Dengan mengakses situs GoWest.ID, anda setuju dengan kebijakan privasi dan ketentuan penggunaannya.
Setuju
GoWest.IDGoWest.ID
  • Reportase
    ReportaseSimak lebih lanjut
    Kapal Motor Senang Hati 68 Karam di Perairan Setokok
    13 jam lalu
    Fenomena Halo Hiasi Langit Batam
    13 jam lalu
    Walikota Batam Akan Tindak Tegas Jukir Yang Tidak Tertib Sesuai Aturan
    19 jam lalu
    Iuran BPJS Kesehatan Bakal Naik Bertahap Tahun Depan
    19 jam lalu
    Jaga Kualitas Air Baku Waduk Muka Kuning, Ditpam BP Batam Tutup Akses Telaga Bidadari
    21 jam lalu
  • Ragam
    RagamSimak lebih lanjut
    Meningkatnya Kasus Diabetes di Kalangan Usia Muda
    19 jam lalu
    Pekan Olahraga kota Batam Kembali Digelar
    2 hari lalu
    Lomba Gerak Jalan Beregu HUT RI ke-80 di Batam
    2 hari lalu
    Delapan Karakter Unik Singapura
    5 hari lalu
    Asal Sejarah Gim Roblox
    5 hari lalu
  • Data
    DataSimak lebih lanjut
    Pulau Mubut Darat, Batam
    2 hari lalu
    Kompleks Makam Raja Abdurrahman
    2 minggu lalu
    Makam Raja Haji Fisabilillah
    4 minggu lalu
    Andy Liany (Juli Hendri bin Saleh Rachim)
    1 bulan lalu
    Pulau Nipah, Batam (Pulau Angup)
    1 bulan lalu
  • Program
    ProgramSimak lebih lanjut
    #Full Hendrik; Pujakesuma di DPRD Batam
    1 bulan lalu
    #ComingSoon Hendrik; Pujakesuma di DPRD Batam
    1 bulan lalu
    #Full Pelayanan Publik BP Batam : Ngobrol Bareng Deputi VI, Ariastuty Sirait
    2 bulan lalu
    Pelayanan Publik BP Batam : Ngobrol Bareng Deputi VI, Ariastuty Sirait #ComingSoon
    2 bulan lalu
    Ngobrol Everywhere | Bicara Pelayanan Umum BP Batam Bersama Ariastuty Sirait
    2 bulan lalu
TELUSUR
  • Reportase
    • Artikel
    • Serial
    • In Depth
    • Berita Video
    • Cerita Foto
    • Live!
  • Ragam
    • Budaya
    • Pendidikan
    • Lingkungan
    • Sports
    • Histori
    • Catatan Netizen
  • Data
    • Infrastruktur
    • Industri
    • Statistik
    • Kode Pos
    • Rumah Sakit
    • Rumah Susun
    • Tokoh
    • Wilayah
    • Situs Sejarah
    • Seni
  • Partner
    • VOA Indonesia
    • BenarNews.org
  • Yang Lain
    • Tentang Kami
    • Privacy Policy
    • Pedoman Media Siber
Notifikasi Simak lebih lanjut
Aa
Aa
GoWest.IDGoWest.ID
  • Reportase
  • Ragam
  • Program
  • Data
  • Reportase
    • Artikel
    • Serial
    • In Depth
    • Berita Video
    • Cerita Foto
    • Live!
  • Ragam
    • Budaya
    • Pendidikan
    • Lingkungan
    • Sports
    • Histori
    • Catatan Netizen
  • Data
    • Infrastruktur
    • Industri
    • Statistik
    • Kode Pos
    • Rumah Sakit
    • Rumah Susun
    • Tokoh
    • Wilayah
    • Situs Sejarah
    • Seni
  • Partner
    • VOA Indonesia
    • BenarNews.org
  • Yang Lain
    • Tentang Kami
    • Privacy Policy
    • Pedoman Media Siber
Sudah Punya Akun di GoWest.ID? Sign In
Ikuti Kami
  • Advertorial
© 2025 Indonesia Multimedia GoWest. All Rights Reserved.
Histori

Bandar Rhio Tanjungpinang, Juli 1846

Editor Admin 2 bulan lalu 487 disimak
Sebar
Gedung Residen Riouw/Rhio dan beberapa bangunan Belanda di bandar Rhio/Riouw di Tanjungpinang, sekitar tahun 1880. © Universiteit Leiden Netherland/ bintorosuryo.comDisediakan oleh GoWest.ID

“ADA terlihat seorang Belanda dengan topi panjang runcing dan kerucut yang sedang bersantai di depan sebuah kantor. Ketika ditanya apakah tuan Residen ada di kantor? Ia merespons dengan menguap, kemudian berbicara banyak.”

