian diharapkan berasal dari inisiatif internasional seperti Just Energy Transition Partnership (JETP), program senilai $20 miliar yang dipimpin oleh AS dan Jepang.

AS memiliki hubungan yang naik-turun dengan Perjanjian Paris. Pada 2017, Trump mengumumkan penarikan AS dengan alasan dampak ekonomi. Presiden Joe Biden kembali bergabung pada 2020, tetapi di bawah pemerintahan Trump saat ini, AS sekali lagi menarik diri.

Kali ini, kata Mahawan, situasinya berbeda karena dukungan publik dan Kongres, terutama dari Partai Republik, kini lebih kuat, ujarnya.

“Sehingga boleh jadi dampak ini berimplikasi lebih besar dibanding pada saat Trump menarik diri dari Paris Agreement di periode sebelumnya,” ujarnya.

Menurut Program Lingkungan PBB, AS secara historis menjadi penghasil emisi gas rumah kaca terbesar di dunia, bertanggung jawab atas 527 gigaton emisi karbon sejak abad ke-18.

Sebuah replika miniatur Menara Eiffel, yang terukir dengan kata-kata “Make Paris Real”, yang merujuk pada Perjanjian Paris tentang perubahan iklim, ditempatkan di tanah dalam  demonstrasi oleh aktivis lingkungan di depan Reichstag, gedung parlemen tingkat bawah Jerman, untuk memprotes kebijakan lingkungan pemerintah baru di negara itu, di Berlin pada 12 Desember 2021. [John MacDougall / AFP]

Penarikan diri AS tidak hanya melemahkan upaya global dalam menghadapi krisis iklim tetapi juga menciptakan preseden yang mengkhawatirkan, kata Edvin Aldrian, peneliti iklim dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

“Amerika Serikat sebenarnya akan mempengaruhi politik dari berbagai negara. Itu yang dikhawatirkan. Apakah selain Amerika, Rusia dan dunia akan begitu juga. Jadi untuk masalah pengurangan emisi itu besar sekali pengaruhnya baik dari pendanaan maupun program yang ada,” kata Aldrian kepada BenarNews.

Iqbal Damanik, juru kampanye hutan di Greenpeace Asia Tenggara, memiliki kekhawatiran serupa.

“Ini yang ditakutkan kalau kebijakan ini akan ditiru oleh negara lain, maka target nol emisi akan semakin jauh dari jangkauan,” kata dia.

Menurut dia, kebijakan AS di bawah Donald Trump dapat mengarah pada penghapusan sejumlah peraturan lingkungan yang ada.

“Seharusnya, Indonesia menagih janji yang lebih besar terhadap negara maju tersebut untuk mewujudkan target perubahan iklim. Bukannya mengikuti langkah mereka,” ujar dia.

Keraguan pun muncul terkait masa depan JETP.

Utusan Presiden Bidang Iklim dan Energi, Hashim Djojohadikusumo mengatakan program JETP merupakan program gagal karena belum ada satupun dana yang dikucurkan pemerintah AS melalui program tersebut.

“Banyak omong ternyata. Hibah $5 miliar dalam $20 miliar itu ternyata nggak ada,” ujar dia dalam acara ESG Sustainability Forum 2025 di Jakarta, Jumat.

Amerika Serikat, kata dia, tercatat sebagai emiter terbesar dengan 13 ton karbon per kapita per tahun, di atas China yang menghasilkan 7 ton per tahun, sementara Indonesia hanya 3 ton per kapita.

“Amerika ini merupakan pencemar terbesar kedua setelah China. Mereka tidak mau mematuhi perjanjian internasional. Kenapa negara lain termasuk Indonesia harus mematuhinya?” tanya Hashim.

Terlebih, kata dia, negara berkembang diminta mengurangi emisi meskipun emisi mereka jauh lebih kecil daripada negara maju. “ Rasa keadilannya di mana. Kita hanya 3 ton sementara mereka 13 ton tapi kita yang menutup pembangkit listrik tenaga uap,” kata dia.

Ia menambahkan bahwa Prabowo tidak berencana untuk menutup semua pembangkit listrik batu bara pada 2040, menyebutnya sebagai “bunuh diri ekonomi.”

Instalasi transmisi pembangkit listrik tenaga solar terapung yang mampu menghasilkan listrik puncak sebesar 192 megawatt di Waduk Cirata, Jawa Barat, 9 November 2023. [Bay Ismoyo/AFP]

Fabby Tumiwa, direktur eksekutif Institute for Essential Services Reform, membantah klaim Hashim bahwa JETP telah gagal.

