PENELITIAN menyebutkan rasisme berkaitan dengan rendahnya inteligensi. Rendahnya nilai IQ pada masa kanak-kanak dapat mengindikasikan rasisme saat dewasa.
TIAP ras pada dasarnya memiliki keunikan masing-masing. Namun, ada beberapa orang yang menjadikan perbedaan ras justru sebagai bahan olok-olok.
Bahkan cenderung menganggap rasnya lebih baik dan superior. Kondisi ini bisa menjadi cikal bakal dari rasisme.
Sebuah penelitian yang dilakukan di Kanada seperti dilansir laman klikdokter.com menyebutkan, kondisi seperti itu bisa terjadi karena orang dengan inteligensi rendah dianggap memiliki pemikiran yang sederhana terhadap dunia yang rumit.
Menurut teori psikologi, kenyataan yang ada dalam kehidupan sangat kompleks dan memusingkan. Orang dengan inteligensi rendah membuat penyesuaian diri dengan memikirkan hal yang lebih sederhana, dan tidak ambil pusing akan kerumitan yang terjadi.
Selain itu, orang ber-IQ rendah juga lebih mudah tertarik dengan ideologi yang konservatif.
Mengapa demikian? Ideologi yang konservatif memiliki ‘struktur’ yang saklek, dan tidak mengharuskan orang untuk berpikir secara kritis. Ini merupakan ‘payung’ bagi mereka yang kebingungan dengan dunia yang semakin kompleks.
Sementara itu, orang yang lebih pintar dianggap mampu untuk berkompromi dengan perbedaan ras dengan memikirkan hal yang lebih penting. Kemampuan orang yang lebih pintar dalam bersosialisasi dan menerima perbedaan juga membuat mereka terhindar dari pola pikir rasisme.
Tidak ada satu ras yang melebihi ras lainnya, dalam hal apa pun. Selalu ingat bahwa perbedaan yang ada merupakan anugerah, bahwa manusia harus saling melengkapi dan membantu satu sama lain. ***