KAMBING Gunung adalah mamalia berkuku yang mempunyai tanduk pendek, bengkok, dan berwarna hitam.
Pinggiran kukunya tajam. Melingkupi telapak yang lunak di bagian dalam. Dengan kukunya ini ia mencengkeram batu karang.
Kambing gunung adalah spesies yang berbeda dengan kambing yang biasa kita jadikan masakan loh ya?
Jadi, ini bukan kambing biasa yang tinggal di gunung.
Kambing gunung adalah spesies tersendiri yang memang mirip kambing atau domba, akan tetapi dengan kemampuan super. Loh, bener loh kambing gunung ini unik dan punya kemampuan super.
Bayangkan saja, seekor kambing, berkaki empat, tapi bisa loncat -loncat dengan girang di pegunungan yang terjal. Habitat kambing gunung ini tak hanya sekedar pegunungan yang penuh dengan padang rumput dan ilalang loh.
Mereka tinggal di wilayah yang banyak tebing -tebing curam. Dan di wilayah mengerikan seperti itu, mereka bisa berdiri dengan tegak, bermain, juga mencari makan.

Nama :
Nama dalam bahasa Indonesia : Kambing Gunung
Nama dalam bahasa Inggris : the Mountain Goat / the Rocky Mountain goat
Nama latin : Oreamnos Americanus

Klasifikasi Kambing Gunung
- Kerajaan : Animalia
- Filum : Chordata
- Kelas : Mammalia
- Ordo : Artiodactyla
- Famili : Bovidae
- Upafamili : Caprinae
- Genus : Oreamnos
- Spesies : O. Americanus
Makanan Kambing Gunung
Pada dasarnya, kambing gunung makanannya seperti dengan kambing biasanya. Ia adalah herbivora atau hewan pemakan tanaman.

Lebih terkhusus, kambing gunung banyak memakan rumput, paku -pakuan, lumut, jamur, ranting tanaman, dedaunan, semak belukar, dan sejenisnya.
Jika kambing gunung ini dipelihara di dalam peternakan, kambing ini juga biasanya makan padi -padian, buah, sayuran dan rumput.
Ciri ciri Kambing Gunung

- mempunyai rambut di janggut (dagunya)
- memiliki ekor yang pendek
- mempunyai tanduk hitam yang panjang (sekitar 15 hingga 30 cm)
- di tanduknya terdapat lingkaran tahun
- seluruh tubuhnya terselubung oleh bulu -bulu (rambut/ wol) yang sangat tebal dan ganda
- Rambutnya berwarna putih dan coklat.
- rambut gandanya mampu membuatnya bertahan pada suhu minus 50 derajat Fahrenheit atau minus 46 derajat Celsius.
- Mampu bertahan dari hembusan anging berkecepatan hingga 100 meter per jam atau 160 km per jam.
- Panjang tubuhnya dari kepala sekitar 120 cm hingga 179 cm (tidak termasuk ekor)
- Pejantan biasanya lebih tinggi 7,5 hingga 15 cm daripada betina.
- Bobot pejantang kambing gunung sekitar 62 hingga 82 kg sedangkan bobot betinanya sekitar 57 hingga 71 kg.
Cara Reproduksi Kambing Gunung
Kambing gunung dewasa mencapai kematangan untuk melakukan pembuahan di usia 30 bulan. Biasanya, musim kawin kambing gunung berlangsung antara bulan Oktober hingga Desember.

Pada musim kawin, akan terdapat sebuah ritual untuk memperebutkan para betina. Mereka menggali lubang lalu bertarung satu sama lain. Ini layaknya sebuah ujian kekuatan. Pejantan yang menanglah yang nantinya akan menarik hati dan mengawini betina.
Terkadang, dalam pertarungan ini ada juga pejantan muda yang ambil bagian. Akan tetapi, para betina biasanya enggan menanggapi pejantan muda ini.
Dalam sekali musim kawin, para pejantan dan betina ini biasanya kawin dengan lebih dari satu pasangan. Setelah musim kawin selesai, para pejantan dan betina ini akan berpisah.
Kemudian, para betina ini akan mengandung bayi -bayi kambing gunung. Selama masa mengandung, para betina biasanya hidup berkelompok. Dalam satu kelompok terdiri sekitar 50 ekor.
Kambing gunung betina akan mengandung bayinya selama enam bulan. Bayi -bayi kambing gunung biasanya lahir pada musim semi atau sekitar akhir bulan Mei hingga awal Juni.
Biasanya, seekor betina hanya melahirkan satu ekor bayi kambing gunung. Ada kalanya, kelahirannya bisa lebih dari seekor, meski kondisi ini jarang terjadi.
Ketika lahir, bayi kambing gunung memiliki berat sekitar 3 kg. Menariknya, dalam beberapa jam setelah kelahirannya, bayi kambing gunung ini akan mulai lari dan memanjat tebing -tebing di sekitarnya.
Selama satu tahun pertama dalam hidupnya, bayi -bayi kambing gunung ini akan terus mengikuti induknya kemana pun. Akan tetapi, bila induknya sudah memasuki masa kawin lagi, maka anak -anak ini pun harus hidup mandiri.
Selama berkelana dengan anaknya, para indukan kambing jantan ini akan melindungi anak -anaknya dan mengajari mereka berbagai hal. Mereka belajar untuk menghindar dari bahaya dan menghadapi para predator.
Ketika ada predator, maka para ibu akan berdiri di depan anaknya. Sedangkan ketika mereka sedang merangkak di tebing curam, maka para induk ini akan berdiri di bawah anaknya untuk mencegah si anak tergelincir.
Habitat Kambing Gunung
Habitat kambing gunung terdapat di pegunungan dengan tebing -tebing terjal. Kambing gunung banyak ditemukan di pegunungan Rocky dan Cascade Range.

Beberapa kambing gunung juga terdapat di bagian Western Cordillera di Amerika Utara, Washington, Idaho, Montana, British Columbia, Alberta, hingga ke Yukon selatan dan Alaska bagian tenggara.
Kambing gunung merupakan hewan mamalia terbanyak yang ditemukan hidup di habitat wilayah dataran tinggi. Mereka dapat hidup pada dataran tinggi hingga 4000 meter di atas permukaan laut atau setinggi 13.000 kaki.
Status Kambing Gunung
Jumlah populasi kambing gunung relatif stabil. Mereka tidak berada pada ancaman kepunahan. Di beberapa daerah, seperti di Yellowstone National Park, mereka bahkan mengizinkan para pemburu untuk memburu kambing gunung.

Perburuan dilakukan dengan jumlah yang terbatas. Hal ini justru dilakukan sengaja untuk mengontrol serta mengurangi populasi kambing gunung.
Namun, di beberapa pegunungan lain dengan jumlah kambing gunung yang minim, para pemburu dilarang untuk berburu. Perburuan kambing gunung yang dilarang ini seperti di Cascade Mountains di Washington.
Keunikan Kambing Gunung

- Bulu (Rambut) kambing gunung sangat tebal sehingga mampu membuatnya bertahan di suhu yang amat dingin dan bahkan mampu menahannya dari terpaan angin yang sangat kencang.
- Tanduk hitam dimiliki oleh pejantan dan juga betina.
- Lingkaran tahun yang ada di tanduknya tidak mempengaruhi ukuran panjang tanduk.
- Mereka sangat mahir dalam memanjat tebing bebatuan curam. Bahkan, mereka mampu berdiri dengan leluasa pada kemiringan hampir vertikal atau 90 derajat.