SELAMA lebih dari 10 tahun, Warga Perumahan Putra Jaya, Tanjung Uncang, Batam tidak menerima suplai air bersih selama 24 jam. Air mengalir selalu tengah malam dan hanya 3 jam. Kondisi tersebut membuat sekitar 1.500 warga perumahan tersebut muak dan menggeruduk Kantor Badan Pengusahaan (BP) Batam untuk meminta keadilan, Senin (7/11).
Mereka merasa termarjinalkan di tengah kota Batam yang mengklaim dirinya sebagai kota perdagangan dan pelabuhan bebas ini. Warga Putra Jaya juga mengaku selalu taat bayar pajak dan juga tagihan air, tapi kenyataannya air sudah seperti komoditas yang sangat langka, bahkan melebihi bahan bakar minyak (BBM) dan gas elpiji sekalipun.
Sebenarnya, Badan Usaha (BU) Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Batam BP Batam telah berupaya untuk melunakkan kemarahan warga. Caranya yakni dengan menghidupkan air dengan durasi yang agak lama sehari sebelum demo ini terlaksana.
Tapi hal tersebut tidak menyurutkan niat warga. Air yang mengalir selama beberapa jam, tentu tidak sebanding dengan penderitaan lebih dari 10 tahun tidak menerima suplai air bersih secara penuh.
Ketua RW 15 Perumahan Putera Jaya, Azwar Sukendi mengatakan kedatangan ribuan warga ke BP Batam hanya meminta suplai air selama 24 jam. Selama ini, air hanya hidup dari pukul 12.00 WIB hingga pukul 03.00 WIB, sehingga terpaksa membuat warga bergadang untuk menampung air.
“Ini merupakan aksi damai. Kami cuma menuntut air. Kami merasa tersisihkan. Ini bukan pertama kali datang kesini, tapi selalu hanya janji-janji. Kami butuh bukti. Ibu-ibu susah mau nyuci, anak-anak tak mandi. Kami pun jadi sering sakit, karena terus bergadang,” ucapnya.
Bahkan, kabarnya ada yang terpaksa menunda pemakaman karena tidak ada air untuk memandikan jenazah. “Tersiksa kami selama belasan tahun di Tanjung Uncang. Tolong hidupkan air selama 24 jam. Bapak-bapak pejabat BP Batam tolong tinggal semalam saja di Tanjung Uncang, biar tahu bagaimana kami bekerja lalu pulang dalam keadaan lelah, setelah itu nongkrong tengah malam untuk tampung air. Bagaimana pak?,” jelasnya.
“Selama ini, kami juga bayar pajak dan juga tagihan air. Janganlah diasingkan warga Tanjung Uncang. Bahkan PT yang ada di seberang perumahan kami bisa dapat air 24 jam,” jelasnya.
Warga mengaku kecewa, karena selalu mendapat siraman janji-janji manis, yang ternyata pada akhirnya pahit selama bertahun-tahun.
Selain menuntut suplai air lancar, warga juga meminta Kepala BP Batam yang juga Wali Kota Batam, Muhammad Rudi untuk turun langsung menemui mereka. Ada dokumen komitmen yang harus ditandatangani oleh orang nomor satu Batam tersebut.
Sebelum Rudi, Anggota 4 Bidang Pengusahaan BP Batam, Wan Darussalam turun menemui ribuan massa tersebut. Mantan pejabat Pemerintah Kota (Pemko) Batam ini tak juga bisa menjawab tuntutan suplai air selama 24 jam.
“Kalau bapak ibu minta 24 jam, itu tidak mungkin,” katanya disambut dengan seruan kekecewaan warga.
Wan mengatakan ada 18.218 sambungan rumah tangga di seluruh Batam yang mengalami kejadian serupa warga Putra Jaya. Peneyebabnya karena kondisi pipa distribusi yang tidak mampu mengakomodir tekanan air yang tinggi.
Ia kemudian menawarkan tiga solusi kepada warga, yakni pihaknya akan mengirim 45 ribu kubik air bersih ke perumahan Putera Jaya setiap hari. Kemudian, BP Batam akan membangun pipa shortcut sepanjang 700 meter langsung ke perumahan.