…

“Bandar Rhio ini, sebenarnya tidak berada di Pulau Bintang (Pulau Bintan, pen). Tetapi di sebuah pulau kecil bernama Rhio yang terletak berhadapan dengan pulau kecil lainnya, Piningat (Penyengat, pen).” (J.T. Thomson – A Glance at Rhio, 1846)

Oleh: Bintoro Suryo


SEORANG surveyor, sekaligus peneliti sejarah asal Inggris yang mengunjungi bandar Rhio (Riouw/Riau) di Tanjungpinang pada 1846, John Turnbull Thomson mendeskripsikan bandar yang saat itu merupakan ibukota residensi Riouw dengan detil. Catatan yang diberi judul “A Glance at Rhio” dipublikasi setahun kemudian, memberi kita gambaran tentang kondisi bandar Tanjungpinang masa itu.

J.T. Thomson diketahui juga merupakan seorang insinyur sipil. Ia memainkan peran penting dalam pengembangan infrastruktur awal di Singapura dan Selandia Baru pada abad kesembilan belas. Thomson menjalani 28 tahun terakhir hidupnya di Selandia Baru, setelah sebelumnya, selama 15 tahun di Selat Melayu dan Singapura.

Banyak lokasi dan bangunan yang dideskripsikan di bandar Rhio masa itu, masih ada hingga kini. Itu memudahkan kita memahami catatannya. Seperti misalnya gedung residen Belanda yang kini menjadi gedung daerah dan kantor gubernur Kepulauan Riau, kawasan Pecinan di jalan Merdeka dan sekitarnya, atau Kapel Kristen Protestan yang sudah berdiri sejak 1835 hingga sekarang di lokasi yang sekarang kita kenal sebagai jalan gereja.

J.T. Thomson, peneliti asal Newcastle Inggris, berada di bandar Rhio pada bulan juli 1846, setelah berlayar dari Singapura dengan menumpang kapal uap Hooghley milik perusahaan Hindia.

Catatannya penting bagi yang ingin tahu dan mendalami kondisi bandar Rhio saat itu serta sosial ekonomi dan politik-nya. Dokumen Thomson diterbitkan oleh Mission Press Singapore, 1847 sebagai bagian pada dokumen “The Journal of The Indian Archipelago and Eastern Asia”.

Simak tulisannya.


KAMI meninggalkan Singapura dengan kapal uap Hooghley milik Perusahaan Hindia menuju sebuah bandar tetangga yang dikelola Belanda, Rhio, pada pagi tanggal 1 bulan Juli 1846. Hari masih pagi saat kami melewati sebuah terumbu karang besar di sekitar selat Singapura. Terumbu karang besar ini, sering dilaporkan menjadi penghalang bagi para pelaut yang melintasi perairan ini. Tidak ada rambu atau bahkan menara suar untuk menandai posisinya. (J.T. Thomson menyebut terumbu karang besar itu sebagai Pan Shoal, sebuah terumbu karang besar yang berada di pulau Nongsa/ Puteri, pen)

Saat pagi hari berlalu, kami terus-menerus melihat banyak pulau bervegetasi hutan lebat yang menghiasi perairan tenang di selat pembagi wilayah Inggris dan Belanda ini. Hingga menjelang siang, kami akhirnya berlabuh di perairan di depan pulau kecil yang disebut pulau Piningat (Pulau Penyengat, pen.). Di hadapan pulau kecil itu, terlihat permukiman dan benteng Rhio.

Dari tempat berlabuh, kami tidak bisa tidak, mengagumi penampilan bandar yang rapi itu. Ada benteng pertahanan yang dibangun dengan sangat baik yang memahkotai wilayah ini di ketinggian. Dinding putihnya menonjol dari hijau rerumputan di sekitarnya.

