EMPAT bulan lalu, saat belum merebak virus corona, kota Wuhan mungkin sama dengan kota-kota lain di China.
Dinamika dan kehidupan sosialnya berjalan normal. Kota itu juga menjadi salah satu destinasi kunjungan orang luar negeri untuk bertraveling ke sana.
Para pengunjung datang untuk melihat panoramanya, kondisi sosial masyarakatnya hingga kulinernya.
Seorang netizen Indonesia, Muhammad Hanif Hasballah, juga sempat mengunjungi kota itu saat segala sesuatunya masih normal. Ia sempat mengunjungi pasar-pasar di kota Wuhan dan melihat aktifitas ekonomi warganya.
Tak lupa, ia mencicipi beberapa kuliner khas Wuhan.
Seperti dumpling yang merupakan salah satu jenis dim sum yang banyak penggemarnya di sana.
Makanan ini biasanya umum disajikan ketika bersantap di resto yang menyajikan dim sum food. Dim sum sendiri adalah istilah dalam bahasa Kanton yang artinya makanan kecil. Variannya selain dumpling antara lain bak pau dan kaki ayam dim sum.
Dumpling biasanya terdiri atas daging cincang ditambah dengan sayur-sayuran yang dibungkus dengan selembar kulit yang terbuat dari adonan tepung.
Jenis dumpling-pun bermacam-macam, misalnya Jiaozi, dumpling ini berisi daging cincang dan sayuran biasanya dimasak dengan cara direbus dan memiliki kulit yang tebal.
Potstickers, adalah dumpling yang proses memasaknya dengan cara pan fried, dumpling dimasak di dalam pan/penggorengan datar menggunakan air dan minyak hingga air habis sehingga bagian bawah dumpling menjadi berwarna kecoklatan.
Dumpling udang atau Har Gau, ini merupakan dumpling yang berisi udang dan rebung, keunikan Har Gau adalah kulit pembungkusnya yang licin dan mengkilap nyaris transparan.
Yang paling umum dikenal adalah Siu Mai alias siomay.
Keunikannya adalah bentuknya yang seperti keranjang mungil, biasanya terbuat dari daging ayam, ikan atau udang.
Simak perjalanan Hanif untuk melihat begitu normalnya kehidupan di Wuhan sebelum bencana virus Corona datang.
———————
Sumber : YOUTUBE - MUHAMMAD HANIF