“Pendanaan JETP tidak diberikan dalam bentuk bantuan langsung tunai, melainkan melalui berbagai skema dari masing-masing negara IPG, antara lain hibah, bantuan teknis , ekuitas, dan pembiayaan melalui kerjasama bilateral maupun multilateral, serta pembiayaan komersial pada proyek,” kata dia kepada BenarNews.

Berdasarkan data IESR, hingga Desember, negara pendonor telah mengucurkan hibah dan TA sebesar US$230 juta untuk 44 program, sementara US$ 97 juta untuk 11 program masih dalam proses persetujuan.

Meskipun ada ketidakpastian, Indonesia tetap berkomitmen pada target iklimnya, kata juru bicara kepresidenan Philips J. Vermonte.

“Kita mencari titik tengah keseimbangan antara komitmen untuk memitigasi perubahan iklim. Di sisi yang lain kita juga ada tanggung jawab juga yang besar untuk menjaga dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Dan mungkin salah satunya itu bisa dilakukan melalui perkebunan, pertanian, ekonomi dan perdagangan,” kata Philips dalam Bincang BenarNews beberapa waktu lalu.

Bhima Yudhistira, direktur Center for Economics and Law Studies, mengatakan Indonesia harus mencari sumber pendanaan iklim di luar AS.

“Indonesia harus mencari partner baru untuk mendorong kerjasama transisi energi, salah satunya Timur Tengah,” kata Bhima dalam diskusi akhir Januari lalu.

Namun, Edvin dari BRIN tetap optimistis bahwa Indonesia bisa mencapai target iklimnya.

“Kita cari partner kerjasama baru. Indonesia itu bukan hanya tergantung sama Amerika. Jadi kita bisa juga sama China, Jepang, Uni Eropa kan berteman baik juga,” kata dia.

Pilihan Artikel untuk Anda

Rupiah Jatuh ke Level Terendah Sejak Awal Tahun, Dolar AS Sentuh Rp 17.200

Tarif Impor Tinggi AS Picu Kekhawatiran Pelaku Usaha di Batam

Teror Terhadap Jurnalis Tempo Picu Kekhawatiran Akan Melemahnya Kebebasan Pers

Indonesia Gabung Bank Pembangunan BRICS, Picu Kekhawatiran Soal Utang

Dari OTT Hingga Pulau Penjara: Jalan Panjang Upaya Indonesia Memberantas Korupsi

Kaitan Amerika, Energo bersih, Perjanjian paris
Admin 5 Februari 2025 5 Februari 2025
Apa yang anda pikirkan
Suka sekali0
Sedih0
Gembira0
Tal peduli0
Marah0
Masa bodoh0
Geli0
Artikel Sebelumnya IRT Asal Karimun Gagal Selundupkan Sabu 505 Gram Ke Balikpapan
Artikel Selanjutnya DPR Filipina Setujui Pemakzulan Wapres Sara Duterte, Terancam Dicopot dari Jabatan
Tinggalkan Komentar

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

APA YANG BARU?

Ratusan Fotografer Profesional Ikuti Event Explore Kepri 2025
Artikel 34 menit lalu 36 disimak
DPRD Batam dan Pemko Batam Sepakati RPJMD dan APBDP 2025
Artikel 4 jam lalu 71 disimak
BP Batam Gandeng BPDAS Sei Jang Duriangkang Rehabilitasi Hutan Dam Duriangkang
Artikel 4 jam lalu 82 disimak
Raksasa Teknologi AS, Oracle Bangun Pusat Data di Nongsa Digital Park
Artikel 5 jam lalu 84 disimak
Cuaca Ekstrim, Hujan Masih Landa Beberapa Wilayah Indonesia
Artikel 13 jam lalu 126 disimak

POPULER PEKAN INI

BP Batam Segel Reklamasi Ilegal di Teluk Tering
Artikel 5 hari lalu 330 disimak
Pulau Pengikik Besar, Bintan
Wilayah 5 hari lalu 266 disimak
Arsip Mohakamah ketjil Poelau Boeloeh, 15 Mei 1930
Histori 5 hari lalu 260 disimak
Jenazah Perempuan Ditemukan di Perumahan Citra Batam
Artikel 5 hari lalu 247 disimak
Kompleks Kerkhof di Tanjungpinang
Situs Sejarah 3 hari lalu 242 disimak
- Pariwara -
Ad imageAd image
about us

Kami berusaha menjadi CITIZEN yang netral dan objektif dalam menyampaikan pandangan serta pikiran tentang apapun di dunia ini.

  • Tentang Kami
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
Ikuti Kami
© Indonesia Multimedia GoWest 2025. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Lost your password?