Sebuah lukisan perairan di sekitar bandar Rhio/Riouw dengan latar belakang pulau Penyengat. © collection of the Royal Institute of Linguistics and Anthropology in Leiden’ / by J.H. Maronier. – circa 1867/bintorosuryo.com

Bandar Rhio ini, sebenarnya tidak berada di Pulau Bintang (Pulau Bintan, pen). Tetapi di sebuah pulau kecil bernama Rhio yang terletak berhadapan dengan pulau kecil lainnya, Piningat.

Namun begitu, bandar ini bergantung sepenuhnya pada produk yang dihasilkan pulau Bintang yang hanya dipisahkan selat sempit. Hasil kebun gambir dan lada dari pulau Bintang membuat denyut perekonomian bergerak di sini.

Pulau Bintang, yang terletak di jalur utama antara India dan Cina, tampaknya telah memiliki peran penting sejak dulu dalam aktifitas pelayaran. Beberapa pelabuhannya, menjadi tempat singgah para pedagang. Terutama pada musim badai angin timur laut di laut Cina Selatan. Pulau Bintang yang berhampiran dengan bandar Rhio ini, bahkan telah dicatatkan dalam perjalanan Marco Polo yang terkenal itu. Ia menyebutnya dengan nama Bentan. Sementara Singapura, bandar yang ramai saat ini, bahkan tidak disebutkan.

Bentuk pulau Bintang, tidak seperti namanya yang menunjukkan seperti sebuah ‘bintang’. Bentuknya lebih seperti bulan sabit. Sisi punggungnya berhadapan langsung dengan Laut Cina Selatan. Sementara sisi melengkung dan membentuk teluk, menjadi lokasi pelabuhan-pelabuhan tenang yang aman untuk disinggahi.


SETELAH mendarat di dermaga kayu, kami tiba di sebuah pemukiman orang Eropa yang tersembunyi dan tidak terlihat dari laut karena tersamar oleh pohon-pohon dan kebun kelapa. Di sini, ada kantor-kantor publik. Namun, suasananya sepi. Bagi warga Singapura, hal ini terlihat bertolak belakang dengan bandarnya yang ramai dan berkesan gaya Inggris.

Salah satu sudut bandar Rhio/Riouw di Tanjungpinang dengan pohon yang rindang, sekitar awal abad 20. © Universiteit Leiden Netherland/ bintorosuryo.com

Ini tengah hari. Di Singapura sangat ramai, tetapi di sini begitu sunyi. Anda tidak bisa membandingkan situasi di Commercial Square kami yang sibuk dengan bandar ini yang begitu sunyi.

Ada terlihat seorang Belanda dengan topi panjang runcing dan kerucut yang sedang bersantai di depan sebuah kantor. Ketika ditanya apakah tuan Residen ada di kantor? Ia merespons dengan menguap, kemudian berbicara banyak. Ia ternyata seorang pensiunan yang sekarang lebih banyak memilih untuk bersantai di bandar ini.

Bandar Rhio/Riouw di Tanjungpinang, sekitar tahun 1874. © Universiteit Leiden, Netherland/ bintorosuryo.com

Kami kemudian memanfaatkan kesempatan untuk melihat-lihat situasi sekitarnya. Bandar ini, meskipun kecil, namun ditata dengan rapi dan teratur, khas Belanda. Rumah-rumah Eropa, yang tersembunyi di balik rimbunnya kebun jeruk, manggis, dan pohon buah tropis lain, memberikan kesan ceria.

Rumah Residen adalah bangunan yang indah yang fasadnya. Dihiasi dengan pedimen tebal dan didukung oleh kolom-kolom Doric Romawi. Hanya satu hal yang disesalkan oleh kami; bangunan indah ini seperti tersembunyi di balik rimbunan pepohonan yang ditanam rapat.

Gedung Residen Riouw/Rhio dan beberapa bangunan Belanda di bandar Rhio/Riouw di Tanjungpinang, sekitar tahun 1880. © Universiteit Leiden Netherland/ bintorosuryo.com

Benteng di atas bukit, bisa diakses melalui jembatan tarik yang membentang di atas parit kering yang mengelilingi bangunan itu. Benteng di bandar Rhio ini berbentuk persegi, dengan bastion di setiap sudut. Dibangun dari sisa-sisa benteng besar yang melindungi bandar Malaka. batu-batu dari sana, dibawa dengan kapal oleh Belanda sebelum tahun 1834.

