PERKEMBANGAN ekspor Batam dari tahun ke tahun semakin baik. Himpunan Kawasan Industri (HKI) Batam dan Karimun mengklaim bahwa tahun ini pertumbuhan ekspor sangat tinggi. Penyebabnya karena perang dagang (trade war) antara Amerika dan China yang menguntungkan Batam.
“Melihat data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Batam dari tahun ke tahun, perkembangan ekspor Batam dari 2019 hingga 2022, maka tahun ini adalah yang sangat bagus sekali,” kata Ketua Koordinator HKI Batam dan Karimun, Tjaw Hieong di Batuaji, Batam, Kamis (21/7).
Menurut Tjaw, penyebab ekspor Batam yang semakin bagus karena terpengaruh perang dagang antara Amerika dan China yang dimulai sejak 2018. “Sekarang banyak perusahaan di Batam ekspor ke Amerika. Jumlahnya terus meningkat hingga sekarang berada di posisi kedua setelah Singapura. Di tahun 2018, ekspor ke Amerika dan China sempat berimbang, tapi sejak tahun 2019, ekspor ke Amerika naik terus dan ekspor ke China tetap stabil di kisaran 5-7 persen,” ujarnya.
“Investasi Amerika di Batam juga mengalami peningkatan sejak 2019. Ini pengaruh dari perang dagang, karena China kenakan tarif impor sampai 35 persen untuk barang dari Amerika, begitu juga sebaliknya,” katanya lagi.
Untuk menghindari tarif impor tinggi tersebut, banyak perusahaan Amerika merelokasi usahanya ke negara-negara yang terikat perjanjian perdagangan bebas atau Free Trade Agreement (FTA) dengan China, seperti negara-negara di Asia Tenggara.
“Kalau buka di Batam dan ekspor ke Amerika dengan skema FTA dapat 0 persen,” jelasnya.
Batam juga mendapat surplus, karena ekspor ke Amerika jauh lebih besar dari impornya. Sedangkan ke China, cukup seimbang. “Produk nonmigas yang banyak diekspor ke Amerika itu barang-barang elektronik dan mesin-mesin,” jelasnya.
Perang dagang memang membawa keuntungan kepada Batam. Ekspor ke Amerika berdasarkan data terakhir BPS Batam di pertengahan 2022 sudah mendekati angka 17 persen. “Ini berarti banyak yang memanfaatkan skema FTA 0 persen,” jelasnya.
Untuk memaksimalkan potensi perang dagang, Tjaw menyarankan agar baik itu Badan Pengusahaan (BP) Batam maupun Pemerintah Kota (Pemko) Batam memberikan edukasi kepada para eksportir mengenai cara ekspor ke pasar Amerika.
“Mungkin ada beberapa rekan-rekan yang masih kurang mengerti. Untuk bisa masuk ke pasar Amerika ada beberapa hal yang harus dipenuhi. Jadi perlu sosialisasi kepada perusahaan-perusahaan industri terutama di sektor perdagangan agar dapat memanfaatkan potensi tersebut,” jelasnya.
Berdasarkan kajian Badan Pusat Statistik (BPS) Batam, negara tujuan utama ekspor Batam yakni Singapura. Nilainya terus meningkat selama setahun terakhir, dengan persentase kenaikan 60,43 persen.
“Nilai ekspor Batam ke Singapura itu senilai US$ 594 juta pada Mei 2022. Naik 60,43 persen dibanding Mei 2021 yang sebesar US$ 370,79 juta,” kata Kepala BPS Batam, Rahmad Iswanto.
Sementara itu, nilai ekspor ke Amerika di Mei 2022 sebesar US$ 266,56 juta. Angka tersebut mencerminkan kenaikan cukup tinggi sebesar 77,70 persen dibanding Mei 2022 yang sebesar US$ 150 juta.
Sedangkan ekspor Batam ke China hanya tumbuh 3,41 persen. Mei 2022 mencatat nilai ekspor sebesar US$ 52,06 juta, naik sedikit dibanding Mei 2021 yang sebesar US$ 50,34 juta.
Negara tujuan ekspor terbesar keempat sampai dengan kesepuluh Kota Batam berturut-turut adalah Australia (2,45 persen), Jerman (2,38 persen), Jepang (2,13 persen), Perancis (1,88 persen), Mauritania (1,75 persen) Uni Emirat Arab (1,18 persen), dan Belanda (1,06 persen).
15 Juli kemarin, Biro Statistik Nasional China melaporkan ekonomi negeri tirai bambu tersebut cuma tumbuh 0,4 persen pada kuartal II 2022 (yoy). Kinerja tersebut menjadi yang terburuk dalam 2 tahun terakhir (leo).