“Butuh waktu 3 minggu untuk membangun pipa tersebut. Kedepan, masa tunggu tidak sampai jam 12 malam,” paparnya.
Terakhir,BP Batam akan membentuk tim untuk bersama-sama warga turun mengecek kondisi aktual di lapangan.
Sekitar pukul 14.00 WIB, Kepala BP Batam, Muhammad Rudi akhirnya turun menemui massa. Ia dikawal ketat polisi dan Direktorat Pengamanan (Ditpam) BP Batam.
“Saya sudah dengar penjelasan dari Pak RW. Karena saya langsung bicara dengan bapak dan ibu, saya berani tanggung jawab,” jelasnya.
Ia juga membagikan nomor Whatsapp-nya, agar warga Putra Jaya bisa melaporkan perkembangan terkini, terkait progres suplai air 24 jam di perumahan tersebut.
“Saya akan buktikan dan saya akan datang. Ini agar semua jadi contoh bagi pegawai BU SPAM. Tidak boleh main-main, karena nanti jadi sia-sia bagi bapak dan ibu yang susah payah hadir di Batam,” jelasnya.
Ia memberi tenggat kepada BU SPAM BP Batam agar paling lambat Februari ini air sudah mengalir penuh di Perumahan Putra Jaya. “Saya mau lihat hasilnya di lapangan nanti. Saya sebagai pengambil putusan, kalau ada (pejabat BP Batam) yang tak ikut, mending dia minggir saja. Saya ingin semuanya baik-baik saja,” jelasnya.
Di depan warga, Rudi juga memberikan 3 solusi untuk mengatasi masalah suplai air, yakni perbaikan pada water treatment plant (WTP) eksisting yang nantinya diprediksi selesai Februari 2023.
Kemudian, menyediakan pasokan air bersih sebanyak 45 ribu liter atau setara dengan 9 tangki air bersih untuk warga. Dan menambah WTP baru yang akan membantu suplai air bersih yang ditargetkan selesai Juni 2023.
Sebagai informasi, Perumahan Putra Jaya Residence merupakan rumah yang sebagian besar merupakan tipe 28/66, dan juga merupakan rumah yang mendapat Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) dari pemerintah.
Warga kelas pekerja khususnya galangan kapal serta sektor informal banyak yang menghuni perumahan ini.
Selain warga Tanjung Uncang, keluhan mengenai suplai air juga banyak dirasakan di daerah-daerah pinggiran Batam, seperti di Patam Lestari, Bengkong dan lainnya.
Pelayanan Air SPAM Mengecewakan Warga Batam
Pelayanan air bersih semakin mengecewakan, pasca diambil oleh oleh BP Batam melalui SPAM Batam. Banyak warga Batam yang mengeluhkan ketiadaan air bersih pada jam-jam penting. Setelah mengeluhkan hal tersebut kepada kanal terpadu SPAM Batam, juga tidak mendapatkan respon yang baik.
Untuk melihat respon masyarakat, Ombudsman RI Perwakilan Kepri telah melakukan survey terhadap 540 responden di Batam, 17-24 Oktober kemarin. Hasilnya sebanyak 85 persen responden mengeluhkan pelayanan air yang buruk, dimana pasokan air bersih mengalir kurang dari 24 jam.
Secara detail, hasil laporan survey menunjukkan sebanyak 20,56 persen responden menjawab rata-rata air mengalir hanya 1-3 jam, kemudian sebanyak 38,15 persen responden menjawab rata-rata air mengalir hanya 4-6 jam, lalu sebanyak 18,70 persen responden menjawab rata-rata air mengalir hanya 7-9 jam, dan sisanya sebanyak 7,78 persen responden menjawab rata-rata air mengalir lebih dari 10 jam namun tidak sampai 24 jam.
Kepala Perwakilan Ombudsman Kepri, Lagat Siadari mengatakan Badan Pengusahaan (BP) Batam selaku pengelola SPAM Batam, seharusnya bisa memastikan ketersediaan air bersih selama 24 jam.
“Sesuai peraturan perundang-undangan, pelayanan air bersih itu harus non-stop 24 jam bukan 3 jam, 6 jam atau 10 jam saja, apalagi air mengalir hanya pada jam-jam tertentu,” paparnya.