Suasana jalan menuju benteng di bandar Rhio/Riouw Tanjungpinang. Diabadikan oleh G.R. Lambert & Co. (Singapore) pada tahun 1895. © Universiteit Leiden Netherland/ bintorosuryo.com

Setelah memberikan hormat kepada Residen dan Asistennya, kami pergi untuk melihat wilayah pemukiman Pecinan dan penduduk asli. Dalam perjalanan, kami melewati kapel, sebuah bangunan kecil yang hampir merupakan replika miniatur gereja Protestan Malaka. Gaya arsitekturnya adalah gaya yang lazim di Belanda dan beberapa bagian Inggris pada masa 200 tahun yang lalu.

Sebuah lukisan Capel/gereja di bandar Rhio/ Riouw Tanjungpinang pada tahun 1846. Dilukis oleh Velde, C.W.M. van de. Lauters, P. dengan judul lukisan “De Christen kerk te Riouw”. © Universiteit Leiden Netherland/bintorosuryo.com

Wilayah Pecinan di sini, dibangun di kedua sisi jalan melengkung, dan menyajikan kontras yang cukup besar dengan wilayah yang dihuni bangsa Eropa. Ada perhatian dan penanganan berbeda yang diberikan otoritas lokal bandar di sini. Berbeda dengan otoritas di Singapura dalam menangani wilayah.

Di wilayah pemukiman Pecinan, drainase-nya penuh dengan kotoran babi, bebek, dan angsa yang juga dibiarkan berkeliaran bebas. Sebelumnya, kami mendapat kabar bahwa secara umum orang Cina di Rhio ini lebih hormat terhadap orang Eropa daripada orang Cina di Singapura. Tetapi, pengamatan kami saat ini, tidak mengkonfirmasi hal itu.

Banyak orang Cina pengangguran di sini. Aktifitas perjudian juga diizinkan. Kami bahkan diberi tahu, otoritas pemerintah setempat bahkan memberlakukan pajak dan sewa lokasi judi. Tempat perjudian, semuanya berdampingan dan terbuka ke jalan.

Suasana kawasan Pecinan di jalan Merdeka Tanjungpinang sekitar tahun 1875. © Troppen Museum/ bintorosuryo.com

Aktifitas perjudian di wilayah Pecinan ini membangkitkan rasa ingin tahu kami. Sesuatu yang hampir mustahil bisa dilakukan di Singapura, dimana polisinya sangat gigih memberantas hal seperti ini di wilayah pemukiman.

Tempat-tempat perjudian di sini sepertinya menjadi sesuatu yang umum. Para penjudi biasanya merupakan perokok opium yang sudah sangat kecanduan. Beberapa dari mereka bahkan ada yang menderita kusta. Wajahnya pucat, kadang-kadang diliputi kecemasan tentang nasib peruntungan mereka hari itu.

Catatan yang saya deskripsikan ini, mungkin dianggap berlebihan. Tapi kenyataannya, hampir semua orang Cina di pemukiman ini melakukan hal itu. Itu seperti membangkitkan gairah utama bagi mereka. Orang-orang dari semua lapisan kelas, memenuhi meja-meja judi. Penampilan alakadarnya, menandai bahwa mereka adalah orang-orang yang rusak, sampah bagi masyarakat lainnya. Mereka adalah kelompok pengangguran yang mencari peruntungan di meja judi sambil menghisap opium.

Ada pertentangan di kalangan masyarakat soal kebijakan pemerintah lokal di sini yang justeru mengutip pendapatan dari sumber ini.

Pertama, bagi yang tidak setuju menyebut bahwa dengan melegalkan aktifitas perjudian dan perdagangan opium, pemerintah lokal seperti sengaja merusak rakyatnya sendiri. Terutama mereka yang merupakan generasi muda. Kondisi itu menyebabkan demoralisasi umum pada rakyat.

Sementara kedua, bagi para pendukung pajak perjudian dan opium, mereka menyebut bahwa dengan diterapkannya pajak perjudian dan opium oleh pemerintah, secara langsung berarti pemerintah tidak menganjurkan hal itu.


Di tengah-tengah gedung pengadilan di bandar ini, tergantung sebuah lonceng besar. Di sebelah utara terdapat balei atau ruang audiensi, dan di dekat selatan terdapat apa yang diyakini sebagai rumah Raja.

