DIREKTUR Jenderal Perhubungan Laut mengerahkan tiga kapal patroli untuk pencarian korban kapal tanpa nama dan GT (Gross Ton) yang kapal yang membawa TKI dan tenggelam di Perairan Nongsa, Batam rabu (2/11/2016) kemarin.
“Direktorat Jenderal Perhubungan Laut telah mengerahkan kapal negara untuk membantu evakuasi korban dan melakukan operasi search and rescue (SAR), yaitu KN 330 dan KN 592 dari Kanpel Batam, dan KN Sarotama dari Pangkalan PLP Tanjung Uban,” ujar Direktur Jenderal Perhubungan Laut A Tonny Budiono dalam keterangan tertulis dan dilansir dari Antara, Kamis (3/11).
Korban sejauh ini diketahui adalah para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ilegal yang menumpang di kapal tersebut dari Malaysia dengan tujuan Batam.
Tonny menambahkan tempat sandar kapal tersebut sebelumnya tidak diketahui atau ilegal. Kapal mengangkut para TKI dari Malaysia tidak melalui prosedur sesuai peraturan yang berlaku.
“Saya menyayangkan sekali kejadian ini harus terjadi lagi di perairan Indonesia. Kapal yang mengangkut TKI tersebut tenggelam akibat menabrak karang sehingga memakan korban jiwa. Banyak yang belum ditemukan. Hingga saat ini jumlah penumpang TKI yang diangkut kapal tersebut belum jelas mengingat tidak adanya data manifest penumpang yang resmi,” katanya lagi.
Tonny mengatakan kapal tersebut tidak terdaftar di Pelabuhan Batam dan kapal tersebut terbuat dari kayu dengan menggunakan mesin di luar.
Kapal membawa TKI Ilegal bertolak bukan dari pelabuhan resmi dan mengambil rute pelayaran yang tidak biasa untuk menghindari patroli laut, baik dari Malaysia maupun Indonesia.
“Hari ini kami akan lanjutkan pencarian korban tenggelamnya kapal tersebut, semoga para korban dapat ditemukan dalam waktu yang tidak lama,” kata Tonny.
Gelombang Tinggi
Sementara itu, Tim SAR gabungan secara total mengerahkan 10 kapal di hari kedua pencarian korban kapal pengangkut TKI diduga ilegal, kamis (3/11).
Setidaknya ada empat lokasi yang menjadi fokus pencarian tim. Mulai dari kawasan perairan Nongsa Point Marina hingga Pulau Putri atau berjarak sekitar 4-5 mil dari lokasi kapal yang tenggelam pada Rabu (2/11) kemarin.
Proses pencarian tersebut menghadapi kondisi alam yang kurang bersahabat. Mendung yang menggelayut sejak pagi ditambah gelombang setinggi 1,5 meter mempersulit upaya pencarian.
“Arusnya lumayan deras, jadi kita ikuti saja arah arusnya ke mana. Tapi, sampai saat ini belum ditemukan,” kata Komandan Kapal Combat 58 dari Lanal Batam dilansir dari Liputan6, Kamis (3/11). ***