Selanjutnya, hasil survey menunjukkan masyarakat mengeluhkan pendistribusian air hanya di waktu-waktu tertentu. Sebanyak 15,93 persen responden menjawab air mengalir hanya pada pukul 20.00–23.00 WIB, lalu sebanyak 30,56 persen responden menjawab pukul 23.00–02.00 WIB, dan sebanyak 35,37 persen responden menjawab pukul 02.00–05.00 WIB.
Lebih lanjut lagi, kualitas air bersih juga menjadi sasaran ketidakpuasan warga di Batam, responden mengeluhkan mengenai kualitas air dan debit air. 75 persen responden mengeluhkan kualitas air yang didistribusikan. Sebanyak 29,44 persen responden menjawab air yang didistribusikan kadang jernih, 36,67 persen respon menjawab kadang keruh, dan 7,96 persen responden menjawab air yang didistribusikan selalu keruh.
Kemudian terkait debit air, sebanyak 40,19 persen responden menjawab sedang, sebanyak 32,78 persen responden menjawab kecil dan 19,63 persen responden lainnya menjawab debit air sedikit dan diikuti dengan suara angin.
Dalam survey tersebut, juga terdapat 41,3 persen responden memiliki masalah terkait air yang berasa dan berbau. Sebanyak 18,89 persen reponden menjawab air yang didistribusikan tawar namun berbau. Lalu 12,22 persen responden menjawab terasa kimiawi namun tidak berbau, dan sebanyak 10,19 persen responden mengeluhkan air terasa kimiawi serta berbau.
Lagat menerangkan lebih dari 50 persen masyarakat yang menjadi responden ini pernah menyampaikan keluhannya kepada SPAM Batam, namun, hanya 15,37 persen yang ditanggapi, dimana 9,44 persen segera ditanggapi dan 5,93 persen ditanggapi setelah lebih dari 1 hari, sisanya sebanyak 49,63 persen ditanggapi namun tidak tuntas dan 31,30 persen tidak ditanggapi.
“Hanya 7,23 persen saja dari responden yang mengatakan puas pada layanan SPAM Batam, sisanya 27,78 persen biasa saja dan 65 persen tidak puas,” jelasnya.
Lagat berharap survey yang telah dilakukan ini ditanggapi serius oleh SPAM Batam.
“Segera ambil langkah-langkah strategis dan lakukan tindak lanjut yang terukur dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas air,” tegasnya.
Selain itu, ia juga meminta agar BP Batam dapat turut andil mendorong kontraktor air bersih untuk melakukan perbaikan dari hulu hingga ke hilir.
“Lakukan koordinasi dengan pihak kontraktor agar dapat segera mengambil langkah-langkah yang semestinya,” tuturnya.
“Jangan sampai permasalahan ini dibiarkan karena nanti semakin banyak pengguna bisa saja permasalahan ini semakin meluas. Lagipula sangat disayangkan bila tidak ada langkah perbaikan akan tercipta citra buruk bagi Kota Batam yang digadang-gadang sebagai Kota tujuan investasi,” ungkapnya.
Upaya SPAM Batam Tangani Daerah Krisis Air
SUPLAI air minum di Batam berasal dari produksi air di 6 WTP yang tersebar di seluruh pulau, dengan total kapasitas yang terdistribusi saat ini sebesar 3.430 liter per detik (lpd) dari total kapasitas keseluruhan sebesar 3.610 lpd.
Batam merupakan wilayah dengan kontur tanah yang tidak memiliki sumber mata air. Topografi permukaan juga memunculkan potensi relief ruang-ruang stress area.
Direktur Badan Usaha SPAM BP Batam, Memet E. Rachmat mengatakan stress area di Batam tersebar di wilayah timur sampai barat Batam yang artinya menyeluruh, hampir setiap kecamatan memiliki stress area.
Stress area atau daerah krisis air terjadi karena kondisi topografi atau elevasi mengakibatkan tekanan tidak cukup untuk membawa air sampai ke titik tertentu pada elevasi yang tinggi, kapasitas jaringan pipa yang kurang, serta kapasitas produksi air yang menurun karena kondisi air di waduk dan WTP yang fluktuatif.
