BANK Indonesia (BI) memproyeksikan inflasi tahun 2022 ini akan meningkat hingga mencapai level di atas empat persen atau melewati target dua persen hingga empat persen.
“Secara keseluruhan pada tahun ini kemungkinan-kemungkinan memang (inflasi) sedikit di atas 4 persen,” kata Gubernur BI, Perry Warjiyo, dalam rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR RI, Selasa (31/5/2022).
Perry mengatakan potensi inflasi yang melebihi perkiraan itu didorong oleh kenaikan harga-harga komoditas global yang kemudian memengaruhi pergerakan harga di dalam negeri.
“Memang kecenderungan inflasi ini akan meningkat. Perkiraan kami ke depan untuk akhir tahun ini kemungkinan inflasi sedikit di atas sasaran, 4,2%,” ujar Perry lagi.
Meski begitu, Perry menyebut bank sentral dan pemerintah akan terus berkoordinasi untuk memastikan inflasi tetap terjaga. Di tahun depan, BI memperkirakan inflasi masih seperti target tahun ini yakni 3 ± 1% atau 2-4%.
“Koordinasi yang erat antara pemerintah dan BI baik melalui fiskal moneter, penguatan tim pengendalian inflasi di pusat maupun daerah, maupun respons dari sisi moneter, kami perkiraan tahun depan inflasi bisa kembali pada sasaran yaitu 3 ± 1% pada 2023,” jelasnya.
Selain itu, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 mencapai 4,7-5,5% atau sedikit lebih tinggi dibandingkan ramalan tahun ini 4,5-5,3%.
Untuk nilai tukar rupiah diperkirakan berada pada rentang Rp 14.400-14.800/US$, lebih lemah dibandingkan perkiraan tahun ini yaitu Rp 14.300-14.700/US$.
“Kami akan terus menjaga stabilitas nilai tukar sesuai mekanisme pasar dan fundamental. Kemudian suku bunga kami terus pertahankan sampai dengan ada tanda-tanda inflasi,” ujarnya.
“Sementara normalisasi kebijakan moneter kami mulai dari kenaikan giro wajib minimum (GWM) secara bertahap dengan tetap menjaga kemampuan perbankan untuk menyalurkan kredit kepada dunia usaha,” sambungnya.
(*)
sumber: detik.com