Dari ruang audiensi ke rumah, membentang barisan penjaga ganda. Ada penduduk asli berpakaian seragam dan membawa senapan masing-masing. Yang lain mengenakan pakaian Melayu. Mereka membawa kayu yang dihiasi dengan rambut merah, yang disebut tombak.

Saat ini, Balei dipenuhi orang. Setelah upacara selesai, seorang pengantin laki-laki, seorang anak laki-laki berusia 14 tahun yang berpakaian kaya ala Melayu, diangkat di atas bahu orang-orang ke rumah. Ia ditemani oleh orang-orang penting yang terkait dengan Raja. Saat melewati barisan serdadu, dia disambut dengan hormat.

Selanjutnya, ada pengantin perempuan yang tertutup oleh tirai merah yang dipegang oleh kerangka, sehingga tidak terlihat dengan jelas sosoknya. Rombongan ini langsung diikuti oleh apa yang kami simpulkan sebagai kelompok ibu-ibu dari darah bangsawan. Penampilan mereka cantik, kulitnya cerah, dan gaya berjalannya khas. Itu menandakan bahwa mereka adalah mungkin para dayang-dayang kerajaan.

Kemudian datang kelompok-kelompok wanita dari segala jenis, muda dan tua, hitam, coklat, dan kuning. Berjumlah setidaknya enam atau tujuh ratus orang. Mereka berjalan dari ruang audiensi dan memenuhi rumah tempat tinggal bangsawan di sekitarnya. Kemudian, terdengar rentetan tembakan meriam oleh para penembak dari atas bukit.

Pasukan musik di bandar Rhio/Riouw Tanjungpinang, sekitar tahun 1880. © Universiteit Leiden Netherland/ bintorosuryo.com

Ada juga konvoi berseragam yang membentuk lingkaran dan dipimpin oleh seorang penabuh gendang dan peniup seruling. Mereka mengenakan topi kerucut yang mengkilap dan memulai gerakan lambat di sekitar lingkaran. Sang pemimpin yang membawa tongkat otoritas di tangannya, meskipun tidak memakai sepatu, terlihat memimpin konvoi ini dengan gagah.

Selanjutnya, dentang gong dan jeritan wayang Cina dimulai. Dengungnya yang sibuk masih terdengar lama setelah meninggalkan lokasi ini.


SAYA telah mengunjungi wilayah lain di Kepulauan Bintang ini pada kesempatan sebelumnya. Jadi, saya akan menuliskan sketsa singkat tentang kondisi di Pulau Bintang, di berbagai wilayah antara titik timur dan baratnya di sepanjang pantai utara, serta di sekitar bandar Rhio ini.

Secara geologis, dapat dikatakan bahwa kondisi geografis pulau ini hampir serupa dengan kondisi di bagian selatan Semenanjung Malaya.

Peta sebagian pulau Bintang (Bintan, pen) dan Batam. Hydrographisch bureau in Nederlandsch-Indië (Batavia) 1894. © Universiteit Leiden, Netherland/ bintorosuryo.com

Di sepanjang pantai utara dari Teluk Blangah ke Pulo Panjang, kontur wilayahnya terdiri dari granit, dengan butiran kasar yang mengandung sedikit mika. Di banyak tempat, ada batu-batu berukuran sangat besar, dan berdiri tegak dalam bentuk aneh dari laut. Terdapat di sekitar pantai Pulau Bulat dan Pulo Panjang.

Sementara di ujung barat pulau ini, ada sebuah batu persegi seperti piramida besar menjulang dari laut, setinggi sekitar 150 kaki dari permukaan laut.

Di titik timur pulau Bintang, batuannya banyak yang berlapis. Sulit untuk memutuskan jenisnya. Apakah berasal dari plutonik atau sedimen. Batu-batuan itu menonjol dari dasar laut, pada jarak beberapa mile dari pantai. Biasanya membentuk terumbu yang bisa berbahaya dan disebut Gosong Pilot.

Sementara bagian utara pulau, terdiri dari batuan granit, pusat di mana bandar Rhio berada. Bentuknya kadang berupa serpihan dengan derajat kekerasan yang berbeda. Batu-batuan itu tampaknya tidak mengandung fosil sejauh yang telah diamati, sehingga tidak banyak menarik perhatian dari ahli geologi. Tetapi jenis batu-batu ini biasanya ditambang untuk bahan bangunan.

