SAYA bilang pada rekan saya, Riadi, wartawan di Karimun; ini kota tak perlu bersolek terlalu menor. Biarkan menjadi kota yang sante, kota lama yang penuh nostalgia. Tak perlu meniru-niru tetangga sebelah, Batam atau Tanjungpinang.
Oleh : Sultan Yohana
SAYA baru pertama ke Karimun, meski pernah selama 13 tahun berbagi tinggal di Batam dan Tanjungpinang. Karimun seperti versi lebih besar dari Pulau Belakangpadang yang ramai dikunjungi orang Singapura karena nostalgianya. “Pulau penawar rindu”, begitu tagline Belakangpadang dikenalkan.
Karimun bisa seperti Belakangpadang. Dobel kali bahkan. Kotanya kecil dengan banyak bangunaan tua yang melenakan. Mirip Singapura era 70an. Bahkan, ketika jalan di sepanjang Jalan Nusantara, kanan-kiri bangunan mirip-mirip dengan Geylang sekarang. Makanan dan minumannya pun tak terlalu jauh beda dengan Singapura. Dan ini nilai lebihnya.
Di Johor, orang Singapura suka ke daerah seperti Pontian yang kecil dan nostalgic, dan mirip Karimun. Mereka makan seafood di sana, atau sekedar nyante meregangkan syaraf di kedai-kedai kopi kecil yang murah namun selalu menghidangkan kopi dan makanan enak. Mirip kondisinya dengan Singapura. Tapi ke Johor sekarang susah, karena macetnya yang naudzubillah. Di imigrasi bisa berjam-jam antri. Naik mobil, bahkan bisa macet hingga 6 jam. Anda kudu tahu, orang Singapura ogah bermacet-macetan.
Ke Batam orang Singapura sepertinya sudah mulai enggan, karena terlalu metropolit. Kecuali pekerja-pekerja India yang sekarang punya hobi baru nyebrang Batam. Tapi mereka minim duit, terkadang sewa apartemen untuk belasan orang, hanya untuk menghemat pengeluaran. Itu mungkin kenapa, meski sekarang sepertinya Batam masih banyak dikunjungi orang Singapura, tapi bisnis hotel dan penginapan masih jauh “panggang dari api”.
Sementara, ke Karimun, tinggal nyebrang tak sampai 2 jam, duduk manis di kapal. Karimun tak macet. Karimun kecil. Karimun nyante, dengan nostalgia masa lalu Singapura. Karimun bisa menjual nilai nostalgic itu pada orang Singapura yang kelebihan uang, dan kerap enggan dolan terlalu jauh dan melelahkan. Ada peluang besar di situ. Tinggal berbenah sedikit, saya yakin Karimun akan menjadi obyek wisata kegemaran orang Singapura berikutnya.
(*)
Penulis/ Vlogger : Sultan Yohana, Citizen Indonesia berdomisili di Singapura. Menulis di berbagai platform, mengelola blog www.sultanyohana.id
Rubrik : Catatan Netizen jadi platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi para netizen yang gemar menulis, tentang apa saja hal positif yang bisa dibagikan melalui wadah GoWest.ID. Kirim artikel/ konten/ esai anda secara mandiri lewat cara ini ya.