“Pelanggan yang berada di stress area kurang lebih sebanyak 11.258 pelanggan atau sekitar 4 persen, dengan rata-rata durasi aliran kurang dari 8 jam,” paparnya.
Sementara jumlah pelanggan aktif saat ini berjumlah 297.358, dimana terjadi penambahan signifikan sebanyak 18.218 pelanggan, yang terjadi dari akhir tahun 2020.
Salah satu contoh kondisi yang ia uraikan adalah pemenuhan kebutuhan air bersih yang belum maksimal bagi warga di Perumahan Putra Jaya, Tanjung Uncang.
“Sebagai ilustrasi kondisi disana, suplai airnya sampai dengan saat ini masih mendapatkan durasi suplai yang terbatas. Air hanya mengalir pada malam hari,” ujarnya.
Menurut pihaknya, masalah utama dari kondisi tersebut adalah keterbatasan air dari instalasi jaringan pipa yang ada saat ini, kontur tanah dan area yang berada diujung pelayanan juga merupakan faktor yang mempengaruhi penerimaan kuantitas suplai air bersih perpipaan.
Memet memaparkan bahwa SPAM Batam telah melakukan upaya-upaya teknis untuk dapat memberikan penambahan waktu durasi suplai bagi warga di wilayah tersebut.
“Langkah-langkah yang sudah dilakukan oleh tim teknis adalah melakukan pengaturan dan simulasi pengaturan suplai dari Instalasi Pengolahan Air (IPA) Duriangkang, agar dapat menambah suplai ke area Tanjung Uncang serta aktifitas pengaturan suplai lainnya,” ungkapnya.
Sejalan dengan pengaturan suplai ini, SPAM Batam terus mengoptimalkan penambahan pengiriman mobil tangki sebagai upaya paling memungkinkan untuk dilakukan untuk saat ini.
Selain itu langkah dan upaya percepatan juga akan dilakukan dengan segera yaitu pemasangan pipa jaringan ke area tersebut.
Sementara itu, Kepala Biro Humas Promosi dan Protokol BP Batam, Ariastuty Sirait menyatakan pihak BP Batam telah menyiapkan berbagai perencanaan sebagai langkah-langkah kedepan mengantisipasi situasi kritikal pada stress area.
“Upaya terus dilakukan agar warga di stress area mendapatkan penambahan air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,” kata Tuty.
Selanjutnya, upaya lain yang segera akan terealisasi adalah penambahan kapasitas produksi di Instalasi Muka Kuning sebesar 350 lpd.
Kemudian, pemasangan jaringan perpipaan menjadi terobosan jangka pendek-menengah guna menambah durasi suplai pada area ujung atau stress area.
“Kami terus optimalkan melakukan pengaturan jaringan perpipaan untuk menambah durasi aliran suplai air. Langkah jangka pendek, menengah dan jangka panjang kami sedang siapkan, untuk dapat memenuhi kebutuhan air yang optimal bagi masyarakat,” katanya lagi.
Solusi jangka menengah yang sedang disiapkan pihak BP Batam untuk dapat meningkatkan ketersediaan air di Batam adalah membangun WTP dengan kapasitas 350 lpd di Mukakuning yang akan membantu untuk mengurangi stress area di Batu Aji dan Batam Kota.
Perluasan daerah layanan WTP eksisting juga akan dilakukan seiring dengan bertambahnya WTP yang akan dibangun, sehingga semakin optimal cakupan wilayah layanan dan meningkatkan jam pelayanan air menjadi 24 jam.
Selain itu peningkatan kinerja unit pengolahan juga tetap dilakukan agar produksi air maksimal, dan perkuatan pipa distribusi juga terus dilakukan, sehingga stress area dapat diselesaikan.
“Dengan langkah-langkah yang tengah kami upayakan, kami sangat berharap seluruh masyarakat dapat mendapatkan kebutuhannya akan air secara optimal. Kita harapkan rencana-rencana jangka menengah-panjang, dapat terlaksana sesuai target,” jelasnya (leo).