PEMERINTAH Indonesia sedang mempersiapkan sistem visa elektronik dan loket khusus di bandara Jakarta dan terminal feri di Batam untuk “jalur hijau timbal balik” dengan Singapura, kata Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna Laoly.
Persiapan sedang dilakukan setelah diskusi tentang “jalur hijau timbal balik” untuk memungkinkan perjalanan penting warga di kedua negara.
Dalam keterangannya, Kamis (1/10) kemarin, Menkeu mengatakan pihak imigrasi akan menyiapkan loket khusus bagi warga Singapura yang ingin masuk ke Indonesia melalui jalur hijau. Layanan visa elektronik juga direncanakan tersedia mulai 15 Oktober untuk mendukung jalur hijau dengan Singapura.
“Kami akan menyediakan loket khusus untuk jalur hijau di Bandara Soekarno-Hatta (dekat Jakarta) dan Batam agar mereka (warga Singapura) tidak bisa bersama dengan yang lain (saat mengurus keberangkatannya, pen). Kami akan buatkan rute dan papan nama khusus. Pelayanan visa elektronik juga hampir selesai dan rencananya akan beroperasi pada 15 Oktober. Tapi kami mungkin masih perlu berkoordinasi dengan Kementerian BUMN terkait Pengambilan Data Elektronik untuk pembayaran dengan debit atau kartu kredit,” kata Yasonna Laoly seperti dikutip dari Channel News Asia.
Secara umum. orang asing yang ingin mengunjungi Indonesia melalui jalur hijau, perlu mengajukan visa dan memiliki penjamin di Indonesia. Jalur hijau yang disiapkan tersebut akan memudahkan perjalanan bagi pengusaha, pekerja terampil, investor, atau pejabat publik. Indonesia juga merevisi undang-undang tentang larangan bagi orang asing untuk memasuki negara tersebut, kata Laoly.
Pada bulan April, pemerintah Indonesia melarang orang asing masuk ke negara itu untuk mengekang penyebaran COVID-19. Namun, pemegang izin jangka panjang dikecualikan.
Sebuah pernyataan oleh Kementerian Luar Negeri Singapura (MFA) pada 25 Agustus mengatakan bahwa kedua belah pihak akan memulai diskusi tentang “jalur hijau timbal balik” untuk memungkinkan perjalanan penting dilanjutkan secara bertahap.
Menteri Luar Negeri Singapura, Dr Vivian Balakrishnan dan Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi sepakat bahwa kedua negara harus bekerja sama erat untuk memperkuat kerja sama kesehatan masyarakat, meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan investasi, memperdalam kerja sama keuangan dan memfasilitasi perjalanan yang aman,
“Mengingat hubungan bisnis yang kuat antara Singapura dan Indonesia, kedua menteri luar negeri menugaskan para pejabat untuk memulai diskusi tentang ‘jalur hijau timbal balik’ untuk memungkinkan perjalanan penting dilanjutkan secara bertahap dengan cara yang akan menjaga kesehatan dan keselamatan publik di kedua negara”, demikian bunyi pernyataan tersebut seperti dilansir dari Channel News Asia, jumat (2/10).
Singapura telah menjadi investor terbesar di Indonesia selama lima tahun terakhir. Bulan lalu, Presiden Joko Widodo menyampaikan harapannya agar kedua belah pihak segera memiliki jalur hijau timbal balik, mengingat hal itu dapat membuka jalan bagi investasi yang masuk ke Indonesia.
Pada kuartal pertama tahun 2020, Singapura merupakan investor asing terbesar di Indonesia, dengan total realisasi investasi sebesar US $ 2,7 miliar, menurut data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal.
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna Laoly juga mengatakan dalam pernyataannya hari Kamis (1/10) bahwa perhatian ekstra harus diberikan kepada fasilitas kesehatan di Batam, termasuk menyiapkan rumah sakit rujukan COVID-19.
“Karena akan ada pintu masuk di Batam, kami meminta Menteri Kesehatan dan Gubernur menjamin kesiapan infrastruktur kesehatan sesuai prosedur COVID-19 di Batam. Selain itu, (persiapkan) rumah sakit rujukan agar jika ada yang teridentifikasi positif COVID-19 bisa diterima di fasilitas kesehatan yang diakui kedua negara,” ujarnya.
Saat ini, Singapura memiliki pengaturan jalur hijau timbal balik dengan China, Malaysia, Brunei, Korea Selatan, dan Jepang. Indonesia memiliki kesepakatan serupa dengan China, Korea Selatan, dan Uni Emirat Arab.
(*/mik)