INDONESIA mengecam pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang dinilai tidak menghormati Islam dan komunitas umat muslim di seluruh dunia. Dalam pernyataannya, Kementerian Luar Negeri RI menyebut pernyataan Macron telah menyerang lebih dari dua miliar umat Islam di seluruh dunia dan memicu perpecahan di kalangan umat beragama di dunia.
“Kebebasan berekspresi tidak seharusnya tidak dilakukan dengan cara menodai kehormatan, kesucian, nilai-nilai kesucian agama dan simbol (agama),” demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri RI.
Sebagai negara dengan populasi umat Islam terbesar dan negara demokrasi terbesar ketiga di dunia, Indonesia mendesak komunitas dunia agar menempatkan persatuan dan toleransi agama, khususnya di tengah-tengah wabah virus corona.
Situs aljazeera.com mewartakan Presiden Prancis Emmanuel Macron dalam pidatonya pada 22 Oktober 2020 untuk menghormati mendiang Samuel Paty, 47 tahun, menyebut Paty sebagai pahlawan pendiam, yang telah menanamkan nilai-nilai demokrasi kepada murid-murid di Prancis.
Pety adalah guru yang mengalami serangan teror pembunuhan setelah memperlihatkan pada murid-muridnya gambar karikatur Nabi Muhammad SAW dalam sebuah pelajaran tentang kebebasan berpendapat.
“Kami tidak akan melepaskan kartun-kartun,” kata Macron, dalam pidatonya di Universitas Sorbonne, yang dihadiri oleh keluarga Paty dan disiarkan televisi
Sebaliknya, Presiden Macron memberikan penghargaan sipil tertinggi kepada Paty, Legion of Honour. Dia mengatakan Paty telah dibunuh oleh para pengecut karena mewakili nilai-nilai sekuler dan demokrasi Republik Prancis.
“Dia dibunuh karena Islam menginginkan masa depan kami. Mereka tidak akan pernah memilikinya,” kata Macron.
Protes atas ucapan Macron itu terjadi di negara-negara seperti Turki, Bangladesh dan Arab Saudi. Pertikaian diplomatik bahkan telah terjadi antara Turki dan Prancis.
Seorang juru bicara Komisi Eropa telah meminta Presiden Turki Recep Tayyip Erdoan agar tidak memboikot barang-barang asal Prancis karena itu hanya akan membawa Turki semakin menjauh dari Uni Eropa. Presiden Erdogan sebelumnya mengatakan agar Presiden Macron dicek kesehatan mentalnya karena membela gambar karikatur Nabi Muhammad SAW, di mana sikap Macron ini dianggap sama dengan menghujat Islam.
Sedangkan di Kuwait dan Qatar, rak untuk memajang barang-barang asal Prancis tampak kosong. Serikat Konsumen Kuwait menyatakan hampir semua dari sekitar 69 toko menarik barang-barang buatan Prancis.
(*)
Sumber : Kemenlu RI / Al Jazeera / Business Insider