UDARA Taipei, Desember 2024, mengingatkan saya dengan udara Malang, beberapa dekade silam. Dari info di internet, anak saya Ken mengatakan, suhu Taipei di angka rata-rata 18 derajat selsius ketika kami tiba, 12/12/24. Udara yang menyenangkan untuk beraktifitas luar.
Oleh: Sultan Yohana
DI Malang, saya tak tahu berapa rata-rata derajat selsius ketika saya masih di sana, tiga dekade silam. Namun yang pasti, ketika sekolah dasar, tiap pagi dari mulut dan hidung saya selalu keluar “asap” ketika kami bernafas atau bercakap-cakap. Saya memperkirakan, saat itu udara di kampung saya, Singosari, Malang, sekitar 20an derajat. Tapi, meski dingin, tiap pagi saya masih berani mandi dengan air dingin. Jaket adalah pakaian umum yang biasa dikenakan warga.
Di rumah paman, di Karangploso, tempat biasa saya menghabiskan liburan sekolah, udara lebih menggigit. Kira-kira sama dengan suhu Taipei Desember ini. Maklum, Karangploso tempat tinggal paman, berbatasan langsung dengan Batu, kota dingin di Malang, yang kini telah menjadi kotamadya tersendiri. Di situ, saya baru berani mandi ketika tengah hari, itupun setelah mandi segera caring di terik matahari. Biar tak kedinginan. Maklum tak ada pemanas air. Jika tidak ada matahari, seharian saya tidak mandi.
Saudara-saudara kami di Surabaya, manakala datang ke Malang, dijamin ogah menyentuh air. Semua harus berjaket tebal. Dan sepanjang hari akan mengeluh, betapa dinginnya kota Malang ketika itu.
Tapi itu dulu. Kini, ketika pulang ke Singosari, ke Malang, ke Karangploso, ke Batu, saya bisa mandi kapan saja semau saya. Tidak dingin lagi. Jaket yang saya bawa pun lebih banyak tersimpan di tas ketimbang saya kenakan. Singosari menjadi panas. Karangploso menjadi panas. Bahkan Batu sudah menjadi panas, berpolusi, juga macet gila-gilaan. Perubahan suhu udara yang begitu drastis di kota asal saya ini, menjadi peringatan keras akan gaya hidup kita yang sangat merusak.
Di Taipei, saya merindukan kota Malang yang dulu membuat saya selalu kedinginan.
(*)
Penulis/ Vlogger : Sultan Yohana, Citizen Indonesia berdomisili di Singapura. Menulis di berbagai platform, mengelola blog www.sultanyohana.id