NILAI total produk perikanan asal Batam yang tersebar di beberapa daerah pada tahun 2019 sebesar Rp 84.767.895.620. Jumlah itu terbagi atas tiga komoditas utama yakni ikan hias senilai Rp 3.035.860.500; ikan konsumsi hidup Rp 11.992.747.000; ikan konsumsi segar/beku senilai Rp 69.739.288.120.
Ada lima daerah tujuan utama sebaran produk perikanan asal Batam. Yakni DKI Jakarta dengan frekuensi keluar produk sebanyak 727 kali; diikuti Kota Medan sebanyak 670 kali; Kabupaten Karimun sebanyak 655 kali; Kota Tanjungpinang sebanyak 538 kali; dan Kabupaten Indragiri Hilir sebanyak 303 kali.
“Untuk sebaran ke dalam negeri total ikan hias ada 489.649 ekor, dari 2003 kali pengiriman. Ikan konsumsi hidup sebanyak 1.777.028 ekor dari 387 kali pengiriman dan ikan konsumsi segar/beku sebanyak 2.509.119 kilogram dari 3.395 kali pengiriman,” kata Kasubsi Wasdalin Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu (SKIPM) Batam Dwi Sulistiyono ketika ditemui di kantornya belum lama ini.
Sementara itu, ada juga beberapa daerah yang produk perikanan mereka dikirim ke Batam. Baik untuk kebutuhan konsumsi masyarakat Batam sendiri maupun untuk tujuan ekspor.
Sepanjang 2019 lalu, total nilai produk perikanan yang masuk ke Batam senilai Rp 162.460.507.356. Adapun daerah yang dominan mengirimkan produk perikanan mereka ke Batam yakni: Kota Banjar Baru sebanyak 2.601 kali pengiriman; Provinsi Riau sebanyak 1.060 kali; Kaupaten Natuna sebanyak 901 kali pengiriman; Kota Tanjungpinang sebanyak 692 kali; dan Kabupaten Bintan sebanyak 653 kali pengiriman.
Dari jumlah itu, kata Sulistiyono lagi, produk perikanan asal Batam masih mendominasi untuk keperluan ekspor. Selain jumlahnya, kualitas produk perikanan Batam masih lebih baik dibanding produk sejenis dari daerah lain.
“Kalau dibanding dari daerah lain, di produk perikanan asal batam mencapai 80 persen, sisanya dari daerah lain. Orang Singapura itu tau betul ikan-ikan asal Batam, biasanya harganya lebih mahal karena lebih segar,” kata Sulistiono lagi.
*(bob/GoWestId)