PEMERINTAH Kecamatan Belakangpadang, Kota Batam, Kepulauan Riau (Kepri) sudah melakukan antisipasi terhadap ancaman kekeringan yang bisa disebabkan oleh fenomena cuaca El Nino. Seperti menyiapkan Sea Water Reverse Osmosis (SWRO).
Camat Belakangpadang, Yudi Admajianto, mengatakan SWRO merupakan sistem pengolahan air laut menjadi air tawar yang memiliki dampak signifikan membantu warga Pulau Belakangpadang dari ancaman kekeringan.
Teknologi ini digunakan Pemerintah Kota (Pemko) Batam di wilayah tersebut selain ketersediaan air yang terdapat di waduk penampungan.
“Tahun 2019 lalu saat musim kering, Alhamdulillah, yang menyelamatkan masyarakat itu sistem SWRO. Jadi pengolahan air laut jadi air tawar yang dibangun Kementerian PUPR pusat dari tahun 2017,” kata Yudi, dikutip dari Antara, Senin (31/7/2023).
Dia menjelaskan ada cara lain yang dilakukan warga ketika musim kering benar-benar terasa hingga persediaan air sistem SWRO tidak mencukupi. Salah satunya membeli air bersih dengan drum yang harganya cukup mahal dari Tanjung Pinggir, Kota Batam.
“Satu kubik air ditampung di lima drum, dan satu drum dijual Rp 25 ribu. Sementara air SWRO ini itu satu kubik bisa lima drum dan satu drumnya Rp 20 ribu. Jadi kalau beli 1 kubik air Rp 100 ribu. Itu alternatif terakhir kalau memang sudah tidak ada air lagi, dan sistemnya beli,” ujarnya.
Yudi menambahkan hingga saat ini ketersediaan air dari waduk penampungan dan sistem SWRO masih dapat mencukupi kebutuhan masyarakat Belakangpadang.
“Alhamdulillah, keduanya masih beroperasi. Mudah-mudahan tidak terjadi kekeringan sehingga dua sumber air kita tetap lancar,” ucapnya.
Lebih lanjut, Yudi menyampaikan jika ketersediaan air hanya berfokus pada sistem SWRO, maka mesinnya akan lebih cepat rusak karena lebih sering berproduksi.
“Tapi berdasarkan pengalaman beberapa bulan terakhir di Belakangpadang masih ada hujan. Bahkan beberapa hari terakhir ini masih hujan walaupun cepat atau hanya sebentar. Mudah-mudahan tidak kekeringan,” ujar Yudi.
(*/ade)