DINAS Pendidikan (Disdik) Kota Batam melakukan inspeksi mendadak ke dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Batu Aji, setelah viralnya video di media sosial yang menunjukkan menu Makan Bergizi Gratis (MBG) di SDN 001 Batuaji.
Menu tersebut dianggap kurang menarik dan porsinya terlalu kecil, hanya terdiri dari sepotong tahu goreng, sepotong daging, tiga potong kentang goreng, sedikit sayuran, satu buah pisang, dan sambal sachet.
Kepala Disdik Batam, Hendri Arulan, menyatakan bahwa peninjauan ini bertujuan untuk memverifikasi informasi yang beredar. Meskipun menu yang disajikan benar adanya, ada beberapa faktor dari dapur SPPG yang bisa dipahami dan perlu diperhatikan ke depannya. Kentang yang disajikan sebenarnya merupakan alternatif pengganti nasi, namun porsi yang disajikan terlalu sedikit dan cara pengolahannya tidak menarik bagi anak-anak.
“Atas arahan Wali Kota dan Wakil Wali Kota, kami segera turun ke lapangan. Kami meminta Kepala SPPG untuk lebih serius dalam mengawasi produksi makanan sebelum dikirim ke sekolah. Variasi menu itu sah-sah saja, tetapi porsi gizi harus tetap terjaga. Tiga potong kentang tidak sebanding dengan seporsi nasi,” kata Hendri, Rabu (24/9/2025).
Hendri berharap kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang, mengingat pentingnya porsi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi siswa, demi mendukung tumbuh kembang dan kecerdasan mereka.
Sementara Kepala Kelompok Kecamatan SPPG Batuaji, Chantika Afrilia, mengakui adanya kesalahan dalam gramasi kentang yang disajikan. Anak-anak seharusnya mendapatkan minimal 100 gram per porsi, atau sekitar tujuh potong kentang. Untuk mencegah terulangnya hal ini, pihaknya berencana mengumpulkan seluruh dapur MBG di Batuaji untuk memberikan edukasi ulang mengenai standar gramasi.
“Jika porsi di bawah standar, wajar jika orang tua merasa tidak layak. SPPG di Batuaji masih dalam tahap awal, sehingga ada kekeliruan dalam perhitungan gramasi. Dari segi pengolahan sudah benar, hanya porsi yang tidak sesuai,” jelasnya.
Untuk memastikan kejadian serupa tidak terulang, pihaknya akan mengadakan pelatihan ulang bagi seluruh dapur MBG di Batuaji dalam waktu dekat dan memperketat pengawasan terhadap porsi serta kualitas makanan.
Kepala SPPG Pandawa Batuaji, Ramadhan, juga mengakui adanya kelalaian dalam pengolahan makanan. Menurutnya, kentang dipilih sebagai alternatif, tetapi hasil masakan di pagi hari tidak memenuhi harapan. Karena keterbatasan waktu, mereka terpaksa mengurangi porsi agar dapat memenuhi kebutuhan 2.800 siswa.
“Semuanya dilakukan dengan tergesa-gesa, dan seiring berjalannya waktu, stok kentang menipis. Relawan memutuskan untuk mengurangi porsi agar target tercapai, ini adalah kelalaian kami. Kami berkomitmen untuk lebih teliti ke depan, memastikan tidak ada porsi yang kurang atau tidak sesuai standar,” tutupnya.
(sus)