JIKA di negara lain, kita biasa mendengar kabar hutan yang ditebang untuk dijadikan pemukiman/perumahan. Di Singapura sebaliknya. Kampung yang justru dihutankan kembali. Nama kampungnya, Hainan Village. Atau orang biasa menyebut Old Thomson Road Kampong, karena lokasinya berada di Jalan Lama Thomson. Ini lokasi, adalah salah satu lokasi paling mentereng dan paling “mahal” di Singapura. Berdiri di atas lahan seluas 50 hektar, desa ini dibangun pada dekade 30an. Saat imigran-imigran dari Hainan, China, datang dan menetap di sana untuk berkebun dan beternak. Babi, karet, durian, rambutan, adalah komoditi utama dari desa ini.
Namun di situ juga ditemukan sebuah makam China berabad 19. Yang memastikan jauh sebelum imigran Hainan datang, kawasan tersebut sudah berpenghuni. Di dekade 60-an, tercatat sebanyak 100 keluarga tinggal di sana. Terdiri dari berbagai etnis. Rumah-rumah warga rata-rata berhalaman luas. Beberapa di antaranya, dari sisa-sisa bangunan, adalah bangunan rumah yang cukup kaya dan mewah. Sumur-sumur tua, tungku, jalan bersemen, jalan aspal, toilet.
Masih dijumpai pohon-pohon yang warga tanam berpuluh tahun silam, seperti pohon rambutan, durian, maupun nangka. Sejak dekade 80an, desa ini ditutup. Tanahnya masuk sebagai hutan sekunder yang menopang ketersediaan air bagi Lower Pier Reservoir, waduk yang terletak di bawah desa tersebut. Kini, desa itu dibuka kembali, untuk warga yang ingin menikmati suasana hutan sekaligus mengenang nenek moyang mereka masa lalu.
(*)
Penulis/ Vlogger : Sulton Yohana, Citizen Indonesia berdomisili di Singapura. Menulis di berbagai platform, mengelola blog www.sultanyohana.id