TANJUNGBALAI Karimun kini semakin berbenah untuk mendongkrak sektor pariwisata. Bagi warga Kepri dan wisatawan yang jalan-jalan ke Kepri, sudah selayaknya memasukkan Karimun sebagai destinasi wisata dalam travel list mereka. Selain tentu saja Batam, Bintan, Tanjungpinang, Lingga, Anambas, dan Natuna.
Bagi warga Batam pun, Karimun bisa jadi tempat liburan saat weekend, selain Bintan yang semakin ramai dikunjungi wisatawan lokal setiap akhir pekan. Karimun sendiri memiliki tiga pulau besar yakni Pulau Karimun, Pulau Kundur dan Pulau Sugi (Moro), dan sekitar 200 pulau kecil yang ada di sekitarnya.
Nah, apa saja dan bagaimana menikmati wisata di Karimun? Sebelum ke sana, simak dulu ya pengalaman saya bersma Tim #jelajahkonektivitashati.
Saya dan tim berkesamatan menjelajah Karimun dan menikmati wisata selama dua hari satu malam di sana pada Jumat-Sabtu, 30 November dan 1 December 2018 lalu. Namun, di tulisan saya kali ini akan khusus memaparkan wisata setengah hari (a half day tour) keliling kota Karimun menggunakan bus atau bas kayu yang sangat legendaris di sana. Lebih detailnya saya gambarkan satu per satu ya!
1. Naik Kapal dari Batam
Karimun adalah satu di antara Kabupaten yang ada di Kepri dengan ibukota Tanjungbalai Karimun. Letaknya di sebelah barat Batam. Untuk ke sana, bisa ditempuh dengan menumpang feri dari Pelabuhan Sekupang dan Harbour Bay, Jodoh.
Jadwalnya setiap jam tersedia, dari pagi jam tujuh hingga sore jam lima. Lama perjalanan kurang lebih satu jam 15 menit. Dari Sekupang ke Karimun, waktu tempuhnya lebih cepat daripada dari Harbour Bay. Tiketnya pun lebih murah yakni Rp 95 ribu sekali jalan dan 135 ribu untuk PP termasuk boarding pass sebesar Rp10.000.
Sementara dari Harbour Bay, harga tiketnya sekali jalan Rp120.000 sekali jalan, sudah termasukboarding pass. Harga tiket dari Harbour Bay memang mahal, tetapi pelabuhannya sangat dekat dengan pusat kota Nagoya, sehingga bayak dipilih oleh penumpang.
Sementara ke Pelabuhan Sekupang, harus menumpuh waktu sekitar 45 menit dari Nagoya, dengan biaya taksi kurang lebih Rp100 ribu.
Ada beberapa operator yang menyediakan kapal tujuan Tanjungbalai Karimun, seperti Mikonata, Dumai Express, Dumai Line, Batam Jet, dan lainnya.
Untuk keberangkatan kali ini, saya memilih pelabuhan Sekupang, sementara anggota tim lainnya dari Pelabuhan Harbour Bay. Saya berangkat sekitar pukul 11.15 dan tiba di Pelabuhan Karimun 12.30 WIB. Sementara anggota Tim lainnya berangkat dari pelabuhan Harbour Bay jam 11. 00 dan tiba sekitar 12.45.
2. Sewa Bus Kayu
Sesampainya di Tanjungbalai Karimun, kami tidak ingin membuang waktu. Kami pun langsung keluar pelabuhan dan menuju jalan raya, mencari sosok bus kayu yang sudah kami pesan sebelumnya. Setelah clingak-clinguk, ternyata bus antik yang dimaksud sudah terparkir di pinggir jalan raya di antara mobil-mobil masa kini, tidak begitu jauh dari pintu masuk Pelabuhan.
Tidak sulit untuk mencari bus kayu yang kami pesan. Selain warnanya yang sangat mencolok, kuning kombinasi coklat, bus ini juga sudah sangat jarang terparkir di jalan raya karena memang keberadaannya sudah hampir hilang digilas produk otomotif saat ini.
Bus-bus kayu ini paling juga berseliweran di jalan-jalan kota saat pagi dan sore karena membawa rombongan wisatawan, ataupun antar-jemput anak-anak sekolah dan pekerja perusahaan tertentu. Bus-bus ini lebih sering tampak terparkir di rumah-rumah penduduk yang berada jauh dari kota.
Bang Azlan atau lebih suka dipanggil Bang Lan, supir sekaligus pemilik bus bernomor polisi BP-7060-KU tersebut, menyambut kami dengan ramah. Ini merupakan kali pertama bagi saya menaiki bus kayu. Cukup terkesan dengan bodinya yang memang dibuat dari kayu.
Hampir semua bagian badan bus membuat seya terpesona karena selain dari kayu, pintu bus ini menggunakan handle pintu kamar. Lantai dan tempat duduknya dari kayu. Sementara jendelanya dari kaca yang bisa ditutup dan dibuka dengan menarik dan menurunkannya dengan cara yang kuno. Bahkan, bagian kaca depan supir, bisa dibuka layaknya jendela kamar di rumah.
Karena bus ini tidak ada pendingin, sepanjang jalan semua jendela harus dibuka. Semriwing sih, tetapi begitu melewati jalan berdebu, debunya pun masuk ke dalam dan siap-siap tutup hidung. Saran saya, jangan lupa bawa kacamata dan tisu selama menumpang bus kayu ini.
Menurut Bang Lan, dirinya sudah lima tahun memiliki bus kayu ini setelah membeli dari pemilik sebelumnya. Surat-surat bus ini lengkap dan di dokumen bus itu menunjukkan tahun pembuatannya adalam 1976.
Dari informasi yang dihimpun, bus ini memang menjadi transportasi umum pertama di Karimun dan merupakan hasil rangkaian lokal warga di sini, namun mesinnya didatangkan dari luar.
Tertarik dengan tulisan ini? >>>> Baca selengkapnya di sini, ya