Pulau Bintang, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, memiliki banyak tanjung yang menjorok ke laut. Sering kali juga ditemukan, ada teluk yang dalam dan muara lebar. Tidak ada sungai besar di sini. Beberapa teluk di sini, bahkan hampir memisahkan bagian pulau secara keseluruhan. Seperti misalnya teluk yang ada di sekitar Bandar Rhio ini. Teluknya meluas hingga ke arah gunung Bintang. Tinggi permukaan tanah umumnya rendah. Jarang melebihi 80 hingga 100 kaki. Seperti halnya dengan Singapura dan sebagian besar wilayah Johor.

Tanah di sini merupakan tanah liat yang berwarna kemerahan. Tidak cocok untuk budidaya tanaman secara umum kecuali gambir dan lada. Produksi Gambir dan Lada dari perkebunan di pulau ini juga mulai berkurang secara signifikan beberapa tahun belakangan. Orang-orang Cina yang biasanya mengupayakan jenis tanaman ini, telah banyak yang meninggalkan tanah yang telah rusak akibat penanamannya. Sebagai gantinya, mereka mulai membuka lokasi hutan sebagai perkebunan baru di pulau Batam dan wilayah sekitar Johor.

(*)

Penulis/ Videografer: Bintoro Suryo – Ordinary Man. Orang teknik, Mengelola Blog, suka sejarah & Videography. 
Artikel ini diterbitkan sebelumnya di: bintorosuryo.com 

Pilihan Artikel untuk Anda

Kapal Motor Senang Hati 68 Karam di Perairan Setokok

Fenomena Halo Hiasi Langit Batam

Walikota Batam Akan Tindak Tegas Jukir Yang Tidak Tertib Sesuai Aturan

Meningkatnya Kasus Diabetes di Kalangan Usia Muda

Iuran BPJS Kesehatan Bakal Naik Bertahap Tahun Depan

Kaitan batam, bintan, Catatan, Dokumen, History, karimun, kepri, kepulauan riau, Rhio, riau, Riouw, sejarah, tanjungpinang
Admin 26 Juni 2025 26 Juni 2025
Apa yang anda pikirkan
Suka sekali1
Sedih0
Gembira0
Tal peduli0
Marah0
Masa bodoh0
Geli0
Artikel Sebelumnya Bakul Gedhe dan Bakul Cilik
Artikel Selanjutnya Progres IPAL Batam Capai 98%, Target Bulan Oktober 2025 Rampung Semua
Tinggalkan Komentar

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

APA YANG BARU?

Kapal Motor Senang Hati 68 Karam di Perairan Setokok
Artikel 13 jam lalu 180 disimak
Fenomena Halo Hiasi Langit Batam
Artikel 13 jam lalu 174 disimak
Walikota Batam Akan Tindak Tegas Jukir Yang Tidak Tertib Sesuai Aturan
Artikel 19 jam lalu 131 disimak
Meningkatnya Kasus Diabetes di Kalangan Usia Muda
Ragam 19 jam lalu 189 disimak
Iuran BPJS Kesehatan Bakal Naik Bertahap Tahun Depan
In Depth 19 jam lalu 210 disimak

POPULER PEKAN INI

Kecelakaan di Jalan Sudirman, Seorang Ibu Rumah Tangga Meninggal Dunia
Artikel 3 hari lalu 469 disimak
Walau Belum Punya NIK, Dinkes Batam Jamin Akses Kesehatan bagi Bayi dan Balita
Artikel 3 hari lalu 327 disimak
Hanya 9 dari 653 UMKM Lolos Bantuan Subsidi Bunga 0%
Artikel 5 hari lalu 310 disimak
Gerak Jalan Proklamasi: Merayakan Kemerdekaan dengan Semangat Kebersamaan
Artikel 3 hari lalu 290 disimak
Delapan Karakter Unik Singapura
Catatan Netizen 5 hari lalu 285 disimak
- Pariwara -
Ad imageAd image
about us

Kami berusaha menjadi CITIZEN yang netral dan objektif dalam menyampaikan pandangan serta pikiran tentang apapun di dunia ini.

  • Privacy Policy
  • Tentang Kami
  • Pedoman Media Siber
Ikuti Kami
© Indonesia Multimedia GoWest 2025. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Lost your password?