- Nama : Komplek Makam Raja Abdurrahman, Yang Dipertuan Muda Riau VII
- Lokasi : Kampung Bulang, pulau Penyengat – Tanjungpinang
KOMPLEK Makam Raja Abdurrahman terletak di Jalan YDM, Kampung Bulang, Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Provinsi Kepulauan Riau. Makam ini berada di sebelah barat Gedung Mesiu, dekat Benteng Bukit Kursi.
Secara umum bangunan makam berada pada satu halaman yang dibatasi oleh pagar keliling dari bata dan mortar dengan ketinggian lebih kurang 2 m dan ketebalan mencapai 30 cm. Makam Raja Abdurrahman berada tepat di tengah-tengah pintu masuk yang dikelilingi pagar. Pada kompleks makam tersebut Raja Abdurrahman, terdapat 50 makam yang tersebar pada halamannya. Nisan makam Yang Dipertuan Muda Riau VII terbuat dari batu andesit.

Raja Abdurrahman, yang lahir pada tahun 1779 di Pulau Penyengat, merupakan tokoh penting dalam Kerajaan Melayu Riau Lingga. Memiliki nama lengkap Raja Abdurrahman bin Raja Ja’far bin Raja Haji Fisabilillah, ia dinobatkan sebagai Yang Dipertuan Muda Riau VII pada tahun 1832 setelah mendapat persetujuan dari Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Johannes van den Bosch. Ia menggantikan ayahandanya, Raja Ja’far yang mangkat setahun sebelumnya.
Masa pemerintahannya berlangsung hingga 1844, di mana ia menghadapi tantangan besar, termasuk aktivitas bajak laut dan campur tangan Inggris yang mengganggu stabilitas kerajaan.
Meski menghadapi banyak kesulitan, Raja Abdurrahman tetap melanjutkan tradisi ayahnya dalam menghormati ulama. Sejumlah ulama terkenal, seperti Habib Syaikh al-Syaghaf dan Sayyid Hasan al-Haddad, datang ke Pulau Penyengat untuk mengajarkan ilmu agama. Selain itu, Raja Abdurrahman juga memprakarsai pembangunan Masjid Raya Sultan Riau, yang berfungsi sebagai pusat kegiatan keagamaan dan pendidikan.
Raja Abdurrahman wafat pada tahun 1844 dan dimakamkan di Kampung Bulang, dikenal setelahnya sebagai Marhum Kampung Bulang. Makamnya terletak di lereng Bukit Kursi, menawarkan pemandangan indah ke arah masjid yang ia bangun.
Pengunjung yang ingin mengunjungi makam harus menaiki tangga menuju kompleks yang dikelilingi tembok berukir. Pintu masuk yang megah dihiasi dengan ornamen yang menggambarkan kelopak daun dan kendi. Di sebelah kanan pintu masuk, terdapat makam Raja Abdurrahman dengan jirat tiga tingkat, serta nisan berbentuk silinder.

Sejak tahun anggaran 1981-1982 dan 1985/1986, kompleks ini telah direnovasi dan dipagari sebagai bagian dari upaya pelestarian warisan sejarah. Meski tanpa atap dan keramik, makam ini tetap menjadi simbol kejayaan Raja Abdurrahman dan telah diakui sebagai benda cagar budaya oleh pemerintah.
(nes/ham)