SISWA SMPN 56 Batam menunjukkan kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan dengan menciptakan kursi dari ecobrick, hasil olahan sampah plastik yang mereka kumpulkan dari sekitar sekolah dan pemukiman.
INISIATIF ini tidak hanya bertujuan untuk mengurangi sampah plastik, tetapi juga untuk memberikan nilai guna pada limbah yang ada.
Kursi yang dihasilkan merupakan produk kreatif yang dibuat dari botol plastik yang diisi padat dengan sampah non-biologis, seperti kantong plastik. Setelah proses pengisian selesai, botol-botol tersebut dirangkai menjadi kursi yang kuat dan tahan lama, bahkan tampak setara dengan produk pabrikan.
Kepala Sekolah SMPN 56 Batam, Nurhayati, menjelaskan bahwa untuk membuat satu kursi ukuran 1,5 liter dibutuhkan 19 botol bekas dan sekitar 13 kilogram sampah plastik, ditambah bahan lain seperti busa dan kain untuk keindahan dan kenyamanan kursi. Proyek ini merupakan bagian dari Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) di bawah program Sekolah Penggerak angkatan kedua, dengan fokus pada kewirausahaan.
“Dengan tema kewirausahaan, kami berharap siswa dapat mengolah sampah plastik menjadi produk yang memiliki nilai ekonomis,” kata Nurhayati.
Ia menekankan bahwa proyek ini juga mendukung upaya pemerintah dalam mengatasi masalah sampah.
Antusiasme siswa sangat terlihat selama kegiatan ini, di mana mereka tidak hanya mengumpulkan sampah di lingkungan sekolah, tetapi juga melakukan pengumpulan door-to-door ke rumah warga dan warung di sekitar.
Dalam waktu dua minggu, mereka berhasil mengumpulkan sekitar 600 kilogram sampah plastik, yang diharapkan dapat mengurangi volume sampah di Batam.
Setiap kelompok siswa memiliki tugas khusus, mulai dari mengisi botol dengan plastik hingga merangkai dan memperkuat struktur kursi. Guru Pembimbing Hari Adi Darmanto menjelaskan pentingnya kepadatan plastik dalam setiap botol untuk memastikan ketahanan kursi. Botol 1,5 liter memerlukan kepadatan sekitar 600 gram plastik, dan botol 600 mililiter memerlukan 250 hingga 300 gram.
Salah satu hasil unggulan mereka adalah kursi bernama “Sofelina 56,” yang dapat menahan beban hingga 100 kilogram. Selain kursi, SMPN 56 juga merencanakan pembuatan paving block dari sampah plastik kotor, yang akan dibakar dan dicetak.
“Proyek paving block sedang kami siapkan, dengan memanfaatkan sampah plastik bersih untuk ecobrick dan yang kotor untuk paving block. Kami masih membutuhkan dukungan SDM dan alat untuk merealisasikan ide ini,” tambah Nurhayati.
Kegiatan ini berlangsung dua hari setiap minggunya, dengan pengumpulan sampah plastik yang sebagian besar berasal dari lingkungan sekitar. SMPN 56 berharap proyek ini dapat membantu pemerintah dalam menangani masalah sampah dan mendorong masyarakat untuk lebih peduli terhadap pengelolaan limbah.
“Melalui kegiatan ini, kami ingin memberikan contoh nyata tentang pengolahan sampah menjadi produk bermanfaat. Semoga ini bisa menginspirasi sekolah lain dan masyarakat luas,” tutup Hari.
Sejak 2022, SMPN 56 Batam aktif dalam proyek ecobrick ini, memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkreasi, belajar tentang kewirausahaan, dan mengasah keterampilan dalam mengolah barang bekas menjadi produk yang bernilai.
(sus)