SEJUMLAH orang tua murid di wilayah pesisir Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau, khususnya dari kalangan nelayan tradisional mengeluhkan mahalnya kuota internet untuk anak-anak mereka belajar secara online.
“Awalnya memang tidak terasa, tapi lama-lama makin berat biaya untuk membeli kuota. Dengan kapasitas 5 GB, itu hanya bisa 3 hari. Sedangkan anak belajar online setiap hari”, keluh warga desa Kelong, Bintan Pesisir, Bintan, Kepulauan Riau, Umar Husin, Rabu (19/8/2020).
Menurut Umar, anak belajar secara online cukup memberatkan ekonomi warga menengah ke bawah.
Apalagi nelayan, karena di saat cuaca tidak bagus, nelayan tidak bisa turun melaut menangkap ikan.
Sehingga tidak ada hasil tambahan, tapi terpaksa membeli kuota agar anaknya bisa belajar secara online.
“Memang cukup sulit, tapi ya tetap beli kuota internet. Supaya anak-anak bisa tetap belajar. Belum lagi, anak-anak kita itu sekolahnya beda jenjangnya. Ada yang di SD, SMP dan SMA. Tentu bertambah lagi pengeluaran untuk masing-masing anak”, tambahnya.
Guna meringankan pembelian kuota internet, Umar berharap Pemerintah Kabupaten Bintan melalui Dinas Pendidikan untuk membantu memasang jaringan WiFi gratis dan di pasang di salah satu di lingkungan RT dari sejumlah desa di pulau-pulau di Bintan Pesisir.
“Terkadang ada anak yang numpang handphone temannya untuk belajar. Saya harap, pemerintah bisa bantu jaringan WiFi. Satu RT satu tempat, biar tetap sesuai protokol kesehatan. Kalau dipasang hanya untuk satu desa satu tempat, khawatirnya tidak bisa jaga jarak”, imbuhnya.
Selain masalah biaya kuota internet, warga di pulau Kelong, jika ditempuh menggunakan kapal pompong sekitar 20 menit dari pusat pemerintahan ini juga mengeluhkan Signal handphone. Karena sebagian Simcard itu ada yang bisa digunakan dari dataran rendah dan di daerah lebih tinggi.
(*/mik)
Sumber : bentan.id